Haryanti, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ultimatum Untuk Ibu Tagur Hari Ke-97

Ultimatum Untuk Ibu Tagur Hari Ke-97

Biasanya bulan puasa Ramadhan banyak orang yang merindukannya, terkecuali aku. Aku bukannya tak rindu tapi aku sering kesal dengan suara ibu yang selalu membangunkan sahur pada anak-anaknya. Sangat berisik sekali. Tak jarang ibu membangunkan sahur dengan menggunakan panci yang dipukul-pukulkan dengan memakai centong sayur atau memakai alat lain yang suaranya kencang agar anak-anaknya bangun.

Aku sering kali berkata pada ibu, jika membangunkan anak-anaknya tak perlu dengan memakai panci atau alat-alat cukup bangunkan dengan suara mulut saja kami akan bangun. Namun, ibu mengatakan jika dengan mulut saja bisa bangun, ibu tak akan membangunkan sahur dengan panci. Ibu lakukan itu karena anak-anaknya tak ada yang bisa langsung bangun. Bahkan terkadang sampai mau imsak pun belum bangkit dari tempat tidur.

Aku masih saja kesal dengan cara membangunkan ibu seperti itu. Saking kesalnya aku bersama kakak dan adik membuat ultimatum, malam ini jika ibu masih saja membangunkan dengan memakai panci atau alat lainnya kami sepakat tak akan bangun. Waktu sahur pun tiba, seperti biasa ibu membangunkan anak-anaknya dengan panci. Kami yang sudah punya rencana tak akan bangun, akhirnya sepakat tak bangun sampai waktu sahur habis. Ibu terlihat kesal karena kami tak ada yang bangun sahur.

Malam berikutnya pun kami masih sepakat untuk tak sahur jika ibu membangunkan kami dengan panci. Ketika waktu sahur tiba, aku melirik jam sudah menunjukkan pukul 03 malam. Sampai pukul 04 malam tak terdengar ibu membangunkan anak-anaknya dengan panci. Aku jadi heran dan akhirnya membangunkan kakak dan adik yang memang aku tidur sekamar bertiga. Aku dan kedua saudaraku akhirnya bangun dan mencari ibu di dapur, tapi tak terlihat kesibukan ibu di dapur. Aku pun mencari ibu di ruang makan, masih juga tak kutemukan. Akhirnya aku ke kamar ibu, mungkin ibu masih tidur karena kesiangan. Ketika pintu ku ketuk berulang kali, tak ada jawaban dari ibu.

Aku pun membuka pintu karena memang tidak terkunci. Benar saja kulihat ibu masih tertidur. Aku, kakak dan adikku pun membangunkan ibu yang tertidur secara tengkurap. Ketika aku membangunkan dengan memegang bahunya, ibu tak bangun-bangun. Lalu kakakku membaringkan ibu, terlihat bibir ibu sudah biru dan tangan serta kakinya sudah dingin. Kakak langsung menggoyang-goyangkan tubuh ibu untuk bangun, namun tetap saja ibu tak bangun-bangun. Kakak memegang denyut nadi ibu dan kakak bilang bahwa denyut nadi ibu tak ada, itu artinya ibu sudah meninggal.

Kebetulan kakakku seorang perawat, jadi ia tahu jika denyut nadi berhenti artinya sudah tak bernyawa. Akhirnya aku, kakak dan adik menangis sekencang-kencangnya. Aku menyesal sekali dengan ultimatum yang aku buat. Aku bangunkan ibu dengan mengajak ibu membangunkan ibu pakai panci. Namun, penyesalan hanya datang di akhir. Ibu sudah pergi selama-lamanya dan tak ada lagi suara yang berisik membangunkan sahur dengan panci.

Sudah seminggu ibu meninggalkan kami. Ayah yang bekerja di luar kota pun harus minta cuti untuk menemani kami. Ada rasa rindu suara ibu membangunkan sahur dengan memakai panci.

"Bu, bangunlah. Ibu boleh kok bangunkan kami sahur dengan panci. Aku tak akan ultimatum ibu lagi. Bu, aku rindu suara ibu, aku rindu kentongan suara panci untuk bangunkan aku sahur. Bu, bangun Buuuuu...".

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi!

07 Apr
Balas

Terima kasih Pak Dede. Sehat-sehat selalu Pak dan salam literasi

07 Apr



search

New Post