Hartini

Hartini adalah seorang guru IPA di SMPN 1 Cigombong, Kabupaten Bogor...

Selengkapnya
Navigasi Web
MERANGKUL LANGIT (68)
inet.detik.con

MERANGKUL LANGIT (68)

Sudah seminggu ini Dido terlihat gelisah. Pikirannya tidak fokus pada pekerjaannya. Sebagai seorang penulis, tentu saja ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Bisa-bisa, semua tulisan yang ditunggu penggemar setianya tidak akan maksimal hasilnya.

Kabar ibu yang sedang sakit di kampung, dua orang adik perempuannya yang membutuhkan biaya untuk kuliah, ditambah orang tua Anita kekasihnya yang bersikeras menjodohkan Anita dengan anak sahabatnya. Naskah buku dibiarkannya terbengkalai. Beberapa kali, Bu Dewi sang editor menelepon, menanyakan progres novel yang sedang dibuatnya. Aaahhh... mengapa masalah datang secara bersamaan? Dido mencoba menenangkan pikirannya yang kusut.

Sebagai anak sulung dalam keluarga, Dido harus menjadi tulang punggung keluarganya. Semenjak ayahnya meninggal lima tahun yang lalu, dia terpaksa meninggalkan bangku kuliah di semester V demi membantu perekonomian keluarganya. Dia bekerja di toko pamannya, yang memiliki agen penjualan gas. Setiap hari, Dido bertugas untuk mengantarkan tabung gas, ke warung-warung langganan pamannya menggunakan mobil bak terbuka. Menukar tabung kosong di warung dengan tabung berisi di belakang mobil.

“Kak, Ibu kambuh lagi sakitnya. Tapi ibu tidak mau dibawa ke dokter.”

“Kak, bulan ini aku harus membayar SPP.”

“Mas, kalau memang serius dengan aku. Mas Dido harus secepatnya menemui ayah. Sebelum Mas Beni melamarku.”

“Sudah sampai mana progres novel ‘Merangkul Langit’ jilid II ?”

Dido melempar gawai ke atas kasurnya. Mengapa semua ini datang bertubi-tubi pada dirinya. Mau minta tolong ke pamannya, dia malu. Paman telah banyak menolong keluarganya. Sudah lima tahun Dido tinggal di Jakarta bersama Om Sintar, adik bungsu ayahnya. Dia memiliki toko kecil yang menjual sembako dan menjadi agen tabung gas keliling. Waktu yang dibutuhkan untuk mengantar tabung gas adalah dari pukul sembilan pagi sampai pukul tiga sore. Itu kalau sedang beruntung bila jalanan lancar, kalau jalanan macet, bisa lebih dari itu.

Sejak kecil, Dido senang menulis, terutama fiksi. Karya-karyanya sering dimuat di surat kabar lokal. Untuk mengisi waktu senggangnya, Dido memilih untuk menulis. Biasanya, setelah makan malam, waktunya untuk berkutat di depan lap topnya. Setahun yang lalu, novel karyanya dipinang oleh sebuah penerbit buku di Jakarta. Tak disangka, novelnya laris di pasaran. Sehingga penerbit meminta sekuel dari Merangkul Langit segera diselesaikan.

Dengan masalah bertubi-tubi yang dihadapinya sekarang, sanggupkah dia menyelesaikan karya berikutnya dalam waktu singkat?

(BERSAMBUNG)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus bu Har...

28 Mar
Balas

Terima kasih, Bu Ainaul....

28 Mar

Luarr biase... Tetap semangat...

28 Mar
Balas

Terima kasih...

28 Mar

Ditunggu sambungannya

28 Mar
Balas

siap Bu Ihat. Terima kasih....

29 Mar

O, Mas Dodi....e...Dido.

28 Mar
Balas

He he... terima kasih bu....

28 Mar



search

New Post