DISPENSER ODOL
DISPENSER ODOL
Oleh : Fera Tristi
Barang itu hadir di rumah bersama tempat untuk menggantungkan sikat gigi. Kubuka kardus kecil itu seraya memperhatikan barang itu dan membaca petunjuk pemakaiannya. Untuk tempat sikat gigi okelah, aku bisa langsung paham, untuk menggantungkan sikat gigi dan disimpan dalam keadaan tertutup, tapi untuk dispenser odol aku masih bertanya-tanya.
"Mengapa membeli ini, Pak?" tanyaku
"Supaya praktis" jawabnya singkat.
"Bukannya mengambil odol kemudian membuka, dan memencetnya ke odol sudah cara yang sederhana Pak?"
Aku masih bertanya-tanya, sampai memikirkan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh pembuat dispenser itu, motivasi apa yang ada dalam benaknya, apa ada yang salah ketika kita menggunakan tangan ketika mau sikat gigi.
Menghadirkan odol, suami dan anakku mencari cara agar alat itu berfungsi. Pada akhirnya aku terkekeh pada barang pilihan yang dibeli suami dan melihat mereka mengotak atik supaya dispenser itu bekerja. Kok jadi repot, ujarku dalam hati.
Akhirnya dispenser itu terpasang di kamar mandi, dan suamiku menjelaskan kepada anggota keluarga tentang cara pakainya bahwa memastikan terlebih dahulu odol yang sudah terbuka atau sudah terpakai harus penuh di bagian bawah, semua isi harus dipencet sehingga bagian atas yang sudah kosong jadi tipis, kemudian bisa digulung, baru sikat gigi didorong pada dispenser bagian bawah seperti dispenser air pada umumnya dan odol akan keluar. Anak-anak diminta praktik, tapi aku belum karena sibuk di dapur. Hatiku belum mendapat jawaban yang memuaskan mengenai dispenser odol itu dan kepraktisannya.
Malam hari sebelum tidur, anakku yang kecil berteriak minta tolong karena masih kesulitan mengambil. Aku tidak bergerak dari tempat duduk dan memberi kode Bapaknya, aku hanya mengangkat bahu. Suamiku gerak cepat membimbing si kecil, tapi ternyata karena mendorong terlalu lama, odol yang keluar malah meluber. Aku rasanya ingin berkomentar nah lo alatnya mempermudah apa malah merepotkan?
Sampai saat ini, aku memilih odol yang di wastafel bukan yang di kamar mandi. Aku masih belum mencoba memakainya.
Sampai akhirnya aku tersadar, perubahan, disukai atau tidak sering datang dalam kehidupan kita. Respon kitapun beraneka ragam, suamiku yang mempunyai keyakinan dapat membuat lebih praktis langsung mempelajari dan mengaplikasikan, anak-anakku meski ada kendala namun mencoba mengaplikasikan, sementara aku yang masih mempertanyakan dan beranggapan bahwa memencet dengan tangan adalah hal yang praktis juga, malah sama sekali belum menyentuh barang itu. Mungkinkah aku kolot dengan perubahan yang datang? Duh, dispenser odol itu menjadi bahan perenunganku, jangan-jangan aku mengutamakan kenyamananku, menjadi pribadi yang sulit berubah?
Ampuni aku Tuhan, aku pribadi yang mau bertumbuh. Aku tidak mau gara-gara dispenser odol yang sederhana, aku menjadi pribadi yang sulit beradaptasi bahkan untuk hal yang sederhana. Pola pikirku harus dibalik, tidak masalah, itu hanya dispenser odol, tidak perlu menjauh, dicoba saja, toh tidak membuat kekacauan berarti dalam hidupku 😅.
Baiklah, aku menghampirinya, memastikan posisi tepat, dan mendorong sikat gigiku, dan...odol keluar meluber karena aku mendorong terlalu kencang. Anggap saja itu proses adaptasi. Gitu aja kok repot.
Ambarawa, 30 April 2023
#GuruBisaMenulisKabSemarang #April
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Kreatif