Obrolan ringan pendidikan masyarakat bawah diwarung Kopi
Disudut jalan keramaian masyarakat desa.biasa setiap habis magrib bapak bapak mengisi waktu luangnya, melepaskan kepenatan fisik dan kejiwaannya. sehabis kerja serabutan seharian,tanpa dikomando "berdiskusi' ringan ala masyarakat kampung,ngobrol "ngaler ngidul",tanpa merumuskan tema tema ilmiah,layaknya orang kota membahas tema tema ilmiah yang berulang ulang informasinya tentang benar salah, halal haram dengan cara kaku dan mengancam. belum tentu juga apa yang dibicarakan bisa dilaksanakan atau tidak, itu urusan lain,yang penting standar ilmiah sebagai manusia yang berilmu pengetahuan tinggi dengan gaya yang sedikit perlente. bisa ditampilkan.
Nampaknya temanya pun yang loncat loncat,dari masalah kerja bakti sampai pendidikan terbahas dengan sempurna. membikin bingung dan pusing menafsirkannya,apalagi kalau menyaksikan langsung dari kejauhan.mendengarkan keseruan debatnya, laksana anggota dewan lagi bersidang sambil pukul pukul meja.mungkin juga dia meniru tontonan ditelevisi,kalau debat yang hebat itu harus ada bumbunya,pikirnya. ada baku hantam, pukul meja dan lempar kursi.dan terakhir pembahasan yang agak seru adalah masalah pendidikan dari masalah zonasi PPDB sekolah favorit dan kelanjutan pendidikan ke perguruan tinggi tidak luput juga dari pembahasan.yang ujungnya hanya harapan harapan sederhana anaknya dikemudian hari harus bisa menggantikan atau bisa meningkatkan taraf hidup mereka.suatu cita cita yang sederhana dan tidak muluk muluk. yang penting agar anak mereka bisa menjadi anak anak yang secara ekonomi dapat menunjang penghidupan yang layak,tidak seperti yang mereka rasakan hari ini,banting tulang dari pagi sampai sore, menjadi buruh tani atau burung bangunan.dengan upah harian yang ala kadarnya.intinya tidak akan berharap banyak menjadi seorang anak yang kaya raya dengan seabreg titel dipundaknya tetapi melupakan hakikat dirinya serta menjadi manusia setengah dewa,yang masuk pada lingkaran arus dengan sistem yang tidak terbentuk arahnya mau kemana.
Mereka tidak tau,urusan yang berhubungan politik,ekonomi atau tatanan etika keilmuan yang harus dipertanggyung jawabkan sesuai dengan titel titel yang dimilikinya.mereka tidak berfikir cara duduk dan gaya yang harus ditampikan pada saat menjadi seorang akademisi,seorang biokrat dan status jabatan lainnya,yang harus selalu ada dibawah kendali protokoler.atau sedikit menjadi robot dari aturan dan kebijakan yang disandangnya.
Sesungguhnya,pemahaman pendididkan bagi masyarakat bawah hanyalah sebatas,bagaimana anak mereka bisa menghidupi dan mengurus dirinya,pada saat mereka sudah kehabisan tenaga dalam memberikan nafkahnya dan sudah tidak muda lagi.tidak muluk muluk,bukan.Apalagi ambisi ambisi yang selangit untuk bisa mendominasi atau hedonisme,menjadi manusia homo homoni lupus.yang tidak memikirkan kesejahteraan dan kemakmuran masyakatnya,atau menumpuk numpuk harta untuk dirinya dengan jiwa kerakusan yang tidak ada taranya.seolah olah gelar atau jabatan akan dibawa liang kubur,dengan setumpuk prestasi atau penghargan.disatukan diliang lahat.
Tetapi pembahasan dan lamunan mereka terhentak,sebab mereka ngobrol sudah terlalu tinggi melampui harapan sederhananya,obrolan mereka sudah terlalu melebar, layaknya pada forum ilmiah atau menjadi pembicara ilmiah yang harusnya dilaksanakan pada tataran dan kajian ilmiah pada seminar atau kuliah umum yang pesertanya harus berdasi berpeci plus asisten yang membantu mengambilkan kertas kerja apabila lupa ketinggalan, termasuk berjalankakipun harus dipayungi supaya tidak kepanasan,agar selalu berfikiran dingin dan jernih.sebab kalau terlalu kegerahan dan cepat lelah, bisa hilang konsentrasi konsep dan kajian ilmunya.Prestise dan harga diri harus dijaga pula. wujudnya dan hasilnya, seperti apa terserahlah yang penting gaya dan kehebatan menjadi nomer wahid.
Malam sudah larut perserta "diskusi" diwarung kopi membubarkan diri,dengan sejuta pertanyaan yang tersimpan dalam pikiran masing masing dan berupaya menjawab sendiri dengan lamunannya, serta tidak ada kesimpulan yang bisa diambil,hanya yang terfikirkan segera, besok lusa mau makan apa,untuk anak istri.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar