#Tantangan Menulis Hari Ke-28

Dalam perjalanan pulang dari Rumah Sakit aku memperhatikan ruas jalan yang kami lalui. Sepi, ternyata benar-benar sepi. Jalanan kota Medan yang selama ini padat dengan kendaraan dan bisingnya suara klakson kendaraan sekarang jadi sepi. Pusat perbelanjaan banyak yang tutup. Aku hampir tak percaya menyaksikan kenyataan ini walaupun ini nyata.

Beberapa sekolah yang kulewati sepi. Tidak ada satupun terlihat anak-anak si putih merah, putih biru maupun putih abu-abu. Universitas yang kulewati pun sepi tanpa aktivitas sama sekali. Restoran, kafe atau pun tempat tongkrongan tidak ada terlihat kendaraan yang terparkir. Bangunan yang tinggi, kokoh, menjulang seperti kehilangan fungsi.

Kulihat arloji di tanganku menunjukkan pukul 13.30 wib. Anakku yang duduk disebelahku terlihat lemas. Mamak kami juga hanya terdiam. Saatnya makan siang pikirku.

Makan siang dululah kita, kataku memecahkan keheningan kami. Kuajak adik laki-lakiku yang lagi menyetir mobil agar mencari rumah makan. Setelah keliling-keliling akhirnya kami menemukan rumah makan yang menurut kami aman. Terlihat sepi, tapi keramahan tetap kami dapati.

Apakah kami boleh makan disini? Tanya adikku kepada salah satu pelayan.

Boleh Pak, asalkan duduknya terpisah dan berjauhan, jawab pelayan itu sambil tersenyum ramah kepada kami. Kamipun makan dengan duduk yang terpisah. Aneh sekali kurasa, tapi itu yang harus kami lakukan. Satu keluarga makan bersama, tapi duduk terpisah dan berjauhan. Semoga kesepian ini segera menepi.