PELAKSANAAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
PELAKSANAAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
Fiannisa Ramadhenti
SDS Smart School Jakarta
ABSTRAK
Pada kurikulum ajaran 2013, pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga diperlukan respon aktif dan kritis dari pihak siswa. Pembelajaran tematik blended perlu dikembangkan karena dalam skema keseluruhan diharapkan pretest berpikir kritis siswa ringan. Tindakan terbaik adalah menggunakan strategi pengajaran yang efisien, salah satunya adalah model pembelajaran penemuan. Metodologi pengajaran berbasis penelitian ini dibangun di atas pengetahuan dari bawah ke atas sehingga siswa lebih terlibat dan berpikir kritis. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yang digunakan untuk menganalisis literatur terkait model pembelajaran discovery dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan melihat melalui jurnal penelitian lama dan buku-buku yang berkaitan dengan topik yang dibahas sebagai sumber data. Selanjutnya dijalankan analisa data melalui cara analisis deskriptif. Mengacu hasil analisis yang dijalankan, model discovery learning efektif dipakai dalam pembelajaran tematik terpadu sebab bisa menaikkan kesanggupan berpikir kritis pada peserta didik.
Kata kunci: Discovery Learning, Kemampuan Berpikir Kritis, Pendidikan
ABSTRACT
In the 2013 teaching curriculum, student-centered learning requires an active and critical response from the students. Blended thematic learning needs to be developed because in the overall scheme it is expected that the students' critical thinking pretest is light. The best course of action is to use efficient teaching strategies, one of which is the discovery learning model. This research-based teaching methodology builds on bottom-up knowledge so that students are more engaged and think critically. The methodology used in this thesis is library research which is used to analyze literature related to discovery learning models in order to improve students' critical thinking skills. Data collection was carried out by looking through old research journals and books related to the topics discussed as data sources. Then run the data analysis through descriptive analysis. Referring to the results of the analysis carried out, the discovery learning model is effectively used in integrated thematic learning because it can improve students' critical thinking abilities.
Keywords: Discovery Learning, Critical Thinking Ability, Education.
PENDAHULUAN
Dalam kurikulum pendidikan umum, misalnya, buku pelajaran tahun ajaran 2013 akan memuat pengetahuan tematik terpadu. Pembelajaran tematik campuran adalah pembelajaran yang memadukan materi pembelajaran dari mata pelajaran dalam satu mata pelajaran. Menurut Kurniawan (2014), pengacuan tematik terpadu adalah jenis pengacuan yang menekankan suatu topik dengan pola pengorganisasian konten yang terpadu. Selain itu, sesuai dengan Dirman dan Juarsih (2014); Fitria (2019) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan memadukan beberapa bahan pelajaran secara bersamaan dengan jumlah yang sama secara tatap muka, sehingga bahan pelajaran tersebut benar-benar dipahami oleh siswa. Dari beberapa contoh ini, orang dapat menyimpulkan bahwa instruksi yang beragam secara tematis menggunakan topik sebagai elemen penghubung dalam rencana pelajaran dari banyak garis besar kursus, yang membuat instruksi menjadi efektif.
Kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi siswa karena siswa membutuhkan berpikir kritis baik dalam kegiatan belajar maupun dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kemampuan berpikir kritis anak sekolah dasar khususnya di Indonesia masih tergolong rendah. Fakta ini berdasarkan interpretasi penulis terhadap beberapa artikel penelitian di Indonesia. Dari penelitian ini ditemukan bahwa banyak penelitian yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di tingkat sekolah dasar. Upaya tersebut dilakukan oleh peneliti untuk meningkatkan berpikir kritis pada siswa sekolah dasar. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa tidak hanya terbantu oleh kemauan siswa untuk belajar dengan baik. Namun dalam blended thematic learning, guru harus pandai memilih model pembelajaran yang efektif diterapkan dan dapat menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta membuat siswa berpikir lebih aktif dan kritis. Tetapi pada pembelajaran terpadu, guru perlu pandai pada pemilihan model pembelajaran yang efektif supaya bisa membentuk pembelajaran yang memiliki pusat dalam pembelajaran siswa maupun bisa membentuk siswa cukup aktif serta memiliki pemikiran kritis.
Selaras pada model pendidikan sekarang, dimana siswa dapat lebih aktif dan memiliki kemampuan berpikir kritis yang cukup baik, sejalan dengan konsep yang sekarang digunakan dalam dunia pendidikan. Kinerja siswa sekolah dasar yang buruk dalam berpikir kritis, khususnya di Indonesia, telah diidentifikasi sebagai faktor risiko. Adapun alasan di balik formula berpikir kritis yang besar di kalangan siswa sekolah dasar, dapat ditemukan dalam temuan-temuan penelitian peneliti, seperti: temuan Hidayat, Mawardi, dan Astuti (2018). Adapun penggunaan model pembelajaran belum memadai untuk prosedur pembelajaran yang diajarkan. Selain itu, hasil kajian oleh Windarti, Slameto, dan Widyanti (2018) dampak rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa yakni pemakaian model pembelajaran dari guru tak memacu siswa agar aktif aktivitas pembelajaran, menyebabkan siswa biasanya pasif serta tak memiliki kemampuan berpikir kritis sebab model yang dipakai pada pembelajaran tak cukup menarik hingga membuat bosan siswa.
