Sawah dan Kebun Sawit Yang Menghijau Menyegarkan Mata
Sudah seminggu masa liburan sekolah tiba. Setelah beberapa hari mengunjungi beberapa tempat wisata termasuk juga museum, perpustakaan daerah, mesjid raya Al-Mashun di Medan, hari minggu ini kami di rumah saja. Rencananya sih sedari pagi mau ke pantai. Kebetulan jarak Pantai Cermin yang berada di sepanjang pesisir Pantai Timur Sumatera hanya berjarak tempuh sekitar tiga puluh menit dari rumah kami. Namun, cuaca yang siang ini yang panas terik, membuat enggan keluar rumah. Ketika jam menunjukkan pukul 2 siang, saya dan anak-anak semangat pergi, tahu-tahu suami tidur. Disusul anak bungsu yang juga tidur di jam 3 sore. Alhasil, pergi ke Pantai pun batal.
Sehabis sholat Ashar, setelah mandi sore terpaan sinar sang surya tidak lagi terlalu garang menyengat. Sekitar pukul lima sore kemilau cahaya mentari mulai menjingga. Tidak terasa lagi panas yang membakar dari pancaran sinarnya. Cuaca yang cerah, angin berhembus semilir, sepoi-sepoi menyegarkan. Sayang sekali bila hanya berdiam di dalam rumah saja. Akhirnya, bersama suami dan kedua anakpun kami JJS alias Jalan-Jalan Sore. Mengendarai sepeda motor supaya bisa merasakan teduhnya cuaca sore. Jalan-jalan kemana? Ya kemana saja, asal jangan jalan-jalan di sekitar kompleks perumahan.
Kami menyusuri jalan beraspal di samping jalan tol yang menghubungkan Medan ke Tebing Tinggi. Berkeliling ke beberapa desa, mulai dari desa Pagar Merbau, Warung Seri, Sukamandi, hingga ke Beringin. Hampir sebagian desa –desa tersebut masih memiliki areal persawahan yang luas. Hijaunya tanaman padi yang mulai merunduk karena berisi bulir-bulir padi, menghadirkan pemandangan yang menyegarkan mata. Bentang alam yang indah. Langit cerah berwarna biru tua abu-abu. Sebagiannya diselimuti awan putih yang bergumpal-gumpal laksana kapas. Di pinggiran garis awan yang menggerumbul, memancarkan warna perak dari pantulan cahaya matahari. Semburat jingga mulai berpendar di sekitar awan tersebut. Angin berhembus mempermainkan ujung jilbab dan rambut anak-anakku. Terpaannya menggembungkan kemeja yang dikenakan oleh suamiku.
Bagi kami yang tinggal di kompleks perumahan, pemandangan bisa melihat sawah tentu saja tidak bisa kami nikmati dari halaman rumah. Maka, jalan-jalan sore sembari cari angin dan cuci mata melihat areal persawahan yang menghijau bisa menyegarkan mata. Anak-anak juga senang. Aliran air berwarna keruh coklat susu dari saluran irigasi mengalir deras karena hujan beberapa hari yang lalu. Air saluran irigasi tersebut berasal dari sungai Ular. Disebut sebagai sungai ular karena bentuknya yang panjang dan meliuk-liuk mirip ular. Sungai panjang ini berbentuk meander yang membatasi wilayah antara Kabupaten Deli Serdang dengan Kabupaten Serdang Bedagai. Bila kita naik pesawat terbang maka dari pesawat akan kelihatan liukan alur sungai Ular yang panjang. Juga deretan pohon sawit yang berbaris rapi. Serta petak-petak sawah yang membentuk formasi rapat. Karena letak Bandara Kuala Namu Internasional tak jauh dari sungai Ular. Tentu saja sungai Ular ini sangat memegang peranan penting bagi petani di kedua kabupaten. Hujan deras beberapa hari yang lalu menyebabkan aliran sungai menjadi deras bergerak dari arah hulu sungai ke hilir.
