Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara haruslah memerdekakan kehidupan manusia. Pendidikan wajib disandarkan pada penciptaan jiwa merdeka, cakap, dan berguna bagi masyarakat, merdeka secara fisik, mental, dan kerohanian. Namun kemerdekaan pribadi dibatasi oleh tertib damai kehidupan bersama, hal ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab, dan disiplin. Manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang.
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab, manusia yang mampu menggali potensi,kreatif,inovatif dan berkarakter, pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Tujuan pendidikan yang harus dicapai menurut Ki Hajar Dewantara adalah terbentuknya manusia Indonesia yang merdeka, yaitu yang selalu memiliki inisiatif tanpa harus menunggu intruksi, selalu berfikir kreatif, selalu berinovasi dan berkarya serta memiliki budi pekerti luhur, sehingga lahirlah generasi yang paripurna cerdas,saleh, dan berkarakter. Beliau berprinsip bahwa Pendidikan harus holistik mengembangkan seluruh potensi siswa baik Cipta (kognitif) dan Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Tidak seperti yang terjadi saat ini Pendidikan yang hanya mengutamakan kecerdasan intelektual sehingga banyak melahirkan manusia pinter tetapi banyak juga yang keblinger.
Ki Hajar Dewantara memberikan beberapa pedoman dalam menciptakan kultur positif dan karakteristik seorang pendidik. Melalui semboyan Trilogi Pendidikan, memiliki arti yang melibatkan seluruh pelaku pendidikan atau guru dan peserta didik adalah:. Ing ngarsa sung tulada, berarti ketika guru berada di depan, seorang guru harus memberi teladan atau contoh dengan tindakan yang baik. Ing madya mangun karsa pada saat di antara peserta didik, guru harus mampu membangkitkan niat, kemauan, prakarsa dan ide, semangat. Tut wuri handayani, dari belakang seorang guru bisa memberikan dorongan, arahan, serta motivasi.
Materi Pembelajaran Ki. Hajar Dewantara menekankan pada pendidikan budi pekerti. Materi pelajaran budi pekerti yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara dapat diambil dari: bahan yang bersifat spontan, cerita rakyat/dongeng/legenda, lakon dalam pertunjukan sandiwara ataupun wayang, babad dan sejarah, cerita-cerita dalam buku-buku karya sastrawan/pujangga terkena, kitab-kitab suci agama, adat istiadat yang berlaku.
Pembiasaan salam dan bahagia, sopan santun, asah,asih, asuh, bahan-bahan pengajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan hidup rakyat, sesuai kodrat alam,sesuai kearifan budaya lokal dan juga sesuai kodrat zaman, Kemudian, materi tersebut diajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan usia anak didik.
Sistem Among (emban) memiliki pengertian menjaga, membina, dan mendidik anak dengan kasih sayang, membimbing sang anak dengan ikhlas sesuai bakat dan minat yang di asuh , memberikan 'tuntunan' agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Metode among juga dikenal dengan "Metode pengajaran dan Pendidikan berdasarkan Asih, Asah, dan Asuh."
Selain metode among, ada tiga metode yang dipakai oleh Ki Hajar Dewantara dalam mengajarkan budi pekerti berdasarkan urutan-urutan pengambilan keputusan berbuat artinya kita bertindak sebaiknya berdasarkan urutan yang benar, sehingga tidak ada penyesalan. Tiga metode tersebut adalah: ngerti, ngrasa dan nglakoni.
Pertama, NGERTI maksudnya adalah memberikan pengertian yang sebanyak-banyaknya kepada anak. Di dalam pendidikan budi pekerti anak diberikan pengertian tentang baik dan buruk. Di samping itu juga diajarkan tentang aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama.
Kedua, NGRASA maksudnya adalah berusaha semaksimal mungkin untuk memahami dan merasakan tentang pengetahuan yang diperolehnya hingga anak didik untuk dapat memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah.
Ketiga, NGLAKONI maksudnya adalah mengerjakan setiap tindakan, tanggung jawab telah dipikirkan akibatnya berdasarkan pengetahuan yang telah didapatnya. Jika sudah mantap dengan tindakan yang akan dilakukan hendaknya segera dilakukan jangan ditunda-tunda.
Keberhasilan tujuan pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat yang dikenal dengan Tri Sentra Pendidikan. Tri Sentra Pendidikan yaitu suatu pelaksanaan pendidikan yang dilakukan bersama-sama oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk membentuk manusia yang unggul, berbudi pekerti, dan cerdas. Dimulai pendidikan dari rumah sebagai pondasi pertama dan utama selanjutnya, pendidikan yang dilaksanakan di sekolah dan lingkungan masyarakat yang kondusif.
Sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan bersendikan 2 dasar, yaitu: pertama, kodrat alam sebagai syarat kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya; kedua, kemerdekaan sebagai syarat menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak agar dapat memiliki pribadi yang kuat dan dapat berpikir serta bertindak merdeka. Sungguh konsep yang mulia jika kedua kodrat ini benar-benar bisa tercipta di lingkungan pendidikan, peserta didik akan merasa dimanusiakan oleh pendidiknya. Namun yang selama ini terjadi di lingkungan sekolah adalah pendidikan yang cenderung mengedepankan kodrat zaman dan mengesampingkan kodrat alam. Sehingga tidak heran jika pendidikan hanya berlomba-lomba untuk mencetak peserta didik yang kompeten dalam segala hal sesuai kompetensi yang diinginkan oleh setiap mata pelajaran. Bisa dibayangkan berapa mata pelajaran yang harus siswa pelajari dan harus kompeten semua terhadap materi. Kemerdekaan belajar yang bener-benar terenggut dalam proses ini. Kodrat alam anak tidak tersentuh maksimal, apakah mereka memang berbakat dalam kompetensi tersebut, bisakah potensinya dikembangkan dengan proses pendidikan yang seperti itu. Tentunya hal ini memicu siswa untuk berlomba-lomba mengkompetensikan diri mereka sendiri dengan berbagai cara meskipun terkadang cara yang mereka tempuh bertentangan dengan hati nuraninya.
Konsep Ki Hajar selanjutnya adalah dasar kemerdekaan yang mengandung pengertian bahwa hal itu sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia dengan memberikan hak untuk mengatur dirinya sendiri (zelfbeschikkingsrecht) dengan mengingat syarat tertib damainya (orde en vrede) hidup masyarakat. Menurut Priyo Dwiarso, siswa harus memiliki jiwa merdeka, dalam arti merdeka lahir, batin serta tenaganya. Jiwa merdeka ini sangat diperlukan sepanjang jaman agar bangsa Indonesia tidak didikte negara lain. Sistem among melarang adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik karena akan mematikan jiwa merdekanya, mematikan kreativitasnya (Dwiarso, 2010: 6). Sementara apa yang selama ini kita tanamkan kepada siswa? Selama ini kita hanya menuntut siswa dengan berbagai tugas dan nilai, tanpa mengetahui azaz menuntun. Mindset guru adalah segala-galanya dalam proses pendidikan. Siswa harus tunduk dengan apa yang diperintahkan oleh guru tanpa mempunyai hak untuk banding dan menuntut proses pendidikan sesuai dengan yang diinginkannya, harus diubah.
Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul pemikiran Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan?
Sebenarnya saya sudah memiliki gambaran dan pemahaman yang hampir sama seperti yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara, namun dalam praktiknya saya mengalami kebingungan , poinnya adalah saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas.
Pertama, saya percaya bahwa tiap individu berbeda perkembangannya meskipun pada anak kembar. Ada anak yang penakut , agresif , pendiam dll. intinya perkembangan pada tiap manusia berbeda-beda yang dikenal dengan individualitas. Namun dalam kenyataanya saya masih mengajar dengan sistem klasikal , modelnya masih yang bersifat klasikal, jarang mengggunakan model yang memperhatikan aspek individu
Kedua, saya percaya bahwa kebudayaan memengaruhi perkembangan sikap dan fisik anak. Ada di antara murid laki-laki di kelas yang cengeng seperti anak perempuan, mugkin dia dibesarkan di lingkungan yang tidak memuliakan laki-laki dan sebaliknya ada murid perempuan yang bertingkah seperti laki-laki. Lazimnya anak laki-laki dituntut tidak cengeng seperti anak perempuan, anak laki-laki harus lebih tegar dan pemberani dibandingkan anak perempuan
Ketiga, saya percaya bahwa setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan kecerdasan yang berbeda, ada murid yang cerdas,ada yang lambat,ada yang kecerdasannya dalam bidang sains,bahasa, matematika, musik, spasial, gerak motorik dll, tetapi dalam pembelajaran di kelas masih menggunakan sistem paket,yang penting KD tertentu selesai walaupun ada siswa siswa yang belum menyelesaikan KD tersebut,namun karena berpacu dengan waktu dan menyamakan dengan sekolah lain maka fokus mengejar target materi.
