Haryanti, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengapa Aku Dikucilkan?

Mengapa Aku Dikucilkan?

Mengajar di kelas yang ramai dan penuh keributan merupakan tantangan tersendiri bagi seorang guru. Tak jarang guru menghadapi perilaku siswa yang sangat sulit untuk diubah menjadi baik. Namun, walau kondisi kelas yang gaduh, seorang guru harus bisa menguasai kelas tersebut agar menjadi kondusif walau tidak mudah untuk melakukannya.

Demikian yang saya alami, setiap masuk di kelas yang menurut saya selalu ramai dan gaduh apalagi di akhir jam mengajar yang sangat melelahkan. Tidak hanya fisik tapi juga pikiran. Namun, itu semua tak menyurutkan saya untuk tetap semangat walau memutar otak agar kondisi kelas bisa berjalan tenang.

Seperti hari ini, saya mengajar di kelas di mana ada salah satu siswa yang selalu tidak bisa diam, selalu menganggu teman-temannya dan selalu iseng. Tak jarang teman-temannya dibuat kesal yang akhirnya terjadi keributan. Hari ini siswa yang selalu jahil pada teman-temannya ini terlihat murung, tak seperti biasanya yang selalu ceria. Ketika sedang membahas soal latihan, tiba-tiba si anak ini bicara pada teman di sampingnya untuk pindah ke kelas lain, teman tersebut bertanya, mengapa harus pindah, lalu anal tersebut menjawab bahwa ia tak senang dengan semua teman-temannya di kelas.

Namun, tak lama kemudian ada salah satu siswa mengatakan bahwa anak yang merasa dikucilkan oleh teman sekelasnya itu sudah pindah ke kelas lain. Saya meminta temannya untuk memanggilnya dan kembali ke kelasnya. Namun, anak tersebut tidak mau. Ia mengatakan akan tetap pindah.

Salama anak tersebut di kelas lain, saya menanyakan apa penyebab anak tersebut sangat ingin pindah, lalu teman-temannya kompak mengatakan bahwa anak tersebut selalu iseng, suka menghina orang tua temannya dan jika emosinya sedang meledak tak jarang ia akan melakukan pemukulan pada siapapun juga.

Setelah mendengar dari teman-teman sekelasnya, akhirnya saya memanggil anak tersebut dan bicara empat mata di luar kelas. Saya bertanya dengan lembut dan kasih sayang, mengapa ia sampai pindah kelas. Ia mengatakan bahwa teman-teman sekelasnya tidak asyik dan ia merasa dijauhi atau dikucilkan. Lalu saya bertanya padanya, mengapa memilih kelas itu untuk pindah, ia pun menjawab di kelas itu ada teman dekatnya dan ia merasa nyaman.

Saya mulai paham permasalahan yang terjadi. Saya bicara baik-baik padanya dan saya pun berkata padanya. "Jika kamu dikucilkan dengan teman-teman sekelas, boleh jadi bukan teman-temanmu yang tidak asyik, tapi justru kamu yang tidak asyik sehingga teman-temanmu jadi jenuh atau bosan denganmu. Teman-temanmu mengatakan kamu selalu mengganggu meraka dan tak jarang juga kamu melakukan pemukulan. Ia pun membela diri bahwa ia memukul karena teman-temannya tidak menuruti apa yang ia inginkan. Ia juga mengatakan bahwa sebenarnya ia butuh teman, makanya ia mencari perhatian dengan mengganggu atau menjahili teman-temannya".

Di sinilah kunci atau akar permasalahannya bahwa anak tersebut bisa jadi kurang kasih sayang di rumah sehingga ia lampiaskan di sekolah dengan mengganggu teman-temannya. Akhirnya saya katakan padanya, bahwa jangan menuntut orang lain untuk mengikuti apa yang kamu mau, tapi ubah sikap kamu untuk menjadi baik. Ketika kamu pindah ke kelas lain belum tentu akan aman dan tidak dikucilkan seperti kelasmu sekarang. Jika banyak yang menjauhimu, coba kamu mengaca pada dirimu sendiri, apakah saya sebenarnya yang tidak baik. Jika kamu sudah punya jawabannya dan ternyata kamu sadar bahwa kamu yang salah, maka meminta maaflah pada teman-temanmu.

Sebelum saya meminta siswa tersebut kelasnya, saya pun masih menasihatinya bahwa untuk menyadari bahwa di tolak dan diabaikan itu memang bagian dalam hidup ini dan tak semua apa yang kita inginkan harus terkabulkan. Lalu saya katakan juga untuk bangkit dari perasaan yang menyakitkan dan menjaga pola pikir yang sehat.

Tak lama ia pun mau masuk ke kelas dan sebelum saya bicara empat mata padanya, saya berpesan pada teman-temannya untuk memaafkan temannya itu dan mereka pun sekelas mengatakan kami akan memaafkan dan menerimanya kembali asal ia bisa mengubah sikapnya yang buruk. Ketika anak tersebut duduk di bangkunya, teman-temannya pun menerima dan tersenyum padanya.

Satu permasalahan terselesaikan. Ternyata tugas seorang guru bukan hanya mengajar tapi juga mendidik bukanlah hal yang mudah dilakukan. Semua perlu proses dan kesabaran. Semoga tak ada lagi anak-anak yang merasa dikucilkan apalagi dirundung oleh sesama temannya sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post