Jumat, tanggal 17 November 2017 tepatnya jam 14.15 WIB adalah hari dimana saya memberanikan diri untuk menulis. Sungguh malu sebetulnya karena ini sudah terlambat, mengingat saya alumni mahasiswi Sastra Inggris UNPAS Bandung. Dengan mengucapkan Bismilllah, saya menggerakan jari-jari yang kaku lambat bergerak untuk merangkai pengalaman hari ini.

Pagi ini seperti pagi biasanya yaitu rutinitas seorang ibu rumah tangga dan guru. Jumat ini jadwal "Readathon". Semua warga SMPN 4 Maja berkumpul di lapangan. Pa Asep memberitahukan peserta didik bahwa dua hari sebelumnya kami (Enok Yanti, M.pd, Fenty Mustyka Aty, S.S, Lilah Amaliah, S.Pd, Dea, Nespa dan Ade Akbar) telah menerima mendali emas dan sertifikat di Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka dan Tepuk tangan yang meriah dari semua peserta didik tanda apresiasi bagi kami yang telah mendapatkan mendali emas dan penghargaan karena telah menuntaskan tantangan membaca West Java Leader's Reading Challenge (WJLRC) untuk membaca dan menulis reviu minimal 10 buku dalam 10 bulan bagi guru. Baik guru atau siswa membagikan pengalaman, kesan dan pesannya. Semua warga SMPN 4 Maja memberikan apresiasi yang positif.

Namun saat sesi fhoto yang jarang kami (guru-guru SMPN 4 Maja) lewatkan, seorang peserta didik yang bernama Akmal dan dua temannya menghampiri dan memberikan selamat kepada saya seraya berkata "cieeh... Ibu selamat yah. berarti Ibu rajin membaca dan menulis."

Selera tersenyum saya hilang dan perlahan meninggalkan mereka tanpa menjawab apapun hanya meninggalkan senyum yang tersisa. Bagaimana tidak karena faktanya saya mendapatkan semua itu hanya karena tantangan semata.