Pagi ini, seperti biasanya aku menyiapkan bekal makan siang untuk fauzi. Hari ini kebetulam jadwal ekstra kurikuler di sekolahnya sampai sore hari. Setelah semua beres, pergilah kami menuju sekolah dengan angkot.Turun dari angkot, kami berjalan, kebetulan jarak sekolah fauzi tidak jauh dari jalan raya. Kira-kira 10 meter dari gerbang sekolah, aku serahkan bekal makan siangnya dan uang jajan secukupnya. Sayangnya bekal makan siangnya tidak mau diambilnya. Masih kenyang, Katanya. Merkipun sudah dingatkan bahwa bekal itu pasti diperlukan saat perut kosong. Tetap saja fauzi bersikeras tidak mau mengambilnya. Hanya uang jajan saja yang diambilnya. Meskipun kesal, tapi aku berusaha untuk menghargai. Setelah fauzi masuk gerbang sekolah, aku melanjutkan perjalanan ke tempat bekerja. Angkot menjadi salah satu angkutan umum yang sering aku gunakan.

Kira-kira 20 menit naik angkot, aku turun di tempat pemberhentian. Tengok kanan tengok kiri lalu menyeberang jalan. Tiba- tiba mata menangkap sosok anak kecil yang duduk terkulai sambil memegangi perutnya. Ekspresi wajahnya mengisyaratkan kalau anak itu menahan lapar yang cukup lama. Hati terasa teriris. Bagaimana mungkin seorang anak kecil hidup di jalan seorang diri. Kemanakah orangtuanya.. Yatim piatukah dia sehimgga terlunta-lunta.

Tanpa berpikir panjang aku ambil bekal fauzi. Dan kuberikan kepadanya. Dengan mata berbinar anak itu mengambilnya dan mengucapkan terima kasih. Paling tidak ada sedikit nasi untuk menganjal perutnya.

Ternyata segala sesuatu yang terjadi pasti ada hikmahnya. Rasa kesal karena fauzi menolak bekal makan siangnya langsung tergantikan dengan rada syukur. Penolakan fauzi atas bekal makan siangnya membuat aku menjadi punya kesempayan untuk berbagi dengan anak lain di tempat berbeda. Segala sesuatu yang terjadi pasti ada hikmahnya. Syukur dan syukur yang selalu diucspkan dalam hati. Sesuatu itu pasti ada maknanya. Dan Allah saja yang Maha Mengetahui. Kita hanya menjalaninya saja.