Jalan-jalan santai sore melintasi areal persawahan menjadi pengisi liburan sekolah yang meski sederahana hemat biaya namun juga terkesan mewah. Karena tidak setiap saat bisa kami lihat dari depan rumah. Jalan-jalan melihat areal sawah dan kebun sawit juga bisa jadi sarana edukasi bagi anak kami yang masih duduk di bangku kelas 1 SD dan TK. Si kecil Fawwaz yang berusia 5 tahun, tanpa henti bertanya tentang segala hal yang dia lihat. Mulai dari tanaman padi, air sungai yang berwarna coklat susu keruh, cahaya mentari sore yang berubah warna menjelma lembayung jingga, hingga rel kereta api yang dilalui pun tak luput dari perhatian dan pertanyaannya.
Jalan-jalan berkeliling (kalau istilah orang Medan “raon-raon”) dan menyebrangi Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di simpang Warung Seri. Jembatan Warung seri menghubungkan antara Warung Seri dengan Desa Sukamandi Hulu. Bersepeda motor dengan kecepatan santai menyusuri setiap jalan yang di kanan kirinya juga ditanami padi. Alur jalan beraspal yang kami lewati memang mengikuti alur sungai. Tentu saja di samping kanan kiri Sunga Ular deretan hijau persawahan tak terputus.
Selanjutnya kami berbelok ke areal perkebunan kelapa sawit. Jalanan beraspal di dalam kebun, menjadi daya tarik bagi anak-anak muda. Banyak remaja putra dan beberapa remaja putri duduk-duduk di atas sepeda motor sembari berbincang di pinggir jalan kebun sawit tersebut. Ada juga beberapa pemuda dengan mengendarai sepeda motor trail menjajal kemampuannya melakukan motor cross di jalanan beraspal lalu masuk ke jalanan tanah di dalam kebun sawit. Meski demikian kehadiran mereka masih tidak begitu mengganggu.
Kalau melihat hijaunya areal persawahan yang ditanami padi, juga deretan kelapa sawit yang berbuah sungguh kita kembali diingatkan bahwa negeri kita ini kaya. Namun kekayaan negeri subur inilah yang sejak dulu menarik penjajah untuk datang ke Indonesia. Bagaimana tidak, tanaman kelapa sawit yang memiliki nama ilmiah Elaeis guinensis ini seluruh bagian tubuhnya sangat berguna. Buahnya bisa dijadikan minyak sawit. Daunnya bisa dijadikan atap. Lidinya bisa dijadikan sapu. Batang pohonnya bisa dijadikan bahan kayu bangunan atau papan. Bahkan janjang kelapa sawit yang sudah busuk pun masih bisa bermanfaat sebagai pupuk organik yang sengaja ditebar kembali di areal perkebunan sawit. Inti kelapa sawit yang berwarna putih juga bisa diolah mennjadi PKO (Palm Kernel Oil) atau minyak inti sawit yang berkualitas tinggi berwarna hampir jernih setara dengan kualita VCO (Virgin Coconut Oil). Daging buah sawit atau mesokarp nya tentu saja mengandung minyak yang dapat diolah menjadi minyak kelapa sawit jenis CPO (Crude Palm Oil) dan menjadi aneka olahan turunan minyak sawit lainnya seperti margarin, dan lemak nabati lainnya. Bahkan cangkang dari buah sawit pun masih bisa digunakan sebagai pelapis jalan sebelum diaspal. Hingga bisa diekspor ke mancanegara.
Setidaknya dari jalan-jalan sore ini kami bisa menikmati hijaunya sawah dan kebun sawit yang menyegarkan mata. Ijo royo-royo. Semoga negeriku kembali gemah ripah loh jinawi. Meski terkadang rasa sesak menyeruak kalbu, karena sebagian perkebunan dan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) yang ada di Sumatera ini tidak semuanya milik PTPN (Perusahaan Terbatas Perkebunan Negara) Nusantara, yang merupakan salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Namun ada juga perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang sejak dahulu hingga kini merupakan kepunyaan perusahaan Belgia. Hanya lokasi kebun, pabrik dan pekerja serta buruhnya saja yang dari Indonesia.
