Navigasi Web
Model PjBL berbantuan Media AR dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis kreatif siswa
PjBL, Media AR, IPA

Model PjBL berbantuan Media AR dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis kreatif siswa

Penulisan best practice ini dilatar belakangi berdasarkan pengalaman pribadi yang dialami oleh penulis saat melaksanakan program PPL di SD 1 Tanjungkarang Kudus.

Bedasarkan analisis taraf serap nilai semester I kelas VI diperoleh informasi bahwa tujuan pembelajaran IPA belum tercapai dengan baik. Peserta didik yang mampu mencapai KKM sekolah hanya sebesar 43% yaitu 12 siswa, sedangkan 16 lainnya belum tuntas. Rata-rata kelas hanya sebesar 67,50.

Berdasarkan keterangan peserta didik, pembelajaran IPA membosankan. Kurangnya aktivitas pembelajaran yang melibatkan peserta didik menyebabkan minat dan motivasi belajar mereka rendah sehingga keterampilan berpikir kritis mereka kurang berkembang. Selain itu, kurangnya penggunaan media pembelajaran oleh guru membuat pembelajaran IPA kurang bermakna.

Alternatif Solusi yang di berikan penulis dengan besar harapan mampu meningkatkan kemampuan bepikir kritis dan kreatif siswa yaitu menggunakan model pembelajaran Project Based Learning berbantuan Media Augmented Reality (AR).

Penggunaan model pembelajaran Project Based Learning diharapkan mampu melatih siswa untuk berpikir kreatif, kritis, dan logis. Pada model pembelajaran ini, siswa berlatih menganalisis masalah melalui pertanyaan mendasar dan membangun konsep berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek.

Dengan media Augmented Reality (AR) yang menggabungkan objek virtual 2D atau 3D ke dalam lingkungan 3D nyata dan diproyeksikan secara real time diharapkan dapat mengenalkan Sistem Tata Surya kepada siswa secara nyata sehingga pembelajaran akan terasa lebih bermakna dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Praktik ini penting untuk dibagikan karena diharapkan akan memberikan manfaat untuk perbaikan dan peningkatan proses hasil belajar terutama bagi perorangan atau institusi, selain itu juga sebagai referensi guru dalam menentukan media pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Peran dan tanggungjawab yang saya lakukan dalam praktik baik ini adalah merancang pembelajaran dengan model Project Based learning sesuai dengan sintaksnya. Selain itu saya berperan sebagai fasilitator yang berperan membimbing dan memonitoring jalannya kegiatan proyek yang dilakukan siswa, termasuk memilihkan desain proyek Model Sistem Tata Surya yang memungkinkan untuk dilaksanakan peserta didik di kelas.

Tantangan yang saya hadapi dalam mencapai tujuan yaitu pertama, bagaimana saya harus merancang RPP menggunakan model pembelajaran PjBL dengan enam sintaksnya dengan baik, sehingga mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa. Tantangan yang kedua adalah bagaimana saya harus menyiapkan media pembelajaran yang dapat menarik minat dan motivasi peserta didik dalam belajar, serta menyiapkan proyek yang mudah dibuat dan diselesaikan oleh peserta didik dalam satu waktu namun tetap bermakna Tantangan yang ketiga yaitu bagaimana saya harus bisa mengimpelementasikan model PjBL berbantuan Media AR serta kesuksesan dalam pembuatan proyek Sistem Tata Surya.

Pihak-pihak yang terlibat dalam praktik baik ini yaitu kepala sekolah, rekan sejawat, dan peserta didik, dan walimurid. Sebelum aksi ini dilaksanakan saya meminta ijin dan menyampaikan rencana perbaikan pembelajaran kepada kepala sekolah, meminta saran dan masukan baik dari kepala sekolah maupun rekan sejawat berdasarkan pengalaman yang mereka miliki. Saran dan masukan dari kepala sekolah dan rekan sejawat sangat membantu saya dalam merencanakan pembelajaran proyek sebaik mungkin. Dalam melaksanakan proyek pembuatan Model Sistem Tata Surya, peserta didik saya minta untuk membawa alat dan bahan dari rumah misalnya gunting, silet, lem, tipeX, dll., hal ini tentunya membutuhkan dukungan dari walimurid.

Langkah yang saya gunakan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut adalah yang pertama dengan memaksimalkan implementasi model Project Based Learning dengan enam fase. Fase yang pertama yaitu menentukan pertanyaan mendasar, saya memberikan pertanyaan aktual yang menstimulasi peserta didik mengenali masalah dan akar masalah. Fase yang kedua yaitu mendesain proyek, saya membagikan LKPD yang berisi urutan langkah kegiatan proyek yang akan dilakukan, membimbing peserta didik dalam menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

Fase ketiga adalah menyusun jadwal, saya membuat kesepakatan dengan peserta didik mengenai waktu yang diperlukan dalam pembuatan proyek, termasuk membimbing peserta didik dalam membagi tugas antar anggota kelompok agar proyek cepat selesai. Fase keempat yakni monitoring, saya berperan sebagai fasilitator dan katalisator yang memonitor dan membimbing peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembuatan proyek Sistem Tata Surya. Pada tahap ini saya juga melaksanakan penilaian proyek.

