Malam itu selepas sholat Isya pak Ikh pulang dengan wajah sangat gembira di tangan kanannya membawa seekor ikan mas yang tinggal separuh, kepala ikan sudah hilang. Pak Ikh menemukan ikan yang sudah ditinggalkan musang di sungai pada saat menyeberang menuju rumahnya. “Ibu,kita dapat rezeki hari ini, anak kita Las, besok pagi bisa makan ikan ke sekolah”, ujar pak Ikh pada isteri kesayangannya. “Horee... kita makan ikan” teriak gembira putri pak ikh satu-satunya sambil mengamati ikan yang di bawa ayahnya. Isteri pak ikh hanya bisa tersenyum kecut melihat kebahagiaan putrinya di tengah keluarganya yang jauh dari sederhana.

Las, putri pak ikh satu-satunya adalah gadis yang tekun dan cerdas di sekolah. Gadis kecil itu sangat suka menggambar ikan. Kalau ada tugas kesenian menggambar pasti Las nilai tertinggi dan pernah beberapa kali menjadi utusan sekolah untuk lomba mendapat pujian dari panitia karena menghasilkan karya terbaik. Uniknya selalu yang dibuat Las adalah berhubungan dengan ikan yang ternyata pernah dilirik oleh pengusaha rumah makan terkenal. Sejak saat itu pak Ikh dan keluarga tidak pernah nampak lagi di kampungnya.

Bus rombongan kecamatan yang mengadakan kegiatan studi tiru ke sebuah kota dan berhenti di sebuah rumah makan dan restoran yang fasilitasnya sangat asri dan nyaman untuk untuk istirahat, sholat serta makan. Ada pemandangan yang khas dari rumah makan itu. Suami isteri yang berpakaian rapi dan bersih menyambut kedatangan anak yatim dan fakir miskin di rungan khusus dan mempersilakan makan gratis. Ketika rombongan masuk ke ruangan utama restoran pada satu bagian dindingnya ada lukisan yang sangat indah berjudul ikan separuh, karya : Pimpinan Restoran Ikh-las.

Pebruari jelang Ramadhan 1443 H.