Persepsi
MenulisRutin574(Hari ke 199, tahun ke II)
Anak adalah permata tak ternilai yang selalu diharapkan kehadirannya oleh pasangan laki-laki dan wanita yang mengikatkan diri dalam sebuah bahtera rumah tangga. Bagaimana tidak? Sebab anaklah ikatan cinta kasih yang terjalin dapat terlihat dari wujud sikap, ataupun karakter lain yang tercermin pada anak-anak kita yang merupakan paduan karakter dominan dan resesif milik ayah bundanya. Konon kecerdasan adalah karakter yang diwariskan seorang ibu pada anak-anaknya dari transfer genetik sang mitokondria, sebuah mesin penghasil energi yang ada di setiap sel makhluk hidup. Sedangkan karakter yang mereka punya adalah warisan dari sang ayah.
Variasi yang ada pada karakter anak-anak kita, adakalanya melahirkan persepsi yang berbeda bahkan kusebut bertolak belakang di dalam menghadapi sebuah permasalahan yang sama. Padahal didikan yang kita berikan adakalanya sama saja, karena seringkali kita menganggap anak sebagai obyek yang bisa kita bentuk sesuai keinginan kita..ahh..betapa sombongnya ya, dan tatkala bertemu dengan sebuah permasalahan dan kita butuh pendapat mereka untuk menyelesaikannya, persepsi yang muncul sungguh di luar yang kita pikirkan.
Saya berikan sebuah kasus yang saya alami. Karena sebuah masalah yang mungkin menjadi ujian bagi keluarga kami, ayah anak-anak harus meninggalkan kami karena sebuah alasan. Selepas kepergian ayahnya, anakku yang pertama menginginkan merawat diriku secara fisik agar penampilanku lebih prima di matanya, meski harus ditinggal suaminya, maka beragam cara dilakukannya agar bundanya nampak lebih fresh dan muda. Beragam kosmetik perawatan diri dikirimkannya untuk bundanya dengan maksud agar diriku bisa lebih merawat diri. Lusinan baju dikirimkannya juga, agar tampilanku lebih modis seperti yang diinginkannya. Bahkan perhiasan yang selama ini tak terjangkau untuk kubeli, diupayakannya dicukupi dengan penghasilannya yang tidak seberapa.
Berbeda dengan pandangan anak yang satunya lagi dengan apa yang telah diupayakan kakaknya tersebut, menurutnya harusnya aku berhias seperlunya saja, karena suaminya sedang tidak ada di rumah, khawatirnya ada yang berprasangka buruk dengan berpikir bundanya punya laki-laki idaman lain dan perubahan tampilanku dimungkinkan karena PIL ku menginginkan diriku tampil lebih menarik meski usiaku sudah di atas kepala lima. Nah nah...dua-duanya bisa kuterima alasannya, namun aku tidak menginginkan keduanya berselisih pendapat karena sama-sama berniat”ngeman” dan merawat bundanya. Adakah saran untukku dari pembaca yang budiman?
Lumajang, 26 Nopember 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar