MATAHARI SORE DI BALIK HUJAN (88)
Wajahnya memang cantik, semua orang tak mampu mengalihkan pandangan bila melihatnya. Dengan kulit putih bersih, matanya yang bulat, serta hidungnya yang mancung menambah lengkap kesempurnaan yang dimilikinya. Orang lain yang belum mengenalnya pasti kaget dengan usianya. Karina, nama wanita tersebut memang terlihat awet muda dibanding usianya yang kini menginjak 40 tahun. Semua mengaguminya, terutama kaum adam tentunya. Dengan gaya bicara yang sedikit manja, tentu saja menambah gemas mereka yang mendengarnya. Ramah dan ceria pada semua membuatnya dikenal banyak orang.
“Sebentar ya, Tuti. Aku keluar dulu. Ada telepon,” tangannya mencolek bahuku. Aku mengangguk sambil terus memandang layar lap topku. Hari ini laporan keuangan kantor harus selesai. Lembur di tempat kerja terpaksa kujalani demi sebuah tanggung jawab. Seharusnya hari ini aku mengantar Mona anak bungsuku ke Toko buku membeli novel yang diinginkannya.
Tiga puluh menit sudah berlalu sejak Karina keluar ruangan untuk mengangkat telepon. Lama amat sih nih orang! Jangan-jangan pingsan. Aku mengendap-endap keluar ruangan mencarinya. Hari ini kantor sepi, hanya beberapa orang saja lembur karena dikejar tenggat waktu. Sayup-sayup terdengar suara cekikikan manja khas Karina. Ternyata dia ada di sofa teras kantor. Dengan cara duduk yang santai dan gaya bicaranya, sepertinya bukan urusan kantor. Paling-paling sedang ngobrol dengan laki-laki yang entah siapa, entah single ataupun sudah double. Kebiasaan, aku ditinggalkan sendiri untuk urusan yang tidak penting. Aku memutar arah kembali ke arah ruanganku. Kami berdua adalah tim keuangan di perusahaan ini, tapi mengandalkannya kali ini serasa percuma. Lebih baik kuselesaikan saja laporan keuangan ini secepatnya.
Kalau mendengar kisah hidupnya, sebenarnya aku sering merasa iba. Tapi kalau melihat cara kerjanya yang kadang tidak bertanggung jawab seperti sekarang, rasa jengkel sering datang juga. Karina kerap menceritakan tentang suaminya yang kasar dan ringan tangan, serta anak-anaknya yang membutuhkan banyak biaya untuk sekolah. Suaminya berasal dari keluarga yang berada dan terpandang. Mertuanya dulu memiliki perusahaan yang lumayan besar. Tetapi sejak perusahaan dipegang oleh suaminya karena mertuanya meninggal dunia, perusahaan tersebut gulung tikar. Walaupun wujudnya masih ada, tetapi jalannya terseok-seok. Hutang perusahaan yang masih menumpuk dimana-mana membuat temperamen suaminya seringkali tak terkendali.
Satu hari, Karina pernah menangis sambil menunjukkan lengan kanannya yang membiru padaku. Dengan gemas, kutanyakan kenapa dia tidak pergi saja meninggalkan suaminya yang ringan tangan itu. Sambil menangis tersedu, dia menceritakan, mertuanya telah membiayainya kuliah. Bahkan dia bisa masuk ke perusahaan milik pemerintah ini juga berkat relasi mertuanya. Ayah Karina pun dulu bekerja di perusahaan mertuanya sebagai petugas kebersihan. Terlalu banyak jasa yang telah diikatkan pada lehernya, sehingga membuatnya sulit untuk berjalan jauh dari ikatan tersebut.
Dibalik keceriaan itu, aku bisa melihat mendung hitam di balik matanya. Aku melihatnya seperti matahari sore di balik hujan. Untuk menutupi kesepiannya, dia kerap ngobrol dengan entah siapa, akupun tidak mau tahu. Sepertinya, setiap orang tidak keberatan menemaninya bicara berlama-lama. Sampai saat ini permainannya aman, karena dia memiliki beberapa nomor gawai. Salah satu gawainya malah ada yang disimpan di laci kantor.
Hidup Karina pelik dan rumit. Aku tidak bisa menasihatinya. Bingung harus berkata apa lagi padanya. Aku hanya dapat mendoakan agar badai kehidupannya lekas berlalu. Tiba-tiba aku merasa rindu keluarga kecilku yang penuh kehangatan di rumah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus ceritanya Bu
Terima kasih, Bu....
Ya doa in.aja la bund sing sabar yo
88, dua hari lagi menuju EMAS. Selamat ya Bu, konsisten menulis.
Alhamdulillah... terima kasih, Bu Eni...