Minggu, 29 Desember 2019.
(Fitri Hariana)
Merangkum kisah yang tercecer sepanjang sawah dan kebun sawit.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bentang alam yg indah, selamat liburan
Iya Bunda karya Sang Pencipta...terimakasih bu
Koq...gak makan miesop kampung...Bun...hehehe. Kami pernah lewat situ juga...., eee...ada yang jualan mie sop di kebun karet. Singgah...deh. Enak tenan....bisa raonraon. Udah seminggu liburan..., Awaq masih di rumah terus. Alhamdulillah....disyukuri aja....ya ...kan...Bunda...??? Cucunya....ngantri. Tapi...rencananya besok mau raonraon juga, sama cucunya. Sejatinya, dengan kekayaan alam yang sedemikian, negeri kita memang seharusnya gemahripah loh jinawi....ya...Bun. Sumber daya alam yang ada seharusnya bisa dieksploitasi dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat. Bagi kita para guru, PPK yang terintegrasi dalam mata pelajaran sangatlah penting. Sehingga akan lahir caloncalon pemimpin yang dalam INTAQnya dan tinggi IPTEKnya. Salam literasi. Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah..., Bunda Fitri.
Iya bunda Rai...hla mumpung libur cucunya juga sedang kangen pengen sesekali ngumpul sama eyang uti nya...Iya bu jalanjalan ke Medan tiap masuk emol dan plaza baru yang lagi hits kata orang malah suami dan anakanak kurang suka, fitri juga lebih suka berpetualang ke alam bebas heheh...karya Sang Pencipta tak ada bandingannya... kami dari rumah udah kekenyangan makan mie sop krn gak masak hihihi jd pas raon2 gak marung lagi bun..Jazakillah khair Bunda Rai sehat selalu ya Bun
Wow, paparan yang luar biasa, seakan ikut rasakan rain raon di sana. Kereen Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Hehehhe iya Bunda Siti Ropiah, orang Medan suka raon raon cari angin segar dan cuci mata. Jazakillah khair Bunda , doa yang sama juga buat Bunda dan keluarga
Hehehhe iya Bunda Siti Ropiah, orang Medan suka raon raon cari angin segar dan cuci mata. Jazakillah khair Bunda , doa yang sama juga buat Bunda dan keluarga
Duh...Ikut merasakan kesegaran lewat kebun sawit....Liburan yang asyik Bunda ...Salam sehat dan sukses selalu ...Barakallah...
Heheheh....kalau gak liburan malah tiap hari saya bis alohat sawah dan kebun kelapa sawit bunda karena jalan menunu sekolah melalui areal persawahan bahkan samping,depan dan belakang sekolah juga sawah, begitu liburan di rumah gak bisa lihat sawah, mata lelah lihat laptop saja, jadi sekalian jalanjalan lagi lihat sawah. Terimakasih sudah berkunjung dan membaca tulisan saya bunda. Sehat selalu Bunda
Jalanjalan yang menyenangkan dengan memanjakan mata melihat keindahan alam. Sukses buat ibu
Iya bunda, pemandangan alam yang hijau royoroyo bisa menyegarkan kembali mata kita. Terimakasih bunda. Salam sukses juga buat bunda
Rindu suasana sejuk dan bebas polusi ya bunda.
Iya bund Siti Suharni....kalau saya sebenarnya seringvkarena jalan menuju sekolah dan belakang dan samping sekolah kami sawah? Jadi biasa lihat tanaman padi hijauhijau, begitu seminggu libur di rumah sama jalanjalan ke Medan yang dilihat tembok jd pegal mata, jadi jalanjalan sorw lihat sawah lagi