HENDRIK KURNIAWAN YUSUF

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerpen Kehidupan

GILA

(Hendrik Kurniawan)

Dinginnya malam yang penuh rintangan, banyak nyamuk berkeliaran di kanan kiri kubiarkan tubuh tergeletak lemas di atas kasur kumuh. Tangan kugerakkan terasa berat untuk menggapai HP yang ada di saku celana. “Huh…,” udara keluar dari lubang hidungku dengan lembut yang membuat malam semakin sepi tak tertahankan oleh mata yang sejak tadi kutahan-tahan rasa kantuknya. “Kenapa tak ada balasan dari ibuku?” sungguh menyesal. Di tempat kost aku sendiri. Tak ada teman yang menemani. Aku tak tahu harus apa yang aku lakukan di malam hari yang sepi ini. Tak ada jadwal ke kampus untuk besok.

Semakin lama semakin tak dapat pula mata ini kupejamkan. Akhirnya dengan malasnya aku menyalakan komputer hanya untuk online malam-malam. Mumpung murah, kataku dalam hati. Dua jam ada di depan komputer tetap saja membuat hati ini tidak tenang, kenapa SMS-ku tak dibalas. Akhirnya hanya bisa pasrah. Lalu kumatikan komputer.

Dering HP akhirnya muncul, “Hallo..!!?”

“Maaf ya Nak, Ibu tadi dari perjalanan tugas ke luar kota. Baiklah uang besok Ibu berikan.” kata ibuku.

Lega rasanya bisa mendengar suara ibu yang lemah lembut, seperti air di danau masuk ke dalam hati. Serasa ingin bertemu kembali dengan ibu. Tapi apa dayalah kalau toh aku hanya bisa pasrah, yang kulakukan saat ini adalah menunggu di kost, dan menunggu uangku yang semakin hari semakin menipis.

Pagi yang mendung, aku seperti tak ingin hidup lagi, kataku dalam hati. Serasa kepala ini sudah tak bisa diangkat lagi. Kutengok sekali lagi HP yang ada di bawah bantal. Tak ada SMS masuk, hambar sekali rasanya. Tak terasa matahari seperti sudah berada sejengkal di atas kepala--sudah jam 12.00. Aku tak habis pikir bahwa aku belum mandi. Kuraih handuk yang ada di atas kursi, secepatnya aku bergerak ke kamar mandi dan menikmati dinginnya air yang sudah berada di atas 12.00 siang. Di tengah asyiknya bermain dengan air, HP pun berbunyi dengan nyaring. Ternyata ada SMS dari Vinda teman kuliahku. Ternyata sore ini ada les dadakan. Malas rasanya akan pergi. Tetapi demi masa depanku, aku akan pergi ke sana dengan semangat. Sebelum berangkat kuliah kusempatkan online sebentar, kali aja ada surat dari ibuku. Hasilnya ternyata nihil.

Pukul 15.30 pun tiba, akhirnya aku pergi dengan jalan kaki karena tidak ada kendaraan yang bisa kutumpangi. Untunglah, jarak kost dengan kampus hanya sekitar 1 km. Jadi, tidak terlalu lama untuk berjalan kaki.

Pandangan mata yang aneh aku soroti dari awal aku keluar dari kost, aku bingung dengan apa yang terjadi. Kenapa orang-orang memandangku dengan jijik? kenapa semua orang seperti memandangku dengan pandangan yang remeh. Ada apa semua ini? Aku hanya bingung dan bimbang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan bodoh dari pikiranku ini. Aku amati badanku dari ujung kaki hingga kepala. Aku rasa tidak ada yang salah dari kostumku. Aku memakai celana jeans dan jas berwarna merah, lambang universitasku. Tak kusangka setelah berjalan cukup lama aku menemukan teman-temanku bereda di sana. Sedang nongkrong dan bercanda. Akupun menghampiri dan menyapa. Lalu kita bermain musik sebentar selagi menunggu dosen masuk ke kelas.

Tiba-tiba, “Ini mbak…” uang 1000 ada di depanku. Makin lama makin banyak pula uang berada di depanku. Kemudian teman-temanku bangkit dan memberikan uang kepadaku. Loh, aku semakin bingung. Ada apa ini? Kenapa semua orang memberiku uang.

“Woi!!!” Aku berteriak. Tetapi kenapa seperti tak ada yang menghiraukanku.

“Woi!!!” Aku berteriak dengan lebih keras. Ternyata ada sekumpulan anak-anak kecil berada di sampingku dan mereka seperti ketakutan. Aku diam sebentar, lalu menggaruk-garuk rambut.

“Orang gila … orang gila … orang gila ...” teriak anak-anak yang ada di sekitar. Apa? aku berteriak dalam hati. Kenapa anak-anak pada meneriaki aku gila? Jelas-jelas aku tidak gila. Aku masih waras kok. Aku ambil HP dan ingin SMS ibuku. Dan anak-anak itu pun berkata.

“Hei… teman-teman lihatlah orang gila ini mengira kalau remot TV adalah HP.”

“Hahahahaha ...,” suara tawa anak-anak. Aku jadi semakin bingung. “Ini HP, bukan remot TV.”

Aku berteriak kepada anak-anak tersebut.

“Dasar orang gila,” anak-anak itu pun semakin tertawa. Suara tawa anak-anak itu lagi. Aku ingin menangis. Tetapi hanya bisa kutahan. Kugenggam HP-ku dengan erat dan hanya bertanya dalam hati.

“Apakah sebenarnya aku memang gila?”

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post