Hana Lisvanti

Menjadi Guru Penulis bukanlah hal yang mudah, tapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Terus mencoba dan berusaha agar bisa memberi manfaat bagi orang lain....

Selengkapnya
Navigasi Web

Kado Seru di Hari Guru HGN2020

KADO SERU DI HARI GURU

Oleh Hana Lisvanti, S.Pd

 

Aku mengayunkan kakiku dengan langkah gontai menuju sebuah ruangan berukuran 12 m² yang menurutku sangat menyeramkan. Ruangan yang paling ditakuti oleh anak-anak “Putih Biru” saat itu. Sungguh, panggilan ke tempat ini sangat tidak aku harapkan. Aku merasakan detak jantungku semakin tak menentu dan keringat dinginku menetes dengan derasnya. Suasana sekolah tampak sepi karena anak-anak dan hampir semua guru sudah meninggalkan sekolah menuju rumah masing-masing. Aku beranikan diri mengetuk pintu yang diatasnya ada papan kecil bertulisan “Ruang BK”.

“Silakan masuk!”

Aku kaget sekali karena ternyata yang ada di ruangan itu adalah Pak Erwin, guru seni musik di sekolahku, bukan guru BK.

“Loh, kok Bapak di sini? Bu Intan mana?” tanyaku penasaran.

“Saya yang menggantikan Bu Intan di sini. Duduklah!”

Aku meletakkan tas sekolahku di lantai, dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Pak Erwin.

“Ayolah, Pak! Bapak jangan becanda deh. Saya takut sekali sama Bu Intan. Saya sudah deg-degan sekali, nih!”

“Memangnya kamu tidak takut sama saya?”

“Nggak lah, Bapak kan baik hati, nggak pernah marah sama saya.”

“Tapi saya sekarang benar-benar marah sama kamu.”

Aku tertunduk seketika saat Pak Erwin meninggikan perkataan beliau. Mungkin ini bukan saatnya untuk bercanda seperti hari-hari sebelumnya ketika aku ikut kelas musik beliau.

“Bapak nggak sungguh-sungguh marah sama saya, kan?” mengkerut juga aku dibuatnya.

“Ada beberapa kesalahan yang kamu buat dan karena itu saya sangat marah, kamu tahu itu?”

“Maaf, Pak. Sebenarnya saya juga bingung salah saya apa. Seingat saya, saya tidak melakukan pelanggaran sekolah sudah hampir sebulan ini.”

“Pertama, kamu tidak ikut kelas gitar tiga hari yang lalu. Kedua ...”

“Tapi, Pak.”

“Jangan memotong pembicaraan saya!”

“Iya, Pak.”

“Kedua, kamu pingsan pada saat bertugas menjadi dirigen paduan suara upacara bendera. Ketiga, kamu bohong pada Guru BK.”

“Masih ada lagi, Pak?”

“Kamu mau menantang saya?”

“Bapak ini kenapa sih, Pak? Bukan model Bapak marah-marah seperti ini. Nggak lucu tau, Pak.”

“Diam!” kata Pak Erwin keras sekali.

Aku tidak pernah melihat Pak Erwin semarah itu padaku. Rasanya ada sesuatu yang menusuk jantungku ketika aku dimarahi oleh guru yang selama ini selalu memotivasi dan menginspirasiku. Butiran bening ini pun tak sanggup bertahan di mataku. Akhirnya ia pun mengalir di pipi tirusku.

“Lalu apa yang harus saya lakukan, Pak?” tangisku mulai pecah tak tertahankan. “Bapak tahu kan, kalau saya tidak ikut les gitar karena saya sakit?”

“Iya, saya tahu kamu sakit, tapi kamu berbohong dengan mengatakan pada Bu Intan bahwa memar di matamu karena kejedug pintu.”

“Saya tidak bohong, Pak.”

“Dan saat ini pun kamu masih berbohong sama saya.”

“Maksud Bapak?”

“Saya tahu, kalau memar di wajahmu itu karena kekerasan orang tuamu, kan?”

“Dari mana Bapak tahu?”

“Jawab pertanyaan Bapak!”

“Iya, Pak. Betul.”

“Dan itu yang menyebabkan kamu pingsan pada saat menjadi dirigen, karena staminamu tidak stabil.”

“Seharusnya Bapak tidak perlu tahu itu.” sesalku.

“Kamu adalah anak paling unik yang pernah Bapak tahu. Meskipun latar belakang keluargamu sangat buruk, kamu tetap tangguh menjalani hidupmu”

“Itu karena Bapak yang selalu memberi motivasi pada saya untuk selalu bangkit”

“Kamu tetap terlihat gembira di depan teman-temanmu meskipun kesedihanmu menumpuk”

“Bapak kan, yang mengajari saya untuk selalu bahagia? Lalu buat apa saya bersedih?”

“Bapak memanggilmu ke sini hanya untuk memberi pesan kepadamu, Nak. Kamu punya bakat musik yang harus kamu kembangkan, Nak. Kamu juga mempunyai prestasi sekolah yang membanggakan. Selama kamu masih diberi kesempatan untuk bernafas dan mengenyam pendidikan, maka gunakan waktumu sebaik mungkin untuk berprestasi demi meningkatkan kualitas hidupmu. Tingkatkan ibadahmu, karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu mau mengubah nasibnya sendiri.”

“Iya, Pak. Saya mengerti.”

“Ini untukmu. Ambillah!”

Pak Erwin menyodorkan sebuah gitar yang biasa aku pinjam ketika ada kelas gitar bersama beliau. Itu karena aku tidak mempunyai gitar sendiri seperti teman-temanku yang lain.

“Tidak, Pak. Ini milik Bapak. Bapak bisa meminjamkan kepada anak-anak lain yang tidak mempunyai gitar seperti saya.”

“Sekolah sudah membeli beberapa gitar baru untuk inventaris kelas musik. Ambillah!”

“Bapak serius? Terima kasih, Pak. Senang sekali rasanya.”

“Kamu boleh keluar dari ruangan ini.”

“Sebelum saya keluar, saya ingin memberi ini ke Bapak. Selamat Hari Guru, Pak. Semoga Bapak selalu menjadi guru hebat bagi murid-murid Bapak.”

Pak Erwin menerima bingkisan kecil dariku, memandanginya sesaat dan tak lama kemudian beliau mengarahkan pandangannya kepadaku.

“Apa isinya?”

“Pulpen.”

“Mengapa pulpen yang kamu pilih sebagai barang yang kamu berikan ke saya?”

“Karena saya ingin Bapak menuliskan kisah perjuangan Bapak sebagai guru, sehingga murid-murid Bapak mengetahui tentang sejarah Bapak sebagai guru hebat.”

“Terima kasih, Nak.”

“Sama-sama, Pak. Selamat Sore. Assalamu’alaikum.”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

25 Nov
Balas

Apakah Ibu saat ini ikut kelas novel 2?

26 Nov

Keren banget Say salam LiterasiSelamat hari Guru Nasional dan TNGP 2020. Salam sehat selalu

28 Nov
Balas

Keren bund, salam kenal

27 Nov
Balas

Salam kenal kembali bund, ibu ikut kelas novel 2?

27 Nov

Sukses selalu...keren tulisannya.

28 Nov
Balas

Mantap minta pulpen ukir sejarah ya bun

25 Feb
Balas

Cerpennya keren...sukses selalu Bun...

26 Nov
Balas

Bunda juga ya, sukses selalu,

27 Nov

Terima kasih, Ibu.

26 Nov
Balas



search

New Post