Aku Abangmu

Dua tahun setelah meninggalnya sang kakek. Prahara itupun terjadi, biasalah tak kan lari dari persoalan harta warisan. Ayah yang terkenal tempramen itu makin hari makin menjadi. Sepertinya sudah menjadi wataknya, jika saja keinginannya tak terpenuhi maka jangan heran perlengkapan rumah tangga yang jadi sasaran bahkan tak jarang tamparan itu melayang seketika.

Pernah satu ketika, ayu si ibu muda itu pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di rumah yang kini hanya bagai gubuk reot sebab disekelilingnya berdiri bangunan megah, tangisnyapun pecah bersimpuh di kaki orang tua yang kini memasuki usia senjanya.

Sambil sesenggukan ayu mengadu pada orangtuanya

"Mak, aku ingin tinggal selama seminggu di sini, aku tak ingin hidup bersama lelaki itu lagi".

"Kenapa kok tiba-tiba pulang, mana suamimu?" tanya si Ibu sambil menerka apa yang terjadi.

"Yang sabar nak, kan pernikahanmu baru dua tahun, mana tau suamimu bisa berobah" lanjut si Ibu.

Seminggu sudah, ayu bersama orangtuanya menenangkan diri atas apa yang menimpanya. Ia sudah tak tahan melihat kelakuan Andre, main judi selama mudanya masih saja terbawa sampai punya anak satu, sering main tangan dan yang paling ayu benci ia lebih suka tidur-tiduran kala kondisi keuangan sudah menipis. Ibu anak satu itu memilih kerja di ladang tetangga daripada hanya pasrah. Toh anaknya juga yang jadi korban, paling tidak kurang gizi jika ia hanya berdiam diri.

Dengan berat hati, kemudian ia kembali kerumah sang suami, bukan karena rindu sosok lelaki yang ia cintai 2 tahun yang lalu, melainkan ia tak tau harus menjawab apa jika kelak anaknya bertanya, mana ayah ma? Selalu tergiang ditelinganya hingga memutuskan untuk kembali.