Prakata dengan Kata Pengantar itu pasti beda. Dari susunan hurufnya saja sudah berbeda, apalagi maksudnya. Sebelum saya bergabung dengan MediaGuru, saya belum bisa membedakannya. Bahkan saya pernah keliru menggunakannya. Itu karena dulu saya termasuk yang jarang membaca Kata Pengantar atau Prakata dari sebuah buku, hehehe. Apalagi jika itu buku nonfiksi.

KBBI V online mendeskripsikan prakata adalah keterangan (uraian dan sebagainya) yang ditulis oleh penulis atau pengarang sebagai pengantar suatu karya tulis (buku, laporan, penelitian, dan sebagainya). Kata pengantar adalah kata-kata dari orang terkenal yang dimuat di halaman depan sebagai tanda terbitnya suatu buku. Kerap ditemui naskah dengan Kata Pengantar yang ditulis oleh penulisnya sendiri.

Ketika saya mengedit naskah, ada penulis yang menggunakan Sekapur Sirih sebagai ganti Kata Pengantar. Dalam KBBI V online memang tertera Sekapur Sirih adalah kata pengantar (dalam buku, sambutan, dan sebagainya). Jika saya temukan Sekapur Sirih ditulis oleh penulis, niscaya saya ganti dengan Prakata.

Nah, bagaimana dengan Selayang Pandang sebagai pengganti Kata Pengantar? Menurut saya itu tidak masalah karena selayang pandang artinya adalah sekilas pandang, sepintas lalu, secara singkat, atau kesan mengenai suatu hal. Mirip dengan kata pengantar, tapi bisa digunakan untuk buku-buku fiksi.

Demikian ulasan singkat perbedaan prakata dengan kata pengantar. Semoga bermanfaat.