Keempat, saya percaya bahwa ada PERBEDAAN GAYA BELAJAR. Dalam Alquran Allah berfirman ada tiga sarana yang diberikan Allah agar manusia dapat belajar yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati, sehingga ada 3 gaya belajar anak ada yang audio,visual,kinestetik, Tetapi pada kenyataanya di kelas saya masih belum konsisten untuk melayani ketiga belajar tersebut yang seharusmya sebagai guru mampu melayani yang gaya belajar visual dengan menggunakan PPT misalnya,untuk yang audio dengan media audio misalnya dan untuk yang kinestetik dengan praktik langsung, sesekali saya menggunakan media dan model yang sesuai
Kelima, saya percaya bahwa ada perbedaan kepribadian setiap anak, ada yang lincah,pendiam,tempramen,sabar, namun perlakuan di kelas saya sering menyamakan mereka. Saya belum konsisten dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.
Keenam, Saya percaya bahwa ada perbedaan perkembangan sosial setiap anak, ada yang yang sok berkuasa,tidak mau tersaingi,ingin mendominasi,egois, empati dll, namun perlakuan di kelas saya sering menyamakan mereka Belum konsisten dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
Ketujuh saya percaya bahwa ada perbedaan perkembanngan moral dan spiritual anak,ada anak yang jujur,pendusta,disiplin,sholatnya rajin ada yang malas,Namun kenyataan di dalam kelas saya belum mampu menjadi teladan seperti yang diharapkan bapak Ki Hajar Dewantara
Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul pemikiran Ki Hajar Dewantara terhadap Pendidikan?
Setelah mengkaji modul pemikiran Ki Hajar Dewantara, perubahan pemikiran saya adalah: bahwa dalam proses membelajarkan, kita sebagai guru harus mengutamakan keteladanan,karena melalui keteladanan yang baik lebih berpengaruh dari pada seribu ucapan. Pembelajaran harus holistik, mengembangkan seluruh potensi siswa baik Cipta (kognitif) dan Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Tidak hanya terfokus pada aspek cipta semata, namun juga harus menyeimbangkan antara afeksi ( karsa), dan karya, intinya mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. Sehingga akan mampu melahirkan siswa yang cerdas,kreatif, dan berbudi pekerti/berakhlak mulia, Selain itu, proses pembelajaran hendaknya menyesuaikan berbagai diferensiasi yang ada baik gaya belajar,gaya berpikir ,minat bakat dll, menyesuaikan penggunaan pendekatan,strategi, metode,eknik,taktik dan model pembelajaran juga media, yang mampu melayani berbagai gaya belajar baik audio,visual, dan kinestetik,juga tentunya menyesuaikan dengan kearifan budaya lokal.
Beberapa poin pentingnya adalah :
Saya harus belajar budaya-budaya nenek moyang terlebih dahulu, untuk kemudian memasukkan kebudayaan ke dalam diri anak dan memasukkan anak ke dalam kebudayaan supaya anak menjadi makhluk yang insani.
Saya akan menerapkan sistem among dalam proses pembelajaran saya, mempercayakan anak didik untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dengan memberikan kebebasan berpikir seluas-luasnya.
Saya akan berusaha menerapkan konsep merdeka belajar yakni dengan melakukan beberapa hal sebelum pembelajaran yaitu:
➢ menentukan tujuan pembelajaran bersama-sama peserta didik,
➢ membebaskan peserta didik memilih cara belajar mereka sesuai minat dan bakatnya yang penting mencapai tujuan bersama sesuai kesepakatan awal tanpa paksaan dan tuntutan,
➢ bersama-sama untuk melakukan refleksi dengan menuangkannya menjadi tulisan setiap akhir pembelajaran untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan serta langkah terbaik yang bisa diambil untuk proses pembelajaran ke depan
Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?
Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif,inovatif,efekif dan menyenangkan melalui model pembelajaran berbasis teks versi modifikasi.
Pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks melatih peserta didik untuk menuangkan ide atau pemikiran, perasaan berdasarkan situasi atau konteks tertentu, sehingga ketika mengepresikannya sistematis, empiris, kritis, santun, serta berkarakter. Dalam aktivitas ini potensi peserta didik dapat digali secara baik berkenaan dengan 3 individu maupun kelompok. Dengan demikian ada proses pembelajaran yang dibangun atas dasar kolaborasi, diskusi, presentasi baik secara mandiri maupun berkelompok. Pembelajaran teks mengikuti beberapa tahap yakni: (a) membangun konteks; (b) pemodelan teks (percontohan); (c) pembuatan teks secara bersama-sama; (d)
membangun/mengembangkan teks secara mandiri
a. Membangun konteks
Membangun konteks, yaitu melalui kegiatan mengamati teks dalam konteksnya dan menanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan teks yang diamatinya. Pada langkah membangun konteks peserta didik dapat didorong untuk memahami nilai spiritual, nilai budaya, tujuan yang melatari bangun teks. Dalam proses ini peserta didik mengeksplorasi kandungan teks serta nilai-nilai yang tersirat di dalamnya. Di samping itu, peserta didik dapat mengungkap laporan hasil pengamatan untuk bahan tindak lanjut dalam kegiatan belajar.
