Hanifah Hany

Hanifah lahir di Jakarta pada 16 agustus 1976.Saat ini aktif mengajar di SMPN 225 Jakarta. Pernah belajar di UNESA Surabaya tamat thn 2000. Hobi menulis puisi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tak Ada Lapangan Gang Sempit  Jadi Tumpuan

Tak Ada Lapangan Gang Sempit Jadi Tumpuan

#TantanganGurusiana

Tantangan menulis hari ke-40

Tak sengaja itulah awalnya. Sore menjelang Magrib suami dan si bungsu berniat untuk memotong rambut, aku pun turut menyertai. Kami berkeliling berburu tempat pangkas rambut yang terdekat. Ketika keluar dari komplek perumahan ada pangkas rambut yang tak begitu ramai. Letaknya tepat di dekat tikungan berjejer dengan pertokoan. Suamiku memutuskan untuk singgah di sana. Antrean lumayan masih ada 3 orang yang sudah duduk menunggu di dalam ruangan. Ruangan pangkas rambut itu begitu sempit hanya berukuran 3× 3 meter. Itupun masih disekat triplek untuk tempat tidur keluarga. Aku lihat seorang anak kecil ke luar dari balik pintu dengan mobilan kecil di tangan. Usianya tidak beda dengan si bungsu putraku. Aku pun merenung sejenak, luar biasa hidup di kota besar. Ruangan sepetak saja bisa untuk tempat tinggal sekaligus sebagai lahan untuk mencari nafkah. Kerasnya kehidupan di kota memang membutuhkan jiwa ulet dalam berusaha agar bisa bertahan hidup. Akhirnya karena menunggu di dalam terasa sumpek dan tak ada bangku akupun memutuskan untuk menunggu antrean di luar. Tepat di depan pintu di sediakan bangku panjang yang terbuat dari kayu. Di sanalah aku menunggu. Tampak di ujung gang yang cukup sempit, beberapa anak tengah asyik bermain bola. Aku pun tertarik untuk menonton dari kejauhan. Permainan terlihat sangat seru. Uniknya, mereka bermain bola di sebuah gang sempit. Jika ada motor yang lewat mereka berhenti sejenak, untuk membiarkan sepeda motor melintas. kemudian kembali lanjut bermain setelah motor menghilang. Tak beberapa lama seorang wanita paru baya pun melintas sambil menenteng galon kosong, mereka kembali berhenti sejenak untuk membiarkan si ibu lewat. Begitulah seterusnya, permainan sebentar- sebentar terhenti karena banyaknya gangguan yang datang. Namun, wajah-wajah mereka teramat riang, tak ada ungkapan kekesalan tiap kali gangguan menghadang. Mereka asyik bermain, berteriak, bersorak riang gembira. Dunia mereka penuh tawa canda seakan tak ada beban di kepala, layaknya orang- orang dewasa yang hidup penuh dengan problema dan keluh kesah. Sementara itu sebagian temanya hanya duduk di pinggiran menonton dan berteriak lantang. Sesekali teriakan kompak pun menggema " Gooll!" Ketika bola berhasil masuk ke gawang lawan. Ada pembelajaran yang dapat dipetik dalam bermain bola ketika aku menyaksikan permainan tersebut. Pertama, membentuk jiwa sportif yaitu mengakui dengan jujur dan ikhlas kekalahan ketika bola berhasil masuk ke gawang lawan. Kedua, kerjasama yaitu kekompakan di antara para pemain. Tanpa kekompakan saling membagi bola tak ada harapan gol bisa diciptakan. Ketiga kerja keras, sesama pemain begitu gigih berjuang agar bola bisa masuk ke gawang.Itulah beberapa sisi positif yang dapat membentuk karakter dalam permainan sepak bola. Namun, sangat disayangkan saat ini lahan untuk bermain bola sudah berubah menjadi tempat tinggal ataupun pertokoan. Terutama mereka yang hidup di kota kota besar. Lapangan untuk bermain bola sudah tak bisa dijumpai. Akibatnya gang sempit pun menjadi arena bermain anak anak untuk sekadar menyalurkan hobi. Itulah realita kehidupan di kota kota besar. Tak ada lapangan tak menjadi alasan untuk tidak menyalurkan hobi bermain bola. Gang sempit pun menjadi tumpuan. Pemerintah memang telah menyediakan gedung olah raga di beberapa tempat sebagsi sarana olah raga masyarakat.Namun, tentu ada persyaratan yang harus dipenuhi jika ingin menggunakannya. Apa bedanya dengan lapangan terbuka? Tentu berbeda. Jika bermain di lapangan, mereka bebas memilih waktu kapan pun untuk bermain serta menggunakanya. Tak ada ketentuan atau persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan itu bagi sebagian orang memang cukup merepotkan. Sedangkan bila bermain di gedung olah raga mereka harus siap mengkuti ketentuan yang ada. Dengan demikian bermain bola di gang sempit dijadikan alternatif untuk bermain bola bagi sebagian anak yang tinggal di perkotaan.

Jakarta, 28 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post