Fase kelima menguji hasil, peserta didik mempresentasikan hasil proyek yang telah dibuat, saya dan peserta didik lain menanggapi dan memberikan saran atau masukan. Saya sebagai guru menanggapi dan memotivasi keberanian dan keberhasilan peserta didik dalam membuat proyek. Pada tahap ini peserta didikn melakukan pemajangan hasil karya. Fase keenam evaluasi, saya dan peserta didik membuat kesimpulan, melakukan refleksi bersama tentang pembelajaran yang telah dilakukan serta melakukan evaluasi hasil belajar peserta didik.

Langkah yang kedua adalah saya menyiapkan media Augmented Reality (AR) dari Assembler edukasi yang dapat mengenalkan Sistem Tata Surya kepada siswa secara nyata sehingga pembelajaran akan terasa lebih bermakna dan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

Langkah yang ketiga yaitu sebelum melakukan kegiatan proyek, saya mencoba mempraktikkan proyek tersebut terlebih dahulu dan membuatkan video tutorial dan menguploadnya ke youtube agar bisa dipelajari peserta didik dan memudahkannya dalam memahami langkah-langkah kegiatan proyek tersebut di kelas.

Dalam langkah-langkah tersebut saya melibatkan berbagai pihak yaitu kepala sekolah, rekan sejawat, peserta didik, dan wali murid.

Hasil dari aksi yang telah dilakukan adalah peserta didik sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir. Apersepsi dan pertanyaan mendasar mampu mengasah kemampuan berpikir kritis siswa. Praktik kelompok dalam pembuatan Model Sistem Tata Surya mampu mengembangkan daya kreatif dan kolaboratif siswa. Peserta didik merasa senang karena mampu menghasilkan suatu karya. Berkembangnya rasa percaya diri peserta didik, hal ini terlihat dari peserta didik yang berani mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kegiatan evaluasi berjalan dengan lancar, semua peserta didik selesai mengerjakan tes evaluasi dan tuntas KKM.

Pemanfaatan media Augmented Reality (AR) mampu membangkitkan minat dan motivasi belajar peserta didik, mereka merasa senang dapat melihat proyeksi Sistem Tata Surya dalam bentuk 3D nyata, media AR juga mampu merangsang kemampuan berpikir kritis siswa hal ini terbukti dari berbagai macam pertanyaan yang siswa kemukakan.

Model Pembelajaran Project Based Learning berbantuan Media Augmented Reality (AR) sangat efektif dalam meningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil penilaian sikap selama proses pembelajaran dengan nilai rata-rata skor 95 dengan kategori sangat baik dan hasil evaluasi rata-rata kelas sebesar 90 dengan kategori sangat baik.

Yang menjadi faktor keberhasilan dari pembelajaran yang saya lakukan adalah dukungan dari berbagai pihak meliputi kepala sekolah, rekan sejawat, peserta didik, dan orangtua. Kegiatan aksi ini mendapat respon yang positif dari berbagai pihak. Kepala sekolah sangat mengapresiasi dan menghimbau kepada guru lain agar dapat melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Rekan guru sangat senang karena mendapatkan inspirasi bahwa pembelajaran berbasis proyek ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Peserta didik merasa senang karena mengalami pembelajaran yang bermakna dan menghasilkan karya. Orangtua peserta didik juga mendukung aksi yang saya lakukan, hal ini terbukti dari pemberian pesan melalui whatsapp yang berisi bahwa mereka senang dengan pembelajaran yang saya lakukan.

Pembelajaran yang saya dapatkan dari keseluruhan proses tersebut adalah setiap anak memiliki potensi masing-masing. Berhasil dan tidaknya pembelajaran di kelas ditentukan oleh kesiapan guru dalam mengajar. Sebagai guru, kita harus merancang pembelajaran yang mampu mengakomodir seluruh potensi peserta didik. Model PjBL sangat cocok diterapkan di kelas, karena selain mengembangkan kemampuan kerjasama antar siswa juga mampu mengembangkan kemampuan kreativitas siswa dalam menyelesaikan proyek.

Pada pembelajaran berbasis proyek, perencanaan jadwal harus dibuat sebaik sebaik mungkin agar peserta didik tidak kehabisan waktu dalam mengerjakan proyek.Selain itu, sebelum memberikan tugas proyek kepada siswa hendaknya guru mempraktikkan dulu proyek yang akan dilaksanakan untuk mengetahui dan hambatan yang dihadapi sehingga dapat dicarikan solusinya sebelum anak melaksanakan tugas proyek tersebut.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

26 Sep
Balas

mantap ulasannya

26 Sep
Balas

Terima kasih atas infonya, sangat membantu. Teknologi sangat mempengaruhi kehidupan manusia, seiring jalannya waktu mulai berkembang teknologi hingga sekarang ada juga AR Indonesia . Apakah kira-kira perkembangan teknologi yang pesat ini dapat Indonesia terus ikuti?

29 Sep
Balas



search

New Post