Tanpa memperhitungkan penilaian yang diberikan kepada siswa yang banyak berpikir kritis, seperti yang disarankan oleh para peneliti sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian yang diberikan kepada siswa yang banyak berpikir kritis didasarkan pada tingkat kesiapan mereka dalam instruksional. model yang digunakan guru. Padahal model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran sangat penting karena mempengaruhi daya berpikir kritis siswa. Pemanfaatan model pembelajaran dalam RPP terpadu tematik memerlukan penggunaan model pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah model pembelajaran discovery learning. Paradigma instruksional ini mendorong pembelajaran siswa yang aktif. Siswa mencari dan menemukan sendiri konsep belajar untuk diadopsi, yang memungkinkan hasil belajar lebih terekam secara permanen dalam benak siswa dan menjadikan lingkungan belajar lebih bermakna dan sulit untuk ditinggalkan. seorang akademisi (Setianingrum dan Wardani, 2018).
METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi literatur (library search), yang dilakukan dengan mencari berbagai studi literatur. Tinjauan literatur yang luas berasal dari beberapa sumber yang digunakan untuk memperkuat analisis. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka terhadap sejumlah artikel penelitian tentang teori grup dan buku-buku yang relevan. Melalui pencarian artikel, informasi dikumpulkan. Metodologi analisis data yang saat ini digunakan adalah metodologi analisis deskriptif; pendekatan ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menggabungkan data untuk analisis lebih lanjut dengan bantuan data. Selanjutnya, dipaparkan hasil analisa yang diperoleh penulis melalui dukungan memakai rincian teori pada data yang didapatkan melalui beberapa artikel hasil penelitian yang ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Model discovery learning adalah model pembelajaran dimana siswa memilih sendiri konsep atau materi yang akan dipelajarinya dan guru tidak sepenuhnya memberitahukan kepada siswa tentang konsep atau materi yang akan dipelajarinya. Padahal, menurut Sari, Kristin, dan Anugraheni (2019), model pembelajaran penemuan adalah kerangka pengajaran berbasis konsep dengan prinsip bahwa kurikulum dan materi untuk siswa tidak harus disampaikan secara keseluruhan, melainkan, siswa harus mengidentifikasi apa yang ingin mereka pelajari, menginformasikan diri mereka sendiri, dan mengatur apa yang ingin mereka pelajari. terlihat dalam bentuk yang tidak ambigu. Menurut Setyaningrum dan Wardani (2018) dan Setiani, Koeswati, dan Radia (2019), model pembelajaran discovery learning adalah model pembelajaran yang mengembangkan pembelajaran aktif siswa dengan cara menyuruh mereka menemukan atau mencari sendiri istilah-istilah yang dipelajarinya, maka hasil yang didapatkan bisa mudah dipahami pada pikiran, tidak akan mudah dilupakan siswa, maupun pembelajaran dijadikan menjadi bermakna.
Model pembelajaran penemuan adalah model pengajaran yang mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuan berdasarkan pengalaman mereka sendiri melalui percobaan atau pengamatan selama proses pengajaran. Selain itu, Rozhana dan Harnanik (2019) menunjukkan bahwa model pembelajaran penemuan adalah strategi pengajaran yang menekankan pengembangan keterampilan pemecahan masalah siswa dan mendorong mereka untuk mencari ide-ide baru selama proses pengajaran. Ada beberapa langkah yang harus diikuti agar Model Discovery Learning dapat diterapkan secara efektif. Langkah-langkah dalam model pembelajaran penemuan adalah mengklasifikasi, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, mengolah data, menilai, dan terakhir mengambil kesimpulan..
Melalui sebagian opini itu langkah-langkah model pembelajaran discovery learning bisa dikaji diantaranya:
Stimulasi (pemberian rangsangan), dalam tahapan ini siswa dihadapkan pada hal yang mengakibatkan pengetahuan siswa, selanjutnya dilanjutkan melalui tidak memberi tahu dengan penuh supaya ada kehendak siswa dalam mencari sendiri. Problem statement (identifikasi masalah), dalam tahap ini guru memberi peluang pada siswa dalam menggolongkan persoalan yang sejenis pada materi yang dikaji, selanjutnya dipilih sebuah persoalan serta melakukan rumusan hipotesisnya. Data collecting (pengumpulan data), dalam tahapan ini siswa dilakukan pemberian kesempatan dalam melakukan pengumpulan beragam informasi. Data processing (pengolahan data), dalam tahapan pengolahan data setiap siswa diberi tugas dalam mengelola informasi yang sudah digolongkan, yakni dengan wawancara, observasi serta lainnya. Verification (pembuktian), dalam tahapan pembuktian dengan bergantian siswa menunjukkan hasil temuan yang diperoleh melalui pengelolaan data yang sudah dijalankan, serta siswa yang lain nantinya menanggapi serta menjalankan tanya jawab berhubungan pada kajian yang diperoleh. Generalization (menarik kesimpulan), dalam tahapan akhir ini guru menyuruh siswa melakukan sebuah kesimpulan hal yang telah dikaji melalui guru.
