TANJAKAN DAN TURUNAN
Ketika kita jalan kaki di sebuah jalanan yang menurun, maka kita merasa senang karena energi yang kita keluarkan sedikit akibat bantuan gravitasi bumi. Tetapi ketika jalanan menanjak, kita kurang menyukainya karena pasti berat dan nafas tersebgal-sengal. Demikian pula saat kita berkendara. Saat jalanan menurun, kita injak rem dan saat jalanan menanjak kita injak gas. Berkendara di jalanan menurun dan menanjak membutuhkan kewaspadaan dan keterampilan yang lebih dibanding saat hanya jalan kaki.
Mari kita cari hubungan hal di atas dengan kehidupan sehari-hari kita. Naik turunnya kehidupan kita sama persis dengan naik turunnya jalanan. Keduanya berjalan beriringan dan silih berganti secara otomatis. Tidak ada jalanan yang terus menurun, dan tidak ada pula jalanan yang terus menanjak. Saat kita menapaki japan mendaki, disitu kita mengeluarkan upaya yang maksimal. Energi kita terkuras, keringat bercucuran, namun kita punya secercah harapan ingin sampai di ujung jalan. Saat kehidupan sedang turun, tidak perlu bersedih. Tetap melangkah dan berusaha sekuat tenaga, karena di depan jalan menurun itu akan segera berakhir dan berganti menanjak. Dan saat kehidupan kita sedang menanjak, jangan lengah, bantu yang sedang menurun dan tetap waspada karena jalanan akan segera berganti menurun. Saat pergantian dari saat ditanjakan ke turunan, maka siapkan rem. Artinya kencangkan ikat pinggang, kurangi hal-hal yang tidak penting, jaga nafsu dan priritaskan hal-hal utama. Persis tabir mimpi raja di jaman Nabi Yusuf. Saat itu Nabi Yusuf menterjemahkan mimpi raja bahwa maksud sapi gemuk dimakan sapi kurus adalah akan datang tujuh masa kemakmuran dan tujuh masa kelaparan. Nabi Yusuf berpesan agar menabung dan bijak saat gemah ripah loh jinawi (saat subur makmur) untuk menghadapi masa kekeringan dan kelaparan. Tidaklah mengapa saat ini kita di japan tanjakan atau turunan. Bukan itu hal yang hakiki. Nanun yang utama adalah tersematnya dalam hati dan jiwa bahwa ada desain alam yang sudah digariskan. Keridhoan dan keikhlasan kita menjalani hidup, akan membawa kepada pemahaman bahwa kita ini hanyalah "wayang". Dan wayang dan ceritan atau lakon di dalamnya tergantung kepada sang dalang. Dan dalang itu adalah Dzat Yang Maha Membuat Skenario. Jadi, dijalanan mana kita dizinkan hidup, tetap hadirkan Sang Khalik,Allah SWT. Jangan segan dan enggan.
Salam sukses, salam motivatrust
Jakarta, 17 Januari 2021
Gunanto
Youtube: GUNANTO MOTIVATRUST
IG : mr.gunanto
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sangat menginspirasi pak. Tq ulasan kerennya
Siap Bu Gisma..
Mantap pak motivasinya.. Salam sukses ...
Ulasan hasil analisis rasa dan logika yang keren Pak bahwa semua yg sudah tersaji di alam n kehidupan ini saling berhub. dan semua itu hanya karena Alloh semata selaku Dzat yang Maha Kuasa ats segalanya...pandai-pandainyankita bersyukur ats segala nikmatnya...sukses n salam kenal balik dan salam literasi nggih, barokallohu
Inggih Bu Titik..semoga semakin hari kita semakin baik..aamiin. Saling mengingatkan melalui literasi.
Ulasan yang inspiratif banget pak. Sangat mencerahkan, hidup seperti jalanan naik dan turun. Mantab..terima kasih kunjungan ke blog saya. Salam kenal dari Magetan pak Gunanto
Siap Pak Sukadi..salam sukses Pak
Luar biasa pak haji. Tulisannya sangat bagus dan bermakna
Siap Pak..salam literasi..
Siap Pak..salam literasi..