Hafizni Ansyarina

Salah seorang pendidik di MTsN 3 Sijunjung Sumatera Barat. Ibu dari 2 orang putera dan 1 orang Puteri ini sedang menempuh pendidikan magister (S.2) di UMSB....

Selengkapnya
Navigasi Web
PENYAKIT RIYA

PENYAKIT RIYA

Tagur 365 (15)

Riya merupakan dosa besar setelah syirik. Riya ini melakukan ketaatan karena ingin mendapat pujian di hadapan manusia.

Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, menyampaikan keprihatianannya. Manusia banyak yang menghabiskan waktu, harta, materi digunakan untuk mempercantik jasmani/ fisik saja. Namun tidak banyak di antara manusia ini yang menghabiskan waktu, harta, materi untuk memperbaiki hatinya. Padahal keduanya kelak akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT.

Memperbaiki hati agar jangan terkontaminasi oleh penyakit, lebih penting diprioritaskan kesehatannya. Karena fisik yang sehat tergantung kondisi hati. Nabi SAW pernah bersabda, “jika hati baik maka seluruh anggota tubuh akan baik, namun jika hati itu tidak baik maka seluruh anggota tubuh tidak akan baik”.

Nabi SAW juga menjelaskan pada sahabat-sahabatnya, ada 3 golongan manusia yang pertama dijilat api neraka.

1. Orang yang bersedekah. Allah akan menanyakan karena siapa engkau bersedekah?. Saat manusia menjawab “karena Allah”. Maka Allah menjawab, engkau bohong, engkau bersedekah hanya karena ingin dipuji manusia. Silahkan masuk ke neraka.

2. Orang yang berjihad lalu syahid. Demikian juga dengan orang yang di dunia kelihatannya mati syahid, namun ternyata niatnya hanya ingin mendapat pujian manusia. Tempatnya juga di neraka.

3. Orang yang menuntut ilmu. Merekapun akan ditanya apa tujuan menuntut ilmu. Jika ternyata tujuannya hanya ingin dipuji bukan untuk menegakkan agama Allah. Maka tempatnyapun dalam neraka.

Riya merupakan penyakit hati. Ciri-cirinya ada dua macam:

1. Ingin dipuji dalam beribadah (hubbul madah)

2. Tidak ingin dikritik oleh manusia

Allah berfirman dalam Alquran Q.S Al-Baqarah:264

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

Dalam ayat ini, jelas bahwa jika bersedekah karena ingin dipuji manusia dengan cara menyebut-nyebutnya . Atau menyakiti (perasaan si penerima), maka hal ini ibarat batu licin yang di atasnya ada tanah, lalu batu itu ditimpa hujan lebat sehingga menjadi bersih.

Jika demikian, amalan kita tidak dapat pahala. Alangkah ruginya orang yang seperti ini.

Dalam kitab AlMuhasibi, prilaku yang muncul akibat riya ini: sombong, hasad, tidak mau belajar, ujub. Inilah sikap yang muncul akibat riya.

Sedangkan menurut Imam Ali bin Abi thalib, tanda-tanda orang riya ibadahnya tidak standar. Misalnya saja, jika dihadapan orang banyak salatnya lama seolah-olah khusyu’ sedangkan jika dia sendiri salatnya hanya sebentar saja.

Atau contoh lain, sepulang haji, jika tidak dipanggil pak haji atau bu hajah, maka muncul rasa marah pada orang yang memanggilnya.

Contoh zaman sekarang, jika bersedekah harus difoto dulu atau berselvi lalu diupload di medsos. Semua itu tujuannya apa?. Janganlah kita sampai terjebak dengan sikap riya ini.

Alangkah indahnya pesan atau moto dari para salafussaleh bahwa “Sembunyikanlah kebaikan yang kamu lakukan, sebagaimana kamu menyembunyikan aibmu rapat-rapat”.

Jadi manusia janganlah hanya sibuk dengan mempercantik fisik saja. Namun lebih penting lagi memperbaiki hati. Semoga kita terhindar dari penyakit riya ini. Jangan sampai 2 ciri-ciri di atas ada dalam hati kita. Marilah kita introspeksi diri. Walalahu a’laam.

Sijunjung, 9 Pebruari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam literasi

09 Feb
Balas



search

New Post