Kajian dari Hosnan (2014) menyatakan bahwa manfaat menggunakan model pembelajaran penemuan di kelas adalah untuk memperkuat keterampilan pemecahan masalah siswa dan kesadaran diri mereka karena mereka bersaing untuk mendapatkan hadiah, hal itu kemungkinan akan menghasilkan lebih banyak manfaat. bekerja dengan lift lain, mendorong siswa untuk terlibat dalam delta, Situasi pelajaran menjadi lebih merangsang, Lift didorong untuk belajar mandiri, dan mereka berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelas karena mereka percaya pada diri mereka sendiri dan menggunakan kemampuan alami mereka untuk mencapai kesuksesan. Seperti yang dikemukakan sebelumnya oleh Susanti, Harjono, dan Airlanda (2018), model pembelajaran discovery memiliki keunggulan mengajar siswa dalam suasana yang nyaman sehingga siswa merasa memiliki kemampuan untuk menemukan hal-hal baru. Melalui beberapa opini itu bisa disimpulkan yakni, keunggulan yang didapatkan pada pemakaian model discovery learning yakni kondisi belajar menyenangkan, siswa jadi lebih aktif pada aktivitas pembelajaran, menaikkan kemampuan siswa pada penyelesaian persoalan, meminimalisir ketakutan serta keraguan siswa, adanya hubungan serta koordinasi siswa pada siswa lain bisa dijalankan secara baik.
Kemampuan kritis sangat penting bagi pembelajaran dan kehidupan sehari-hari siswa, namun pada kenyataannya kemampuan kritis siswa cukup rendah, khususnya di sekolah dasar Indonesia. Hal ini perlu dikembangkan mengingat adanya pendapat melalui sebagian artikel penelitian yang penulis temukan. Penerapan model pembelajaran ini saran untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk bersikap kritis terhadap mata kuliah pendidikan umum. Upaya tersebut peneliti lakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Penggunaan model pembelajaran penemuan adalah salah satu strategi yang paling efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pengajaran tema dalam sekolah dasar.
KESIMPULAN
Paradigma pembelajaran penemuan yang tidak tepat dapat memudahkan siswa sekolah dasar untuk bersikap kritis. Penggunaan model penemuan untuk pengajaran dalam pembelajaran tematik campuran telah secara signifikan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa yang sebelumnya memiliki bakat yang lemah. Oleh karena itu, sangat jelas bahwa paradigma pembelajaran berbasis penemuan ini merupakan tindakan efektif yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar. Setiap langkah penerapan model pembelajaran discovery merangsang siswa untuk terlibat dalam pemikiran kritis selama proses pembelajaran, yang menghasilkan peningkatan yang jelas dalam kemampuan ekspresif siswa dalam berpikir kritis. Hal itulah yang mengakibatkan siswa perlu terlibat dengan aktif pada penemuan sendiri pengetahuan serta mengharuskan siswa berpikir kritis sebab siswa sendiri yang nantinya menemukan hasil akhir dari opini beragam sumber dalam menyimpulkan sebuah konsep pembelajaran. Harapan penulis yakni adanya kenaikan pengetahuan guru, yakni pada penyusunan rancangan pembelajaran model discovery learning.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, D. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan Penilaian). Bandung: Alfabet.
Dirman, dan Juarsih, C. 2014. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hidayat, T., Mawardi, & Astuti, S. 2019. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Tema Indahnya Keragaman di Negeriku. Jurnal Pendidikan Unsika, 7(1), 1–9.
Windarti, Y., Slameto., & Widyanti, E. 2018. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Melalui Penerapan Model Discovery Learning Dalam Pembelajaran Tematik Kelas 4 SD. Jurnal Pendidikan Berkarakter,1(1), 150-155.
Setianingrum, S., & Wardani, N. 2018. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tematik Melalui Discovery Learning Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 9(2).
Sari, F.F., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2019). Keefektifan Model Pembelajaran Inquiry dan Discovery Learning Bermuatan Karakter terhadap Keterampilan Proses Ilmiah Siswa Kelas V dalam Pembelajaran Tematik. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 4(1), 1-7.
Setiani, R., Koeswanti, H. D., & Radia, E. H. 2019. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Tema 6 Dengan Model Discovery Learning Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Cebongan 02 Salatiga. Jurnal Tematik, 9(1), 46-53.
Rozhana, K. M., & Harnanik. 2019. Lesson Study dengan Metode Discovery Learning dan Problem Based Instruction. Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(2), 39-45.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus.. Bisa jadi inspirasi untuk para guru...