Hazwan Iskandar Jaya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SEPIRING KUPANG LONTONG UNTUK SENJA
BBLK Cevest Bekasi

SEPIRING KUPANG LONTONG UNTUK SENJA

CERPEN HAZWAN ISKANDAR JAYA

Aku melihat wajah Suhu Siswanto berulas senyum. Penuh makna. Aku menduga-duga saja. Senyum antara penasaran dan rasa curiga. Tapi kemudian kutepis jauh-jauh segala prasangka. Lelaki setengah baya yang masih trengginas itu sungguh telah membuat aku takluk. Ia amat piawai dalam mengolah kata-kata. Menjinakkan peserta pelatihan yang kadang ndugal tak keruan.

Sidoarjo tak pernah sepi. Lalu lalang kendaraan tak mengenal hari. Cuaca tidaklah ekstrim. Hotel ini sungguh ramai, pastilah okupasinya terpenuhi. Hanya saja, hanya saja sepotong hati masih teronggok menepi. Di sudut kamar, menanti kabar dari seseorang. Perempuan cantik. Dan kami punya hubungan sedikit rumit.

“Bapak, saya akan datang. Saya ingin belajar dari senior-senior pelatih. Semoga Bapak berkenan ya! Dan saya sudah otw. Mungkin siang nanti sudah sampai hotel,” chat whatsapp dari Senja.

Sungguh aku pun tertegun sejenak. Berpikir sesuatu. Lalau kubalas.

“Baiklah, hati-hati di jalan. Semoga lancar ya!”

Aku memandangi langit-langit kamar sendiri. Pikiran ini kembali menggoda untuk mengira-ngira sesuatu. Ya, Senja akan datang ke Sidoarjo. Entah apa yang diinginkan wanita energik itu. Katanya, ia hendak belajar mengajar, menjadi pelatih profesional. Alasan dan alibi yang masuk akal memang. Tapi ada apakah dibalik itu. Jauh-jauh datang?

Ah, biarlah. Tak ada yang salah. Apalagi ia ingin menimba ilmu. Hasrat yang menjadi harap. Harap yang akan menjadi nyata.

Mata pun mulai terpejam.

Dering hape mengagetkanku. Di ujung sana, suara Suhu Siswanto menyapa.

“Abah, malam ini saya belum ke hotel ya. Masih ada urusan yang harus saya selesaikan. Besok pagi kita bicarakan materi pelatihannya. Selamat istirahat ya, Abah!” Suhu Siswanto memberi kabar. Sebenarnya aku ingin segera berjumpa. Tapi, katanya, “manuk-manuk” peliharaannya harus diurus lebih dulu. Agar ketika ditinggal selama 5 hari ke depan tidak lagi mengganggu pikiran.

****

Senja hadir di hadapanku siang itu. Ia menatapku dengan penuh kesungguhan. Mengingatkanku pada wanita smart dan enerjik. Perawakan tinggi dengan kulit putih bersih. Pastinya ia lebih tinggi dariku. Ah, biar saja, ada dengan urusan fisik? Bukankah wanita juga tak selamanya menginginkan urusan fisik semata? Di pikiran mereka, kesabaran dan keuletan menjaga stamina kasih sayang adalah juga bagian terpenting dalam hidup. Alter ego kadang menjadi hambatan dalam relasi keluarga. Benarkah?

“Maaf, agak terlambat dari janji awal,” urai Senja membuka pembicaraan yang agak kikuk di antara kami. Maklum, kami sesungguhnya baru saja berkenalan. Sejak pelatihan beberapa waktu lalu di kota Bengawan. Di sana, Senja menunjukkan kemampuannya menjadi seorang trainer profesional. Berbekal pengalaman 15 tahun menjadi seorang HRGA, bukan hal mudah tentunya.

“Ah, ya. Tidak mengapa. Santai saja!,” jawabku memecah kekakuan di antara kami. Aku berpandangan bahwa dengan hadirnya Senja, tentu akan membawa suasana lebih meriah.

“Saya ingin belajar dari para senior, terutama sama Anda, Bapak. Ingin belajar menjadi instruktur yang baik. Boleh kan saya menjadi penyusup di antara peserta lain ya? Agar saya bisa belajar banyak tentang cara mendeliver materi pelatihan”, Senja mengungkapkan keinginannya. Alasan dan latar belakang, mengapa ia kemudian jauh-jauh hadir ke Sidoarjo.

Aku hanya mengangguk-angguk kecil. Memberi persetujuan dengan senyum di kulum. Senja tampak sumringah.

“Matur nuwun, Bapak sudah berkenan memberi saya kesempatan belajar!.”

“Saya tidak terbiasa untuk menolak mereka yang ingin belajar. Meskipun sebenarnya, saya bukanlah siapa-siapa dan bukan apa-apa juga.”

“Hemmm…. Itu yang saya suka dari Bapak. Selalu rendah hati!”

“Nanti ada Suhu Siswanto yang lebih profesional dari saya.”

“Iya, saya sudah dengar namanya. Pengalaman beliau jauh sebelum pemagangan ini dimulai ya. Sungguh senang dan beruntung saya dapat belajar dari para master trainer,” kembali senyum mengembang di bibir Senja. Tampak barisan giginya yang rapih. Menambah hangat suasana pembicaraan kami.

Akhirnya, kami ngobrol ringan. Entah sudah berapa lama. Hari sudah gelap. Malam menangkup harapan yang diperam, agar esok hari menetas bersama hangatnya matahari dan gairah hidup. Ada kata kunci yang menjadi perhatianku soal Senja. Semangat untuk “belajar!”. Ah, biarlah mengalir saja. Bukankah esok dan esok hari lagi akan terus berganti. Tapi semangat dan gairah meraih mimpi-mimpi harus terus dikejar sampai nanti!

***

Sepiring Kupang Lontong sudah tersaji. Bersama sate kerang yang menambah selera. Dan es degan sebagai pereda dahaga. Suhu Siswanto memandang kami, aku dan Senja serasa tak berkedip. Semyumnya menghiasi wajahnya yang bulat.

“Kupang Lontong ini akan jadi saksi. Kelak di kemudian hari, ada hal istimewa akan terjadi di antara kalian!,” Suhu Siswanto memberi komentar sembari menarik beberapa kerang dari tusuk sate.

Aku melirik ke arah Senja, wajahnya tersipu merah jambu.

“Ah, Suhu bisa saja!” jawabku.

“Sudah ada tanda-tandanya!”.

“Wah, sudah beralih jadi seorang peramal nih”, kelakarku padanya.

Lelaki matang separuh baya di hadapanku itu terpingkal-pingkal.

“Bukan peramal. Mbak Senja gak iso njawab iku,” ledek Suhu Siswanto lagi dalam dialek Jawa Timuran yang kental.

Senja menatapku serius. Wajahnya bersemu. Tapi aku tak tahu apa yang ada di dalam hatinya. Bagiku, berdampingan dengannya saja sudah cukup membawa suasana hati damai.

Kami tak habis-habisnya dicanda gurau oleh Suhu Siswanto. Sampai tak bisa berkutik, mati kutu dan klenger.

***

Lima tahun kemudian.

Aku dan Senja.

Kembali ke sini.

Ke Sidoarjo.

Ke warung “Kupang Lontong” yang sama.

Kami pun bertiga. Tapi sayang. Bukan dengan Suhu Siswanto lagi.

Aku, Senja dan Matahari, Putri Cantik kami.

Kami kerap ke sini. Siapa tahu. Suhu Siswanto hadir menemani.

Entah kapan lagi!

Sidoarjo, 2019

Hazwan Iskandar Jaya, Kolumnis Yogyakarta. Menulis buku: “Kucing Gemuk dalam Karung, Membegal Demokrasi”, Novelet: “Rahsia Rumah Pengasingan”. Beberapa karya sastra dalam dalam bentuk antologi bersama. Karya tulis opini, esai, cerpen dan puisi dimuat di berbagai media lokal dan nasional. Email: [email protected]/ [email protected]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selalu keren kisahnya

30 Jan
Balas

Trims atas komennya ya

31 Jan
Balas

Menarik ceritanya

30 Jan
Balas



search

New Post