Memelihara Tembuni tradisi Sunda
Setiap kelahiran anak pasti hal yang sangat menyenangkan dan membahagiakan bagi pasangan suami isteri yang sudah lama menunggu kehadiran buah hati mereka ke dunia ini. Dengan kehadiran anggota baru bagi sebuah keluarga akan merasakan kelengkapan sebuah kebahagiaan yang tidak bisa dibayar dengan apapun jua.
Kelahiran bayi ke dunia pasti bersamaan dengan placenta atau yang lebih dikenal dengan uri atau ari-ari. Tembuni/placenta dipandang sebagai kembaran atau saudara bayi selama di dalam kandungan. Karena ia menjadi bantalan tempat duduk bayi selama di dalam kandungan dan sebagai penyuplai sari-sari makanan dari ibu kepada si jabang bayi.
Bagi masyarakat Sunda, ari-ari bayi tidak boleh dibuang begitu saja tetapi harus dikubur atau dihanyutkan ke sungai. Bersamaan dengan bayi yang dilahirkan, tembuni yang keluar biasanya di bersihkan dan dimasukkan ke dalam periuk tanah atau pendil dan dicampurkan berbagai bumbu garam, asam, dan gula merah lalu ditutup dengan kain putih yang telah diberi lubang udara melalui bambu kecil.
Periuk tanah tadi dibawa oleh keluarga/ayah sibayi untuk ditanam didepan halaman rumah dan dinyalakan lampu semprong atau lampu sentir sampai tali pusat si bayi putus atau lepas dari perutnya. Upacara penguburan tembuni diiringi dengan doa selamatan dengan tujuan agar si bayi diberi keselamatan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih bu
Bapak tahu tradisi itu pak, sangat menarik ceritanya.
Terima kasih pak
Menarik ceritanya
Terima kasih bu