b. Membentuk model (Pemodelan)
Pemodelan, yaitu melalui kegiatan mencoba dan menalar merumuskan model strukur fonologi, gramatikal, leksikal, dan makna teks dibacanya. Dalam langkah ini peserta didik didorong untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan memperhatikan (1) simbol, (2) bunyi (3) tata bahasa dan (4) makna. Melalui analisis fakta dan data pada teks yang
dipelajarinya peserta didik memperoleh model imbuhan, struktur kata, frase, klausa, kalimat, maupun paragraf. Semua kegiatan tersebut peserta didik pelajari pada konteks pemakaiannya. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengeksplorasi jenis teks yang dipelajarinya serta mengenali ciri-cirinya. Proses aktivitas pengenalan bukan sebagai
tujuan akhir pembelajaran, melainkan sebagai awal kegiatan untuk mengembangkan daya cipta.
c. Membangun teks bersama-sama
Membangun teks bersama/berkelompok, yaitu menyusun teks bersama masih dalam kegiatan mencoba, menalar, dan mencipta secara kolaboratif yang dilanjutkan dengan menyaji. Peserta menggunakan hasil mengeksplorasi model-model teks untuk membangun teks dengan cara berkolaborasi dalam kelompok. Melalui kegiatan ini
diharapkan semua peserta didik dapat memperoleh pengalaman mencipta teks sebagai dasar untuk mengembangkan kompetensi individu.
d. Mengembangkan teks secara mandiri
Mengembangkan teks secara mandiri, yaitu dengan titik tekan pada peserta didik dapat menunjukkan kompetensinya secara individual dalam mencipta. Oleh karena itu, dimensi kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia wajib memenuhi empat langkah dasar, enam langkah mengembangkan keterampilan beraktivitas secara saintifik, dua model kegiatan kolaboratif, individual, dan berdimesi beraktivitas dan berkarya.
Rancangan Tindakan
Judul Modul : Model BERBASIS TEKS MODIFIKASI dengan Memanfaatkan Fitur Reels Instagram sebagai Implementasi dari Pembelajaran yang Berpihak kepada Anak
Rancangan Untuk Tindakan Aksi Nyata
Latar Belakang : Model Pembelajaran BERBASIS TEKS MODIFIKASI dengan Memanfaatkan Fitur Reeks Instagram sebagai solusi untuk pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (sebelumnya pembelajaran lebih dominan berpusat kepada guru, murid hanya melakukan aktivitas tidak terlalu banyak) melalui model berbasis ini permainan dan mengadopsi kearifan budaya lokal seperti “ REWANG”, juga pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student center) melayani ke tiga gaya belajar anak baik audio,visual, kinestetik .dan melayani ketiga potensi bail kognitif,afektif dan psikomotorik anak. Untuk pelaksanaan saya harus menyiapkan dua focus, karena kelas XI ada yang mendapatkan giliran belajar PTM terbatas di sekolah, ada yang melaksanakan pula pembelajaran dari rumah (PJJ) dengan materi Teks Prosedur.
Bagaimana tahapan-tahapannya?, setidaknya ada empat tahapan yang harus dilalui dalam model pembelajaran ini. Yang pertama membangun pengetahuan, yang kedua pemodelan, yang ketiga konstruksi bersama, dan yang keempat konstruksi mandiri. Bagaimana penerapan empat tahapan ini dalam proses pembelajaran menulis teks prosedur.
Pada tahapan pertama membangun pengetahuan. Saya menggunakan Google meet karena gratis, aplikasi ini sangat nyaman untuk menyampaikan materi kepada peserta didik, mudah dioperasikan, bisa berbagi beragam model fail dengan mudah, peserta didik pun semuanya familiar dalam menggunakan gmail, sehingga langsung bisa masuk ke kelas virtual tanpa kendala. Sedangkan yang belajar dari sekolah, saya berikan secara langsung melalui paparan ppt via LCD.
