#Tantangan Menulis Hari Ke-27

Naluri keibuanku mengatakan kalau shafa ingin sekali memiliki sepatu roda. Saat itu kami (aku dan shafa) menjemput Dinda (anak keduaku) kesekolahnya. Karena dinda belum keluar dari kelasnya kami pun menunggu dihalaman sekolah. Saat itu kami melihat beberapa anak bermain sepatu roda dihalaman sekolah. Kuperhatikan Shafa begitu serius menyaksikan anak-anak itu.

Bel sekolah berbunyi menandakan jam pelajaran sudah selsesai. Tidak berapa lama murid-murid pun keluar dari kelasnya. Kulihat dinda berjalan menghampiri kami. Lalu kamipun pulang.

Selama diperjalanan pulang tidak kudengar ocehan shafa. Begitupun ketika sampai dirumah, dia hanya diam saja. Aku langsung berpikir, pasti gara-gara sepatu roda.

Selesai shalat maghrib akupun mendekatinya dan mengajaknya berbicara sambil kupangku dia.

Ummi : Shafa koq diam aja dari tadi, kenapa?

Shafa : Sepatu roda harganya mahal y Mi?

Ummi : Ummi tidak tahu, Nak.

Shafa : Awak mau sepatu roda. Tapi kalau Ummi tidak punya uang pakai uang tabungan awak saja.

Aku terharu mendengar perkataannya. Ternyata dugaanku benar, kalau shafa sangat menginginkan sepatu roda. Sampai dia rela kalau uang tabungannya digunakan untuk membeli sepatu roda.

Akupun membelikannya sepatu roda. Tapi tidak dengan menggunakan uang tabungannya. Dia begitu bahagia dan langsung dipakainya sepatu roda itu. Dia tidak peduli ketika mula-mula harus jatuh bangun bermain sepatu roda. Hingga akhirnya dia jadi bisa dan terbiasa.