HARMI CAHYANI

English Teacher. Penulis novel "Ashley : Somebody Help me!''. Pecinta Kucing dan Zombie 🍀...

Selengkapnya
Navigasi Web
Maskara Suamiku

Maskara Suamiku

 

 

Malam itu aku dan suami melenggang ke salah satu swalayan di kota kami. Sebagaimana papah-mamah muda lainnya, salah satu aktivitas rutin yang mengharuskan kami berbelanja seperti ini adalah aktivitas membeli popok sekali pakai. Atau yang kerap kali disebut pampers sama ibu-ibu. Kami memang masih saling bergantian dalam penggunaan popok cuci ulang dan sekali pakai. Kadang juga menggunakan clodi untuk putera kami. Terima kasih Victor Mills. Peristiwa Mills kerepotan mengganti popok cucunya-lah yang pada akhirnya mempelopori munculnya popok sekali pakai ini. Mills memang dijuluki sebagai Father of Disposable Diapers atau bapak popok sekali pakai.

 

 

Akupun meluncur ke rak popok bayi. Sekalian keliling mencari beberapa barang lain yang dirasa diperlukan. Suamiku mengambil arah lain karena ada beberapa barang yang ia cari.  Putera kami yang berusia 1 tahun 2 bulan, menempel erat di gendongan hipseat suamiku. Ayah zaman now ya begitu. Sudah lumrah menggendong sembari menyampirkan tas bayi dan bahkan tas girly sang istri di bahunya.

 

 

Setelah wara-wiri dengan keranjang belanjaan, aku mencari-cari sebentar keberadaan suamiku. Tampaklah pria bertopi dan berkacamata dengan bayi 14 bulan di gendongan. Akupun menghampirinya. Sayup terdengar percakapannya dengan petugas di sana.

 

 

“Mbak, ada maskara?” tanya suamiku.

 

“Ada, pak” jawab mbak pramuniaga dengan sopan dan ramah.

 

“Tolong carikan yang hitam dan tebal ya,mbak. Biar keren” kata suami lagi.

 

Aku me-“ha” dalam hati. Ha? Maskara? Ada angin apa suamiku membeli maskara?". Apalagi aku sendiri bukan penggemar benda itu. Racun warna-warni favoritku ya lipstik. Apalagi jika warnanya adalah peach.  Mau dari brand apapun. Lokal atau luar.

 

Aku kepo. Namun puteraku langsung bereaksi saat melihatku. Akupun mulai kerepotan saat dia minta beralih ke mamanya. Dan akupun tak sempat lagi melanjutkan kisah pembelian maskara suamiku tadi. Anakku yang mulai belajar berjalan itu, dengan aktif minta diturunkan ke lantai. Pembicaraan suami masih berlanjut walau makin terdengar samar.

 

“Harganya berapa ya ini mbak?” tanya suamiku lagi.

 

“Tiga puluh ribu pak. Soft, ya. Dia ngga keras. Lembut saat digunakan”

 

“Waterproof, kan?” suamiku bertanya lagi. Aku nyaris tertawa dari jauh. Masih sibuk menjaga puteraku. Suamiku memang biasa  membelikan kosmetik titipanku, saat aku sedang tak bisa keluar rumah. Pernah dia cerita, mbak SPG nya sampai memujinya saat dengan detail dan piawai menanyakan shade bedak atau lipstick yang aku inginkan. Jempol deh buat suamiku. Walau kali ini hati bertanya, “Ngapain sih, beli maskara? Apa dia kepengen bulu mataku terlihat lentik badai?”

 

 

“Iya, pak. Waterproof. Ambil berapa pak?” kata mbak pramuniaga.

 

“Dua ya mbak” sahut suamiku mengakhiri transaksinya. Dan diapun melenggang ke kasir dengan keranjang belanja kami. “Dih..banyak amat belinya” batinku lagi.

 

Saat keluar swalayan, suamiku dengan sigap menangkap puteraku. Putera kecil kami itu tertawa-tawa senang saat Papa-nya menciumnya gemas. Plastik belanjaanpun berpindah tangan. Aku mengintip ke belanjaan-belanjaan tadi.

 

“Pa, aku cek ya belanjaannya” kataku masih kepo. Aku membuka salah satu bungkusan kecil demi melihat maskara yang dibeli suamiku. Ketika aku membuka bungkusnya. Aku melongo.

 

Ternyata isinya bukan Maskara. Tapi MASKER!

 

Akupun nyaris tertawa terbahak sendirian. Menertawakan diriku sendiri. Melihat istrinya mulai bertingkah aneh, suamiku mengernyitkan dahinya.

 

“Kenapa, ma?” tanyanya curiga.

 

“Nggak apa-apa, pa” jawabku pendek. Masih geli dengan insiden gangguan pendengaran tadi.  “Pa, nanti kalo papa ada belanja-belanja lagi, beliin mama maskara ya,pa?” kataku iseng.

 

“Maskara? Buat apa sih, ma? Kan kamu ngga pinter makenya. Malah celemotan matamu nanti,” suamiku mulai meledek.

 

Wajahku pura-pura masam. Aku cepat-cepat jalan mendahuluinya. Akting saja. Hehe. Suamiku segera menyusul dan merangkul dengan sayang.

 

“Lagian mama udah cantik tanpa bulu mata-bulu mataan. Tapi kalau memang mau ya nanti Papa belikan. Cari di Shopee aja. Sekalian beli lipstik yang mama pengen sejak lama itu” katanya lagi. Langkahku langsung terhenti.

 

“Lipstik yang mana, pa?” tanyaku, mulai mood swing. Dari bete langsung sumringah kembali.

 

“Yang selalu mama sebut-sebut itu lho. Yang lumayan merogoh kocek papa yang ganteng ini.”

 

“YSL, pa?” tanyaku tak yakin.

 

“Iyaa…YSL. Yves Saint Lauren. Zoe Kravitz RPC. No.125. Honey’s nude”. Lengkap dia menyebutkannya, bak SPG-SPG kecantikan.

 

Mulutku menganga. Mataku langsung bersinar-sinar seperti bintang kejora di langit sana. Refleks kupeluk kencang suamiku.  

 

“Eh..bener ya, pa? Bener, ya? Awas kalo bo'ong. Swalayan ini jadi saksi,lho.” aku setengah memekik sembari mengancam. Hatiku senang sekali saat itu. Tetiba di mataku, suamiku yang memang udah ganteng itu, jadi tampak semakin berlipat kadar kegantengannya. Jadi mirip Jungkook BTS!

 

“Iya bener. Yuk ah, buruan pulang” kata suamiku sambil menggamit lenganku. Mungkin takut dan malu dengan kelakuanku barusan. Dia paham kalau istrinya lagi senang, kelakuan istrinya ini bisa alay. Harimau saja bisa dibilang kucing. Begitulah kira-kira.

 

Kamipun pulang dengan hati bahagia. Malam itu, berkah dari perjalanan membeli popok anakku, memberikan cerita manis tersendiri. Terima kasih, maskara suamiku.

 

 

 

 TAMAT

 

 

Kota Khatulistiwa, 3 Juli 2020

#Tantangan menulis hari ke-5

#Tulisan ke-9

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen, maskara jadi masker. Hehehe..

04 Jul
Balas

Makasih bunda udah mampir

05 Jul

Ha-ha, keren. Bisa jadi cerpen

03 Jul
Balas

Makasih bunda

03 Jul

Masker jadi maskara. Curigation aja sih, hahaha...

03 Jul
Balas

Haha.curigation

04 Jul

Romantis. Semoga senantiasa menjadi keluarga yang SAMAWA. Aamiin.

04 Jul
Balas

Aamiin bunda. Makasih bun

04 Jul

hehehe,,harimau jadi kucing...hati hati nih, salam.

03 Jul
Balas

Terima kasih ibu

03 Jul

Maskara sama masker jauh beda bendanya ya, Bu. Cuma karena salah dengar aja. Hehehe.

03 Jul
Balas

Gangguan pendengaran ringan bun hehe

04 Jul

Keren juga ya Bun...salam.

03 Jul
Balas

Salam literasi bu

03 Jul

Makanya jangan curigaan dulu..Teliti betul betul.. untung buk mimi cerdik ndak marah duluan hehehe..Salam literasi

03 Jul
Balas

Hehe siap pak. Makasih udah berkenan mampir yaa

03 Jul

Makanya jangan curigaan dulu..Teliti betul betul.. untung buk mimi cerdik ndak marah duluan hehehe..Salam literasi

03 Jul
Balas

Kereeeeeeen mimi...

03 Jul
Balas

wah ade bu tati. Makaseh dah mampir buu

03 Jul

wah ade bu tati. Makaseh dah mampir buu

03 Jul

wah ade bu tati. Makaseh dah mampir buu

03 Jul



search

New Post