Saya menggunakan media sosial paling populer yang dimiliki oleh peserta didik yakni Instagram. Media sosial Instagram dengan fitur baru yakni Reels (video pendek dengan musik) kami sepakati sebagai media pembuatan tugas. Hal ini saya rasa sangat menantang dan lebih menarik dibandingkan ketika mereka menulis di fail biasa kemudian mengirimkan kepada guru lewat email. Reels sebagai fitur Instagram yang sedang digemari anak muda membuat peserta didik lebih bersemangat, mereka berupaya memberikan yang terbaik dalam pengerjaan tugasnya.
Guru menyampaikan motivasi pembelajaran dan juga prosedur langkah-langkah pembelajaran melalui Google meet dengan harapan peserta didik memahami langkah-langkah sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis teks prosedur. Pada tahapan ini dimungkinkan ada diskusi dan dialog antara guru dan peserta didik. Peserta didik bisa menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Siswa yang PTM langsung dengan interaksi tatap muka bersama guru di kelas.
Selanjutnya langkah kedua yakni pemodelan, guru menyampaikan materi kepada peserta didik dengan menggunakan fitur berbagi layar, berupa sajian video, gambar, skema, dan wacana. Saya juga memakai aplikasi Google Slide. Saya menggunakan aplikasi ini karena peserta didik tidak perlu mengunduh materi yang saya berikan. Guru cukup memberikan link (tautan) kepada peserta didik supaya mereka bisa melihat kembali materi tersebut melalui link ( tautan ) yang saya berikan kapan saja.
Tahapan kedua ini menuntun peserta didik melihat video pembelajaran tentang proses membangun dan menulis teks prosedur, mencermati gambar, skema, dan wacana teks prosedur yang sudah saya siapkan. Peserta didik harus mendapat gambaran dan pemahaman yang jelas sehingga pada tahapan berikutnya mereka tidak mengalami kesulitan saat membuat teks prosedur dengan tema- tema tertentu.
Tahap ketiga, peserta didik bersama-sama menentukan pernyataan umum dan tahapan dari teks prosedur yang disajikan oleh guru. Peserta didik bersama kelompok kecil berdiskusi dan menuliskan teks prosedur dengan benar, kemudian hasilnya dipresentasikan oleh perwakilan kelompok, dikomentari oleh kelompok lain. Guru memantau dan memberikan koreksi serta penguatan.
Bagian terakhir dari model pembelajaran berbasis teks adalah konstruksi mandiri. Pada tahapan ini peserta didik akan menulis teks prosedur sesuai dengan tema yang ditentukan. Oleh karena itu peserta didik harus mendapatkan pengetahuan mendalam pada tahapan sebelumnya saat konstruksi bersama kelompoknya, sehingga pada tahapan ini peserta didik tidak akan merasa kesulitan ketika membuat teks prosedur mandiri dengan tema – tema tertentu. Setelah semua tahapan dilalui baik itu tahapan 1, 2, 3, dan 4 peserta didik mengunggah teks prosedur yang mereka buat melalui reels Instagram dengan menandai akun guru dan hashtag teks prosedur serta bahasa Indonesia. (#teksprosedur, #bahasaindonesia)
Tujuan :
Meningkatkan pembelajaran yang berbasis aktivitas sehingga keaktifan dan pemahaman peserta didik meningkat
Mengimplementasikan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sesuai dengan kodrat anak bermain dan memahamkan karakterk budaya lokal melalui model berbasis versi teks modifikasi.
Tolok Ukur :
Terciptanya pembelajaran yang aktif, inovatif, efektif, dan menyenangkan
Tergalinya potensi peserta didik baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
Terwadahinya gaya belajar peserta didik baik audio, visual, ataupun kinestetik
Terbentuknya budi pekerti dan karakter baik sesuai dengan kearifan budaya lokal setempat.
Linimasa Tindakan Nyata yang akan dilakukan :
Kegiatan ini membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu. Berkoordinasi dengan pihak kepala sekolah sebagai atasan langsung di sekolah, kerja sama dan komunikasi yang baik dengan teman sejawat maupun orang tua siswa, juga mengomunikasikan dengan murid serta orang uan/wali yang akan mempraktikkannya untuk mengeimplementasikan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada siswa.
Dukungan yang dibutuhkan :
Dukungan kepala sekolah sebagai atasan di sekolah, dukungan dari teman sejawat untuk kesinambungan aksi nyata tersebut serta dukungan dari orang tua/masyrakat dan memotivasi siswa untuk semangat dalam mempraktikkan pembelajaran berbasis teks modifikasi via reels di Instagram.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar