Fitri Hariana

Penulis adalah Alumni Pelatihan SAGUSABU 2 Medan. Penulis, Fitri Hariana, Lahir di Medan, 13 Agustus 1980. Ibu dari 3 orang anak. Alumni SMA Negeri 10 (sekara...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bang! Mie Aceh Sa boh!

Bang! Mie Aceh Sa boh!

#TantanganGurusiana

#Tantanganharike-14

“ Bang! Mie Aceh Saboh!”, ucap Emy, teman kerjaku saat memesan mie Aceh kepada seorang laki-laki Aceh yang membuka lapak jualan di trotoar taman Gajah Mada Medan. Kebiasaan yang sering kami lalui bersama di tahun 2004, sekitar 16 tahun yang lalu.

Sore itu kami berempat perempuan semua, berjalan kaki ke Taman Gajah Mada yang hanya berjarak 100 meter dari tempat kerja kami. Sore hari saat pulang kerja waktu yang sering kami pilih untuk menikmati Mie Aceh. Saat itu kami rata-rata baru setahun dua tahun lulus kuliah dan sama-sama bekerja di sebuah bimbingan belajar Islami, yang berlokasi di jalan gajah Mada Medan.

Kami bertanya-tanya, darimana Emy Yanti Daulay yang bersuku Mandailing bisa berbahasa Aceh? Dan apa arti bahasa Aceh yang baru disebutkannya? Yang kami fahami hanya kata mie Aceh, karena memang kami berniat memesan mie Aceh. Sementara arti kata ‘Saboh’ kami tak faham.

Tak disangka tak dinyana, abang penjual mie Aceh menjawab ucapan Emy dengan berbahasa Aceh. Ujungnya kami berempat saling berpandangan-pandangan. Tak satupun yang menjawab pertanyaan abang penjual mie Aceh karena kami tak faham Bahasa Aceh. Alhasil, kami menuntut 'pertanggjawaban' dari teman kami Emy, karena dia lah yang awalnya memesan mie Aceh dengan bahasa Aceh.

“ Hayo, Emy..jawab Em...tak tau kami apa yang dibilang abang tuh. Hayo tanggung jawab. Emy tadi kan yang duluan memesan mie Aceh pakai Bahasa Aceh hihihi,” ledek kami. Emy yang ditanya juga tertawa geli dan menjawab,

“ Aku pun tak tau apa yang dibilang abang tuh,” elak Emy.

“ Hlo..hlo..tapi tadi kau pesan Mie Aceh pakai bahasa Aceh. Kami pikir kau bisa bahasa Aceh?” tanya kami heran bercampur geli.

“ Hahaha, aku cuma tahu bahasa Aceh itu saja. Karena kebetulan abang iparku orang Aceh. Dia kalau beli mie Aceh ke penjualnya bilang ‘Bang! Mie Aceh Saboh!’. Ya aku ikut-ikut saja hihihihi,” ujar Emy.

Alhasil kami berempat hanya tertawa cekikikan antara menahan geli dan malu. Tidak tahu harus menjawab apa ke abang penjual mie Aceh. Karena kami tak menjawab, penjualnya kembali menanyakan sesuatu dalam Bahasa Aceh yang tidak kami fahami. Si abang penjual mie Aceh yang berkulit gelap berambut keriting dengan kumis bamplang itu berdiri di balik kuali penggoreng, sembari memandang ke arah kami menanti jawaban.

Karena belum dijawab juga, untuk ketiga kalinya penjualnya bertanya lagi kepada kami dalam bahasa Aceh. Mungkin, karena awalnya Emy memesan mie Aceh dengan menggunakan Bahasa Aceh, si abang berpikir kalau kami orang Aceh. Atau ada yang di antara kami berempat yang mungkin orang Aceh. Padahal satu pun di antara kami tidak ada yang bersuku Aceh, apalagi pandai berbahasa Aceh.

Akhirnya daripada terjadi kesalahfahaman, dengan menahan malu kami dorong Emy untuk ‘mempertanggungjawabkan’ ucapannya tadi, hahaha.

