Fujiwiatna, S.Pd.,M.Pd

FUJIWIATNA. Lahir di Bule pada tanggal 9 Juli 1979, tepatnya di sebuah desa kecil di Kecamatan Malua yaitu Desa Tallung Tondok. Penulis dilahirkan dari pa...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kesasar di Kampung Sendiri, Batu Noni jadi Target ( Part 2)

Setelah sebelumnya mengisahkan tentang perjalanan yang kesasar, maksud hati ingin ke Batu Noni, apa daya harus kesasar karena mengandalkan ingatan. Akhirnya setelah mendengar penjelasan ibu-ibu yang kebetulan berdiri dan asyik bercerita di pinggir jalan, akhirnya ibu Yanti dan ibu Rindu akhirnya melanjutkan perjalanan.

Mereka berdua memutuskan kembali ke persimpangan awal mereka kesasar. Selidik punya selidik, mereka mulai kesasar sejauh sepuluh kilometer. Mereka kembali menuruni jalanan yang terjal dan licin. Beruntung ibu Yanti memiliki keahlian megendarai motor.

Beruntung pula dalam perjalanan tersebut, mereka menemukan pertamina dan mengisi bensin. Hampir saja di tengah jalan mereka harus mendorong kendaraan yang telah sekarat bahan bakarnya. Saat mengisi bensin tersebut, tiba-tiba handphone ibu Yanti berdering, ternyata dari suami tercinta.

Gelak tawa ibu Rindu tak terbendung ketika ibu Yanti merogo sakunya dan memperlihatkan kunci rumah yang dibawanya. Sang suami tak bisa masuk rumah karena kunci terbawa olehnya. Tak habis akal karena sudah terlanjur jauh dari rumah, mereka kemudian memutuskan untuk mencari tepatnya menunggu orang yang kebetulan akan masuk ke tempat tinggal mereka. Berapa menit menunggu, akhirnya kunci rumah terkirim ke sang suami melalui pengendara motor yang mereka kenal.

Ibu Rindu dan Ibu Yanti kemudian melanjutkan perjalanan. Kampung Batu Noni kembali menjadi target, padahal waktu semkin menjelang gelap. Sambil berkendara tersebut, gelak tawa keduanya tak henti mengiringi perjalanan mereka. Ibarat burung lepas dari kandang, mereka melaju dan membayangkan raut sang sahabat ketika sampai di rumahnya.

Hamparan kebun bawang yang indah menjadi pemandangan yang menarik, sayang, dalam perjalanan harus bertemu dengan beberapa ekor anjing petani. Meski terlihat jinak, namun ibu Yanti yang sangat trauma ketika melihat anjing harus memanggil semua pemilik anjing kemudian mereka berlalu. Bahkan terkadang ibu Rindu menutup matanya agar tak melihat anjing padahal sedang mengendarai motor.

Terlanjur basah lebih tepat kisah mereka. Hari menjelang gelap tak menghalangi niat mereka untuk bertemu rekannya. Janji yang telah terucap untuk mengunjungi tak mereka ingkari. Akhirnya jelang magrib mereka sampai juga di kampung Batu Noni.

Bertemu sahabat dan berbagi kisah sambil menyantap jamuan yang telah disiapkan menjadi momen yang sangat membahagiakan. Beberapa menit berselang, mereka berdua pamit. Meski hujan sangat deras, namun mengingat perjalanan yang masih jauh, mereka tetap memutuskan berhujan ria.

 

Salam Literasi

TantanganGuruMenulisHariKe-334

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang penuh kesan

12 Nov
Balas



search

New Post