Suamiku Seorang Ayah yang Siaga
“Krriingg”, notifikasi wa berbunyi, tetapi tetap saja aku abaikan, karena sedang mengendarai motor, waktu yang mendesak, takut ketinggalan bus, pasti semua pernah merasakan jika sudah waktu mepet, hal yang dianggap dapat dilakukan nanti, pastilah tidak dipedulikan sejenak. Tapi kali ini bunyi notifikasi telepon yang mau tidak mau harus aku angkat, berarti ada sesuatu penting, harus segera diberitahu.
Sambil menghidupkan lampu sein, aku meminggirkan motor ke tepi sebelah kiri untuk mengangkat telepon yang sudah berulang kali berdering. Ternyata wali kelas Haikal yang menghubungi, tapi anehnya kenapa pada saat jam pelajaran berlangsung ya. Untuk menghilangkan rasa penasaran, aku segera menjawab salam dari arah seberang.
“Assalamualaikum, selamat siang Ibu, saya wali kelas Haikal, mau memberitahukan bahwa Haikal minta segera dijemput pulang”.
“Waalaikum salam, Haikalnya kenapa ya Ibu”, seketika rasa cemas dan suudzon telah bermain didalam kepala ini, kenapa dengan anakku ya.
“Begini Ibu, Haikal tadi terburu- buru tidak sempat berlari ke toilet, dan akhirnya dia bab di celana Ibu, jadi dia malu dan mau segera pulang”, jawab wali kelas dengan tenang dan pelan, berusaha agar teman disekitar tidak mendengar.
Setelah mengetahui alasan kenapa, aku langsung menghubungi suami yang bertepatan belum kemasjid untuk sholat jumat. Mengetahui suami telah mengetahui dan segera menjemput Haikal. Tanpa ada rasa keberatan dan terpaksa, suami langsung melaju menuju sekolah Haikal yang jaraknya hanya 10 menit, jika naik motor.
Benar saja belum lagi aku turun bersama Haikal menuju parkiran motor, suami telah sampai ke sekolah dan segera membawa Haikal pulang kerumah. Ada rasa tenang dan bahagia mengalir dalam dada ini, walaupun sedang dalam kesulitan tapi semua ada hikmahnya.
Suami yang sekaligus ayah dari anak- anakku, selalu siaga untuk kami semua, ketiga buah hati, dan juga seorang istrinya. Melihat anak- anak yang butuh pertolongan, tanpa kata nanti, atau apalah, langsung seorang ayah bergegas menjemput, padahal posisi suami tadi hendak akan tidur, sebelum sholat jumat.
Betapa terharunya aku tatkala kedua anak gadis kami, minta dijemput dari pondok pesantren esok pagi, dan sore harinya harus diantar kembali ke pondok, aku saja seorang Ibu, merasa keberatan mengingat perjalanan yang lumayan jauh, tetapi tidak untuk seorang ayah dengan mantap beliau mengatakan “ok, nak tunggu ayah ya jam 6 pagi sudah di pos satpam”. “I Love you my husband”
Salam literasi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren ulasannya bu. Salam sukses
Terima kasih Bu