Kenapa Jadi Guru ?
Mengawali aktivitas pagi di Smart school dengan absen melalui finger print. Terkadang masih ingin memejamkan mata sejenak, namun apalah daya bel burnyi artinya siap memulai hari. “Bismillah”, awal ucapan dalam hati semoga Allah merodhoi setiap yang aku lakukan.
Pagi itu hanya ada satu siswa yang sudah duduk di kursi kelas. Jam saat itu menunjukan pukul 06.20 WIB. Aku mencoba menyapa siswa yang duduk terdiam.
“Wah, keren lebih pagi dari Mis Nisa ya!”, jelas ucapku. Anak itu tersipu malu. Aku mulai sarapan pagi dengan bekal yang dibawakan ibuku. Tiba-tiba anak itu mendekat, mencoba memulai percakapan.
“Sarapan apa mis?”, tanyanya dengan suara kecil.
“Mis sarapan roti, kamu mau nak?”, tanyaku.
“Engak mis, aku tadi udah sarapan”, jelas si anak.
Anak itu menarik kursi, duduk mendekati meja kerjaku.
“Aku boleh gak mis gambar disini”, tanya anak itu dengan wajah butuh pesetujuan.
“Boleh nak, sini!”, ajakku.
Kami berdua melanjutkan aktivitas masing-masing sambil ngobrol. Ada satu hal yang jadi pusat pemikiran beberapa hari ini dikepalaku. Sebenarnya menjadi guru jalan yang sesuai atau tidak bagi diriku. Anak itu mulai bercerita tentang ibunya yang menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi. Tiba-iba anak itu mulai membuka percakapan yang tertuju pada saya.
“Mis, kenapa mis mau jadi guru?”, tanya si anak.
“Hmm, ya memang pekerjaannya nak.”jelasku sambil mengeryitkan dahi.
“Memang kenapa nak, kamu tanya begitu?”, tanyaku penasaran.
“Hmm, gak kenapa-kenapa mis”, jawab si anak.
“Mis enak ya jadi mis”, sahut si anak.
“Lho… kenapa memangnya nak?”tanyaku penasaran.
“Kata bunda aku orang yang sering ngajarin orang banyak pahalanya besar, udah gitu katanya dijamin masuk surga sama Allah”, jelasnya dengan semangat.
Hati mulai mengelitik, merasa bahwa kata yang tadi disebutkan si anak cukup menjawab pemikiran beberapa hari lalu.
“Oh ya, kenapa begitu?”, sahutku dengan tenang.
“Kata bapak yang guru tahfidz itu bilang amal jariah, ilmu bermanfaat sama doa anak soleh itu gak akan putus amalannya mis kalo kita mati”, jelas si anak dengan lantang.
Cukup jelas, Allah memberikan petunjuk lewat anak ini. Seketika aku merasa haru dengan ucapannya. Seharusnya tak perlu lagi aku ragu menjalani pekerjaanku sekarang, karena pekerjaanku sekarang lebih baik dari sebelumnya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
inspiratif, dialog membangun hubungan dan kebermaknaan