Galuh Ratning

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Undur Diri (habis)

Undur Diri (habis)

“Dasar bodoh,” kutuk Katou pada dirinya sendiri, mengapa pula ia mengeluarkan kalimat seperti itu. Bisa-bisa Hana mengetahui ia telah jatuh cinta.

“Anda kan tinggal merekrut pengganti saya. Saya sudah menyiapkan semua hal yang harus dia pelajari,” jelas Hana datar, dalam hati sebenarnya ia pun risau, namun ia tidak boleh lemah, ia tak boleh menunda lagi.

Katou meradang dalam hati, ”gampang sekali dia mengucap tinggal merekrut penggantinya? Dia pikir bisa membuat orang lain sepertinya? Iiisshhh!!”

“Katou san?” Hana seakan mencoba mendapatkan persetujuan Katou.

No..No..No!! Bagaimana bisa Anda meninggalkan saya demi laki-laki lain? Meninggalkan apa yang sudah kita bangun bersama selama lima tahun? Gampang sekali Anda bilang tinggal merekrut pengganti Anda. Anda pikir orang lain bisa menggantikan Anda?!” protes Katou, suaranya memenuhi meeting room, wajahnya mengkerut, telinganya memerah, pertanda emosinya mulai menuju puncak.

“Aaaa, Anda sudah jatuh cinta pada saya rupanya?” tanya Hana datar, ia ingin menikmati setiap detail pemuda yang sedang salah tingkah di depannya.

“Hah?! Anda salah mengerti, saya tidak jatuh cinta pada Anda, Hana san,” jawab Katou membela diri.

“Sebagai lelaki saya mengakui Anda wanita yang cantik dan pekerja keras. Para lelaki akan dengan sukarela berjuang untuk menjadikan Anda seorang pendamping,” lanjut Katou cepat, berniat meluruskan namun lepas kendali, wajahnya bersemu merah.

Souka! Hahaha, Anda tidak memahami yang saya maksudkan,” Hana tertawa mendengar penjabaran Katou akan dirinya, ia merasa tersanjung, namun ia cepat menguasai diri. Lima tahun bersama Katou, ia telah terlatih. Sementara itu, sekali lagi Katou mengutuki dirinya yang telah gagal mengekang perasaannya.

“Anda sudah jatuh cinta pada kinerja saya, pada keberadaan saya untuk perusahaan. Itu yang saya maksudkan Katou san. Anda tidak boleh bergantung pada satu orang saja, demikian pula dengan perusahaan. Sekarang atau nanti Anda akan mengalami hal semacam ini,” beber Hana logis, mengesampingkan perasaan, ia berusaha tegar. Katou menunduk, nanar memandangi garis-garis yang membentuk pola pada meja meeting room.

“Tidak Hana san, tentu saja tidak, jika Anda tetap di samping saya,” ujar Katou lirih.

“Anda egois. Anda tidak memikirkan saya!” tuduh Hana membuat Katou terkejut.

“Apa yang Anda inginkan?! Akan saya bicarakan dengan Yamada san. Tapi jangan resign! Hana san, banyak, baaanyak sekali orang yang ingin bekerja di perusahaan multinasional seperti ini. Dan Anda menyia-nyiakannya?!” Katou berapi-api dengan tetap berusaha mengekang perasaannya.

“Saya bukanlah bagian dari orang yang banyak itu Katou san,” jawab Hana datar.

Katou terdiam, pun demikian dengan Hana, mereka menyelami alam pikiran masing-masing.

Katou merunduk dalam, menjinakkan emosinya. Ingin ia ungkapkan perasaannya, namun setelah mendengar Hana mengemukakan alasan pengunduran diri itu, ia mengurungkan niatnya. Ah, andaikata ia dapat menyampaikan perasaannya dengan benar, kemudian Hana menerimanya. Ia rela berkorban apa saja, bahkan melepas hak waris perusahaan ini pun ia rela.

Hana memainkan ujung hijabnya. Bagi Hana, keimanan nomer satu. Meski Katou akan mengalah pun, ia merasa perlu berpikir berkali-kali. Terlalu banyak perbedaan yang harus dilebur jika ingin bersatu. Itu sebabnya, ia selalu berusaha menjaga jarak, dan berjuang sekuat tenaga mengembalikan rasanya pada Sang Pemilik. Bersyukur ia mengetahui terlebih dahulu perasaan Katou yang semakin menguat, meski Katou menyembunyikannya. Bagaimana tidak, ia menjadi “pengasuh” ketika Katou jatuh cinta pada seorang karyawati perusahaan tempat mereka bekerja dan berakhir dengan dipecatnya karyawati tersebut. Ia mendampingi pemuda ini ketika disidang oleh para tetuanya di perusahaan ini. Mandat “menjaga” Katou yang diberikan kepadanya oleh para tetua membuatnya lebih awal mengebiri perasaannya. Ternyata rasa lebih kuat dari yang dikiranya. Namun ia tidak ingin diperbudak oleh perasaan semacam ini. Bulat sudah keputusannya, akan ia cabut akar-akar rasa itu sebelum teguh menyusup ke dalam hatinya.

Kedua insan itu berkeras memenjarakan perasaan masing-masing.

Bandara Juanda – Surabaya

“Hana san, bolehkah saya memeluk Anda? Sekaliiiiii saja?” Pinta Katou.

“Tidak Katou san!” Tegas Hana.

“Katou san, terima kasih banyak atas semuanya. Anda salah satu teman terbaik saya,” lanjut Hana lalu membungkukkan badannya memberi hormat.

“Ahh, Anda membuat saya patah hati. Saya tidak mengharapkan Anda menjadi teman terbaik saya. Saya mengharapkan Anda menjadi cinta sejati saya,” goda Katou.

“Isshhh!!” ujar Hana berpura-pura memasang wajah marah, yang disusul gelak tawa keduanya, menyembunyikan hati yang sembilu.

Pengumuman dari petugas bandara memaksa dua orang itu berpisah. Katou memandangi Hana sampai hilang dari netranya, lalu menuju terminal keberangkatan luar negeri. Dua insan yang berbeda itu berpisah, membawa cinta dan luka karena hasrat yang tak sampai. SELESAI.

===

Lombok Timur, 28 April 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren

28 Apr
Balas

Terima kasih bunda.

28 Apr

Dahsyat

28 Apr
Balas

Terima kasih Pak dokter.

28 Apr

wow....mantuull

28 Apr
Balas

Terima kasih bu, salam sehat dan sukses selalu.

28 Apr



search

New Post