Seperti biasanya, terik matahari begitu menyengat. Kembali kumasuki kelas setelah jam istirahat. Tampak wajah-wajah muridku bercucuran keringat setelah asyik bermain. Menyadari kedatanganku, satu persatu mereka menempati tempat duduk masing-masing.

Tiba-tiba seorang murid mendekat dan memberikan bingkisan plastik hitam.

"Apa ini, Nak?" Tanyaku.

"Hmm... Buat Ibu" dia tersenyum sepertinya malu menyebutkan isinya.

Setelah diraba langsung saja bisa kutebak isinya.

"Wah, alpukat ya? Ibu suka banget alpukat. Makasih ya!" Dia pun tersenyum mendengar perkataanku.

Di Blumbungan Pamekasan, desa tempatku mengajar memang banyak pohon alpukat tumbuh subur. Alpukat tadi, hasil panen di pekarangan rumah muridku.

Setelah jam sekolah berakhir, aku segera menikmati alpukat. Selain ukurannya besar, ternyata daging buahnya sangat tebal. Ya, inilah alpukat terbesar yang pernah kumakan. Tak ayal, dalam sekejap sebuah alpukat besar berhasil ku habiskan. Alhamdulillah sungguh nikmat.

Tiba-tiba kutersadar. Dua hari sebelumnya saat menemani putriku mengaji di mushola, aku melihat seorang ibu membawa jus alpukat. Ngiler kumelihatnya. Jus alpukat memang sangat pas dinikmati saat cuaca panas. Saat ini, Allah memberinya untukku. Alpukat terbesar dan itupun gratis. Bukankah Allah yang menggerakkan hati muridku memberikan alpukat? Allah Maha Baik, Maha Mendengar, Maha Memberi, mengabulkan keinginan meski belum sempat kita pinta dalam doa. Pernahkah kau juga mengalaminya? Betapa banyak anugrahNya padahal kita sering lalai menjalankan perintahNya. Tak malukah kita?