SENYUMAN NAJRA
Seperti biasanya sepulang sekolah, Najra selalu mampir ke tempat bundanya bekerja. Bunda Najra bekerja sebagai guru pada salah satu sekolah di kampungnya. Najra tidak bisa langsung pulang kerumah karena di rumah tidak ada siapa-siapa. Ayah Najra juga bekerja dan pulangnya sore.
Selama menunggu bunda, Najra selalu merasa kesepian. Ia berusaha mengusir kesepianya dengan berbagai hal. Ia membaca buku-buku cerita anak yang ada di perpustakaan sekolah. Terkadang ia mencoba menulis cerpen, puisi dan lain sebagainya. Bahkan pekerjaan rumah yang diberikan gurunya di sekolah bisa ia selesaikan sambil menunggu bundanya selesai mengajar.
Suatu hari di sekolah bunda Najra, Najra melihat seorang anak perempuan yang sebaya dengannya. Anak itu cantik, periang, dan agak cengeng. Ketika itu Najra senang sekali karena ia akan mendapat teman baru dan tentunya tidak akan merasa kesepian lagi. Namun Najra merasa malu dan tidak berani menyapanya, Najra hanya memandanginya dari jauh dan sesekali tersenyum kepadanya. Namun anak itu tidak membalas senyuman Najra dan bersikap cuek seolah-olah ia tidak ingin berteman dengan Najra. Setiap kali Najra mendekatinya dan ingin berkenalan, setiap kali itu pula anak itu menghindar.
Tiba-tiba bunda Najra datang dan menyapa anak itu “Hai Raina cantik, tumben kesini, diajak ibu ya?”, sapa bunda dengan lembut. Namun dia bersikap acuh, seolah-olah tidak peduli dengan sapaan bunda Najra. “Oo namanya Raina, kok bunda kenal dengannya, siapa dia?” Najra bertanya dalam hati. Namun walaupun sepertinya ia sombong, Najra tetap berharap Raina bisa menjadi temanya.
Setibanya dirumah, Najra selalu bertanya kepada bundanya tentang Raina. Ia ingin banyak tahu tentang Raina. “Bund, Raina itu siapa?, di mana rumahnya? Bagaimana anaknya?, kenapa baru sekarang aku melihatnya?” pertanyaan bertubi-tubi yang dilontarkan Najra kepada bundanya, sehingga bunda Najra kewalahan menjawabnya. “Pertanyaanmu banyak sekali, kenapa kamu ingin mengetahui tentang Raina?” Bunda Raina balik bertanya. “aku hanya ingin tahu saja bund, karena baru kali ini aku melihatnya”, jawab Najra. Pasti kamu ingin berteman dengannya bukan?” tebak bunda Najra. “Bunda tahu aja, Iyalah bund, Seandainya saja Raina jadi teman aku, pasti kami akan menghabiskan waktu bersama sambil menunggu bunda selesai mengajar, kami akan bermain bersama, mengerjakan PR bersama, tertawa bersama dan bercanda ria setiap hari”, jawab Najra penuh harap.
Melihat ekspresi Najra yang sangat berharap untuk bisa berteman dengan Raina, bunda Najra merasa kasihan dan menjelaskan tentang Raina. “Raina itu anak teman bunda yang juga mengajar di sekolah bunda, dia kelas 3 SD sama dengan Najra, selama ini sepulang sekolah ia dirumah bersama neneknya, namun sekarang nenek Raina pergi ke luar kota, ke tempat bibinya. Makanya sekarang Raina dibawa ibunya kesekolah setiap hari sampai neneknya kembali”, jelas bunda Najra. “tapi sepertinya Raina agak cengeng ya bund dan sedikit sombong”, ungkap Najra. Sambil tersenyum bunda Najra menjawab “Jangan telalu cepat menilai nak, kamu kan belum kenal dengan dia, kalau sudah kenal penilaian mu pasti akan berbeda”. “Tapi aku sudah berusaha mendekatinya bund, aku tersenyum kepadanya tetapi dia malah membuang muka, aku mengajaknya bermain tetapi dia malah menghindar”, jelas Najra. “Tapi aku tidak akan menyerah bund, aku akan berusaha dan berdoa semoga Raina bisa menjadi temanku” tutur Najra. “Nah itu baru anak bunda, anak hebat itu pantang menyerah, ia akan selalu berusaha, tegas bunda Najra.
Keesokan harinya Najra melihat Raina sedang merengek kepada ibunya. Ibu Raina berusaha membujuk. “Ibu akan masuk kelas, Raina main di luar ya, kan tidak mungkin ibu mengajakmu kedalam kelas, nanti pasti ibu akan ditegur kepala sekolah”, bujuk ibu Raina. “Tidak mau, aku tidak ada teman, aku mau masuk juga kekelas ibu”, rengek Raina. Tiba-tiba Najra lewat, ibu Raina langsung memanggil “Najra kesini nak, ibu mau minta tolong, tolong ajak Raina bermain ya!” minta ibu Raina. Dengan senang hati Najra memenuhi permintaan ibu Raina “Baik bu, aku akan mengajak Raina bermain, ayo Raina kita main”, ajak Najra dengan semangat. Namun Raina tetap tidak mau, ia tetap merengek minta diajak ibunya ke dalam kelas. Sepertinya ibu Raina agak kewalahan menghadapi sikap Raina. Dengan nada yang sedikit keras Ibu Raina berkata “Walau bagaimanapun Raina tidak boleh masuk kedalam kelas ketika ibu mengajar, nanti semua murid akan terganggu dengan kehadiran Raina, belum lagi ibu akan ditegur oleh kepala sekolah dan tidak lagi mengizinkan Raina untuk kesekolah ini, apakah Raina mau?” Dengan suara yang agak serak dan hampir menangis Raina menjawab “tidak bu, Raina tidak mau ibu dimarahi kepala sekolah”. “Kalau begitu Raina mau ya bermain dengan Najra”, bujuk ibu Raina. Raina diam dan menganggukkan kepalanya. Dengan terpaksa akhirnya Raina menuruti ajakan Najra.
Alangkah senang dan bahagianya Najra bisa mengajak Raina bermain. Namun Raina yang merasa terpaksa sering kali membuat Najra kesal dengan perbuatan Raina yang suka usil dan melontarkan kata-kata yang membuat hati Najra sedih. Tetapi Najra tetap sabar dan selalu tersenyum.
Hari demi hari mereka lalui bersama, namun sikap Raina tetap dingin. Sementara Najra selalu berusaha membuat Raina senang dan mau menjadi sahabatnya. Melihat sikap Najra yang sabar dan selalu tersenyum akhirnya Raina berusaha untuk menyesuaikan diri dan menerima Najra sebagai temannya.
Najra merasa usahanya tidak sia-sia dan doanya sudah terkabul. Awalnya Najra dan Raina tampak agak canggung, namun seiring berjalannya waktu persahabat mereka menjadi sangat akrab. Hari-hari mereka lalui dengan canda, tawa nan ceria. Tak ada lagi kesepian, tak ada lagi rasa jenuh dan bosan menunggu orang tua, bahkan mereka merasa tak cukup waktu untuk selalu bersama. Raina pun meminta kepada ibunya untuk dipindahkan kesekolah tempat Najra. “terima kasih Ya Allah, Engkau telah mengabulkan doaku, Engkau telah memberi aku sahabat yang baik” Gumam Najra dalam hati. Akhirnya Najra tersenyum bahagia ^_^
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar