Sejak bulan Juni yang lalu tepat pada hari ulang tahunnya,  anakku berangkat ke pondok tahfidz untuk melanjutkan studynya.  Sesuai maklumat pondok  santri berangkat bareng dengan santri lainnya dan titik kumpul di pull bus. Saya bersama ayahnya mengantar ke pull bus yang sudah ditentukan oleh pihak pondok supaya bisa berangkat bareng dengan teman sepondoknya.  Ketika sampai di pull bus ternyata teman-teman anakku sudah berkumpul. Tidak berselang lama santri sudah diperbolehkan naik bus dan segera akan diberangkatkan.  Dengan mata berkaca-kata anakku pamit dan salaman sama ayahnya juga sama saya.  Dengan berat hati dan linangan air mata saya merelakan anakku berangkat ke pondok tahfidz. Saya memeluknya dengan rasa haru lalu anakku membisikkan kata-kata “ibu jangan sedih didunia kita hanya berpisah sementara dan diakhirat kita akan berkumpul untuk selamanya dan aku akan pasangkan sepasang mahkota untuk ayah dan ibu”.  Segera saya hapus air mataku untuk memberi semangat dan ridho kepadanya. 

Setelah beberapa bulan tidak ada kabar dari pondok tahfidz dan wali santri juga tidak diperbolehkan untuk menengok anaknya karena demi keselamatan bersama covid 19 belum usai. Rasa kangen kepada sang buah hati semakin memdalam, terbayang canda tawanya, isengnya, dan tingkah lakunya. Tiba-tiba handpone berbunyi segera saya buka ternyata ada WA yang masuk dan segera sya baca.  Assalamu’alaikum ibu mohon ijin ini saya minta tolong sama ibu guruku supaya mengirimkan wa ini ke ibu. Semoga ibu dan ayah sehat wal’afiat dan ananda juga sehat wal’afiat dipondok. Kalau ibu ada waktu tolong kirimkan cemilang, sebagai pengobat rindu dan kangenku sama ayah dan ibu, sekian dulu ya bu, I LOVE YOU ALL.