Guru Rendra

Guru Rendra atau Rendra Prihandono adalah guru Sociology A Level Cambridge di BINUS SCHOOL Serpong sejak Juli 2016. Sebelumnya Guru Rendra pernah berkarya baik ...

Selengkapnya
Navigasi Web
4 Hikmah Ketika Murid Anda Gagal dalam Ujian

4 Hikmah Ketika Murid Anda Gagal dalam Ujian

Apa perasaan Anda sebagai guru ketika mengevaluasi kertas ujian murid-murid dan menemukan bahwa sebagian (atau bahkan sebagian besar) murid Anda belum (atau bahkan tidak mampu) mengerjakan soal-soal ujian yang Anda buat?

Bisa jadi kesal, gusar, bingung. Benak Anda penuh pertanyaan.

"Mengapa mereka tidak mengerjakan soal-soal saya? Apakah terlalu sulit?

Bukankah saya sudah membahasnya di kelas? Apakah penjelasan saya sulit dimengerti?

"Apakah topik yang saya ujikan ini memang terlalu berat untuk mereka?"

Dan sebagainya. Dan sebagainya.

Nah, paling tidak ada 5 hikmah yang bisa kita petik ketika situasi ini terjadi.

1. (Mungkin) Murid Anda Memang Tidak Siap

Kita mungkin sudah memberikan persiapan terbaik untuk murid-murid kita. Tapi, belajar bukan hanya terjadi di kelas. Agar memiliki memori jangka panjang yang baik, tidak bisa kita hanya mengandalkan sesi belajar di sekolah. Harus ada yang namanya proses repetisi atau pengulangan. Semakin suatu hal itu diulang-ulang, semakin kuat ingatan kita terhadap hal tersebut.

Nah, masalahnya dengan anak-anak sekarang ini adalah mereka tidak mau mengulang pelajaran hari itu. Mereka beranggapan bahwa belajar ya hanya terjadi di kelas. Kalau mereka tidak mampu mengingat pelajarannya pada saat ujian, maka itu salah guru yang tidak bisa membuat mereka ingat. Ini memang konyol, tapi pemahaman ini bisa Anda temui di sekolah mana saja. Guru menjadi pahlawan super yang harus mampu membuat murid memiliki ingatan super. Tidak ada niat atau indikasi bahwa sekolah dan rumah harus memiliki hubungan mesra dalam hal yang namanya belajar tadi. Orang tua juga mengamini hal tersebut dan memperkuat pola pikir yang salah ini pada anaknya.

Tapi percayalah, kalau murid tidak memiliki kebiasaan belajar yang baik, maka mereka tidak akan siap menghadapi ujian apapun. Dan tanpa persiapan memadai, jangan berharap akan ada hasil yang baik pula. So, it's not 100% your fault, Teachers!

2. (Mungkin) Manajemen Kelas Kita Tidak Efektif

Nah, yang kedua ini yang tidak enak untuk kita. Kenyataan yang sering harus dihadapi guru adalah tidak semua sesi kelas kita itu efektif. Sesi kelas yang efektif adalah sesi kelas yang meninggalkan jejak mental yang kuat pada anak-anak didik kita itu. Kalau mereka bisa mengasosiasikan apa yang mereka pelajari di kelas dengan kebutuhan mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan ujian maka saat itulah efektifitas sesi kelas kita terbukti.

Kelihatannya simpel bukan? Padahal aslinya susah banget lho! Bisa jadi salah satunya karena manajemen kelas tidak kondusif.

Coba ajukan pertanyaan reflektif berikut:

Apakah selama ini kita lalai dalam menyusun manajemen kelas yang memberikan situasi kondusif bagi murid-murid kita belajar? Faktor-faktor apakah yang kira-kira menyumbang bagian terbesar kepada tidak kondusifnya kelas kita? Faktor fisik, misalnya, setting kelas yang monoton? Atau faktor non-fisik, misalnya, sesi kita selalu di jam setelah jam istirahat makan siang sehingga murid-murid cenderung masuk dalam situasi mental yang sudah lelah, bosan, dan tidak siap dengan hujan materi yang berat (padahal kita dikejar linimasa waktu yang sangat ketat). Coba analisa, dan susun strategi baru dalam menghadapi kecenderungan situasi ini berulang di sisa waktu tahun ajaran ini.

3. (Mungkin) Seni Berkomunikasi Kita Tidak Efektif

Atau bisa jadi, karena seni berkomunikasi kita tidak efektif. Coba ajukan pertanyaan reflektif berikut:

Apakah seni berkomunikasi kita selama ini tidak cukup memastikan murid-murid kita mendapatkan kesan yang kuat dan mendalam tentang apa yang seharusnya mereka kuasai? Apakah seni berkomunikasi kita hanya memudahkan kita mengajar dan belum memudahkan murid-murid kita belajar? Apa yang seharusnya menjadi titik perhatian untuk kita komunikasikan agar murid-murid kita lebih menguasai yang seharusnya mereka kuasai?

4. (Mungkin) Strategi Pengajaran Kita Tidak Efektif

Atau bisa jadi, karena strategi pengajaran kita tidak efektif. Coba ajukan pertanyaan reflektif berikut:

Apakah strategi pengajaran kita sudah menemui sasaran yang diharapkan? Apakah dengan strategi yang kita pakai cukup bervariasi untuk menghindarkan murid-murid kita dari kebosanan? Adakah kita siap dengan rencana cadangan bila strategi yang kita rancang tiba-tiba tidak berhasil karena satu dan lain hal di luar perhitungan kita?

Nah, ada baiknya pertanyaan-pertanyaan reflektif ini perlu kita renungkan agar fenomena ketidakmampuan siswa menjawab ujian tidak lagi atau setidaknya bisa diminimalkan di kemudian hari. Menjadi mawas diri adalah kemampuan tertinggi yang seharusnya kita sebagai guru harus kuasai. Itulah yang membedakan kita sebagai orang dewasa dengan murid-murid kita yang belum dewasa dan matang. Dengan kemampuan tertinggi ini, kita sebagai orang dewasa, akan menjadi sangat efektif dalam menunaikan tugas apapun, termasuk ketika menjadi pendidik dan pengajar generasi masa depan ini.

Dan yang lebih penting lagi, kita bisa terbebas dari rasa galau berkepanjangan. Setuju??

Serpong Utara, 21 Desember 2016

Ditulis dengan penuh cinta untuk semua anak didikku.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post