Hendrawensi.S.Pd

Saya guru UPTD SMPN 2 Kec. Suliki dan MTsN 2 Lima Puluh Kota, pertama kali saya bergabung dengan gurusina, bulan November 2018...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kebahagian

Kebahagian

#Tantangan Hari Ke-52

Kebahagian

Saya ingat ceramah ustadz Yusuf Mansur yang sering saya dengarkan di dalam mobil ketika sedang otw bersama keluarga. Beliau menceritakan bahwa kebahagian seseorang itu tidak bisa dilihat dari hartanya saja. Karena harta tidak menjamin kebahagian. Beliau menceritakan dua sahabat yang sudah lama tidak bertemu, anggap saja namanya Yuni dan Tia.

Suatu ketika Yuni bertemu dengan Tia sahabat SMA nya. Mereka bertemu disebuah pasar tradisional. Yuni masih ingat dengan wajah sahabatnya itu yang pernah satu kelas dengannya. Walaupun wajah sahabatnya itu agak sedikit kusam, namun ia yakin itu adalah Tia. Dengan gembira Yuni menyapa Tia yang tengah memilih sayuran.

“ Hai Tia...masih ingat saya, sahabatmu dulu waktu SMA.” Sapa Yuni dengan mengulurkan tangannya. Dengan sedikit ragu Tia memperhatikan wanita cantik yang berpakain rapi didepannya. Namun tiba-tiba, bibirnya menyunggingkan senyum lebar dan menyambut uluran tangan sahabat lamanya itu.

“Oo..Yuni ya, aku masih ingat kok, mana mungkin aku lupa dengan sahabat ku yang cantik ini, dan sampai sekarang masih tetap cantik.” Tawa merekapun pecah dan saling melepaskan rindu.

“ Tia...kamu tinggal dimana,” tanya Yuni yang akan bersiap-siap untuk pulang.

“Aku tinggal dikompleks dekat sini . ” Jawab Tia

“ Mari saya antar, saya baru pindah juga dikomleks sini, karena suami pindah tugas. “ cerita Yuni, sambil berjalan menuju mobil bersama Tia. Di atas mobil Yuni dan Tia tak henti-hentinya bercerita masa lalu mereka ketika di SMA.

“ Tia kamu punya anak berapa, “ tiba-tiba Yuni bertanya sama Tia.

“ Aku punya tiga orang anak, dua perempuan satu laki, yang sulung sudah masuk SMP, yang tengah kelas empat SD dan yang bungsu masih tiga tahun.” cerita Tia panjang lebar.

“ Senang ya, punya anak yang masih lucu-lucunya. “ kata Yuni dengan sedikit muram. Tak berapa lama kemudian, Tia menunjukkan sebuah rumah, dan mintak berheni disitu. Dia menunjuk sebuah rumah yang kelihatannya baru selesai dibangun dengan pagar tinggi. Rumah yang bagus bercat abu-abu dan putih. Yuni yang melihat rumah itu mengerutkan keningnya. Yuni pun menghentikan mobilnya didepan rumah tersebut. Tia turun dari mobil yang diikuti Yuni.

“ Duh..kemana ya pembantuku, kok pagarnya dikunci .” Kata Tia yang melihat pagar rumah itu digembok.

“ Oo..kamu mencari kunci ya Tia..? ini kuncinya”, kata Yuni yang mengeluarkan sebuah kunci dari dalam tasnya. Tia kaget setengah mati.

“ Tia..Tia, ternyata sifat kamu masih belum berubah ya, ini rumah ku, aku baru pindah sebulan yang lalu. Tia...kamu tak perlu pura-pura memperlihatkan kekayaanmu kepada orang lain, supaya kamu dianggap orang hidupmu berkecukupan dan bahagia. Dibandingkan saya, kamu mungkin yang paling bahagia, kamu punya anak yang lucu-lucu, keluarga harmonis, ketika pulang disambut anak dengan senyum bahagia. Sedangkan aku belum diberi kesempatan oleh Allah kepadaku untuk meamanahkan seorang anak. Mungkin aku kelihatan lebih beruntung karena punya kehidupan yang layak. Tapi yang paling beruntung itu sebanarnya adalah kamu. “ Yuni berceramah panjang lebar kepada sahabatnya itu supaya tidak memelihara sifat sombongnya lagi. Tia yang mendengarkan hanya menundukkan kepala manahan malu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tul mantul wen...

16 Jul
Balas

Makasih uni

17 Jul



search

New Post