“ Bang, maaf ya, kami gak tahu Abang ngomong apa. Kami bukan orang Aceh dan tak faham bahasa Aceh. Bahasa Aceh yang saya tahu cuman ‘Mie Aceh Saboh!’. Karena sering dengar dari abang ipar saya yang orang Aceh,” jawab Emy.

Akhirnya si abang penjual pun faham kenapa lama kami tak menjawab pertanyaannya dalam bahasa Aceh. Dia tersenyum dan mengulangi pertanyaannya dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

“ Mau pesan mie Acehnya satu piring saja atau 4 piring?” tanyanya.

“ Oh...empat lah Bang! Kan kami berempat,” jawab kami kompakan.

Abang penjual manggut-manggut sambil tersenyum, kemudian berkata,

“ Aku bingung tadi, kutengok kalian datang berempat, tapi pesannya ‘Bang! Mie Aceh Sa boh!’ Makanya kutanya lagi, apa mau kongsi sepiring berempat kalian makannya?” tanya si abang.

“ Huahaha, ya gak lah Bang! Mana puas kami makan mie Aceh sepiring berempat. Satu orang satu piring lah kami makan Bang!” jawabku.

“ Memang apa artinya ‘ Mie Aceh Saboh!’ itu Bang?” tanya Emy.

“ Mie Aceh Sa boh!, artinya kalian pesan Mie Aceh sepiring,” jelas penjualnya.

“ Oh, itu toh artinya, berarti Sa boh itu artinya sepiring ya Bang, atau satu piring,” ujar Emy.

“Iya...” jawab abang penjual mie Aceh sembari tangannya memasukkan mie kuning mentah, memasakkan 4 porsi pesanan mie Aceh kami.

“ Pake kuah atau goreng kering?” tanyanya lagi memastikan pesanan mie Aceh kami agar tak salah buat.

“ Pake kuah dikit bang ya, tapi jangan terlalu banyak kuahnya, juga jangan terlalu kering.” Kompak kami menjawab.

Tak lama kami pun menikmati hangatnya mie Aceh sembari berbincang-bincang tentang banyak hal. Mulai dari topik pekerjaan maupun hal pribadi. Semilir angin sore dari taman kota yang lapang, mengusir kegerahan. Sembari melihat lalu lalang orang dan kendaraan yang melewati jalanan di sekitar Taman Gajah Mada.

Hingga sekarang, 16 tahun kemudian, tahun 2020, setiap kali membeli mie Aceh, aku selalu teringat kejadian itu. “ Bang! Mie Aceh Sa boh!” Dan tersenyum-senyum sendiri. Kondisinya kami sudah jauh berbeda. 16 tahun bukan waktu yang singkat. Masing-masing kami akhirnya resigne dari bimbingan belajar tersebut karena alasan menikah, juga lulus CPNS di daerah lain. Meskipun sekarang kami sudah berpencar ke beberapa penjuru negeri, namun setiap memesan mie Aceh, tetap teringat momen kebersamaan kami dulu saat menikmati Mie Aceh. Tak jarang kami memfoto dan memposting ke laman media sosial kami (Facebook) dengan men-tag nama teman kami. Biasanya hahaha hihihi dan banjir komentar pun terus berlanjut di kolom komentar.

Tak masalah saya berada di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang, propinsi Sumatera Utara. Emy saat ini bertugas sebagai Kasi di kantor Kecamatan Sail di Pekan Baru propinsi Riau. Teman lain berada di Jakarta, juga Kisaran. Namun silaturahmi kami tetap terjalin meski hanya lewat dunia maya.

Tergelitik ingin mengetahui arti kata ‘Sa boh’ dalam bahasa Aceh, maka iseng-iseng akupun berselancar, searching Google.

Mengutip dari accehku.blogspot.com, yang diposting pada tanggal 24 November 2017, Penyebutan angka dalam bahasa aceh Langsung saja perhatikan tabel-tabel berikut !

Angka, Nomor , dan Bilangan

Indonesia

Aceh

Nol

Ot, Noy

Satu

Sa

Dua

Duwa

Tiga

Lhèë

Empat

Peuët

Lima

Limong

Enam

Nam

Tujuh

Tujôh

Delapan

Lapan

Sembilan

Sikureuëng

Sepuluh

Siplôh

Belas

Blah

Ratus

Reutôh, Reutôih

Ribu

Ribèë

Puluh ribu

Plôh ribèë

Ratus ribu

Reutôh ribèë

Juta

Yuta

Puluh juta

Plôh yuta

Ratus juta

Reutôh yuta

Sebelas

Siblah

Seratus

Sireutôh

Seribu

Siribèë

Sepuluh ribu

Siplôh ribèë

Seratus ribu

Sireutôh ribèë

Sejuta

Siyuta

Sepuluh juta

Siplôh yuta

Seratus juta

Sireutôh yuta

Dari tabel tersebut ternyata sebutan ‘Sa’ berarti untuk penyebutan angka satu.

Aku kembali bertanya-tanya, kalau satu artinya ‘Sa’ dalam Bahasa Aceh. Lalu apa arti kata ‘boh’ dalam kalimat ‘ Bang! Mie Aceh Sa boh!”

Alhasil cara yang paling instan untuk mencari tahu adalah kembali bertanya pada Mbah Googgle tentang penggunaan kata “Boh” dalam Bahasa Aceh.

Mengutip dari sabil95 dalam situs https://steemit.com/aceh/@sabil95/penggunaan-kata-boh-dalam-bahasa-aceh-b831888f491f5,

Menurut Azwardi (2003), Bahasa Aceh termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia Barat dan memiliki hubungan kekerabatan dengan kelompok Bahasa Campa di Vietnam Selatan dan Kamboja.

Dalam bahasa Aceh penggunaan kata "Boh" biasa cenderung digunakan pada penyebutan nama-nama organ tubuh manusia, sebagai pembilang benda, dan nama buah-buahan.

I. Pengunaan kata "Boh" pada nama-nama bagian organ tubuh manusia.

✍perhatikan contoh pemakaian kata "boh" pada nama-nama bagian organ tubuh manusia ;

Got that tincu "boh" idong ih ( Mancung sekali hidungnya) Bek macam-macam ngon Loen, keunong boh Soh eunteuk (jangan macam-macam dengan saya, kena tonjok nanti).

II. Penggunaan kata "Boh" sebagai pembilang benda.

✍perhatikan contoh pemakaian kata "boh" sebagai pembilang benda ;

Saboh kawan ureung meu-sidro han-jeut pakek (segitu banyak orang, tak satu pun dapat diandalkan) Peu haba, trep that Hana meureumpok, padum boh Aneuk miet ka? (Apa kabar, lama sekali kita tak jumpa, sudah berapa orang anaknya?).

III. Penggunaan kata "Boh" pada nama buah-buahan.

Dengan demikian, barulah sekarang mengerti dengan jelas kata Saboh dalam kalimat ‘Bang! Mie Aceh Saboh!’, harusnya ditulis terpisah menjadi “Bang! Mie Aceh Sa Boh!”. Sa menunjukkan angka satu, boh sebagai pembilang benda.

Ah, jadi ingin belajar Bahasa Aceh.

Fitri Hariana, STP.

Lubuk Pakam, 28 Januari 2020.

Mengenang kembali arti kata “ Bang! Mie Aceh Sa boh!”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wuiiihhh...., jadi pengen makan mie Aceh. Alhamdulillah..., gegara mie Aceh , jadi belajar bahasa Aceh..., ya...Bu Guru. Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah...Bu Guru.

30 Jan
Balas

Nambah wawasan bahasa daerah nih

28 Jan
Balas

Hehhehe iya bu..Makasih bu..semoga sehat, bahagia dan sukses terus ya..aamiin

28 Jan

Keren bu. Kiban mangat mie acehnya? (Gimana enak mie acehnya?)

28 Jan
Balas

Enak banget Pak..hahah jumpa Orang Aceh diajak bahasa Aceh ini..untung dikasih tahu artinya, kalau tidak saya bingung hehehe...Makasih Pak..moe Aceh mendunia rasanya..maknyoosss

28 Jan



search

New Post