KLINIK BACA, sebuah catatan kecil
KLINIK BACA, sebuah catatan kecil
Kilas Balik
Fakta di lapangan masih banyak siswa yang kesulitan dalam membaca. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Drs.H. Asdullah SA., M.M. di beberapa tempat dan beberapa kegiatan di hadapan guru di Wilayah Kabupaten Cirebon. Sebut saja salah satunya adalah Seminar Sehari Bulan Bahasa, tanggal 19 November 2016 lalu lagi-lagi beliau menegaskan hal yang sama.
Pada tanggal 14 Desember 2016, di hadapan peserta Seminar Nasional dan Kongres ke-3 Ikatan Pengajar Bahasa Indonesia (IPBI) dengan tema pengembangan Literasi Berbasis Kearifan Lokol: Pengukuhan Jatidiri Kebudayaan Bangsa, Bapak Rudianto, M.Pd menyampaikan makalahnya yang berjudul “Meningkatkan Minat Membaca melalui Klinik Baca.
Sosialisasi Program dan Instrumen Identifikasi Klinik Baca, tanggal 29 April 2017 dihadiri oleh guru Bahasa Indonesia perwakilan dari seluruh sekolah di Kabapaten Cirebon. Kegiatan yang diprakarsai oleh MGMP Bahasa Indonesia ini juga dihadiri oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unswagati (perwakilan), serta beberapa dosen yang terlibat langsung pada kegiatan ini. Keterlibatan pihak Unswagati sebagai Tim Ahli dalam penyusunan Instrumen serta modul yang akan digunakan pada kegiatan Klinik Baca.
Klinik Baca. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan klinik adalah bagian rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat dan memperoleh nasihat medis serta tempat mahasiswa kedokteran melakukan pengamatan terhadap kasus penyakit yang diderita oleh para pasien. Kemudian muncul gabungan kata klinik kecantikan. Klinik kecantikan adalah tempat pengobatan dan perawatan khusus kecantikan. Mengacu hal tersebut, lalu klinik baca dipopuler oleh Rudianto, M.Pd. untuk pertama kalinya di Kabupaten Cirebon yaitu tempat pengobatan atau perawatan siswa yang berkesulitan membaca. demikian pemahaman saya tentang klinik baca.
Tanggal 6 Mei 2017, aku mulai melaksanakan tugas uji instrumen. Ternyata bukan isapan jempol semata. Ini fakta dan nyata ada di hadapanku. Aku pengajara Bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama sedang menghadapi lima orang siswa kelas tujuh. Siswa yang bermasalah ini merupakan hasil penjaringan yang telah dilakukan sebelumnya oleh tim guru tanpa menggunakan instrumen. Siswa ini ditengarai masih kesulitan dalam membaca.
Sekilas tentang membaca. Pada hakikatnya membaca adalah kegiatan berbahasa berupa proses melisankan dan mengolah bahan bacaan secara aktif. Membaca juga merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atu lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan ( A.S. Broto, 1975 dalam Mulyono, 2003:200).
Temuan
Memahami isi bacaaan atau tulisan perlu penguasaan sejumlah unsur untuk membaca. Bagaimana penguasaan ini bisa tercapai jika siswa masih kesulitan dalam membaca. Nah, seperti apa sih kesulitan yang dihadapi oleh siswa? Berikut ini temuan yang aku peroleh setelah menguji lima siswa bermasalah dengan instrumen yang sudah disiapkan.
1. Masih ada huruf yang belum dilafalkan dengan benar
Misalnya:
Huruf f dilafalkan /p/
Huruf p dilafalkan /f/
Huruf v dilafalkan /vi/
2. Kesulitan membedakan huruf besar/kapital dengan huruf kecil
Misalnya :
I /i/ huruf kapital dengan l /el/ huruf kecil
3. Tidak mamahami makna kata yang diucapkan. Berhenti tidak pada tempatnya, membaca kata demi kata, dan tidak memperhatikan tanda baca (titik dan koma).
4. Melafalkan kata tidak benar
Misalnya :
asrama dibaca /asmara/
selokan dibaca /sekolah/
Selimut dibaca /senyum/
Kurma dibaca /ke rumah
5. Menghilangkan beberapa kata ketika membaca
6. Mengulang-ulang kata atau kelompok kata (frase)
7. Membolak-balik kata
Misalnya:
Abad dibaca /adap/
8. Menambah/menyisipkan kata atau imbuhan pada teks bacaan
Misalnya:
9. Menggantikan kata dengan kata lain
Misalnya:
10. Kesulitan membaca kata yang berbentuk klster, diftong, dan digraf
Misalnya:
nga dibaca /ngga/
ngi dibaca /nggi/
ngu dibaca /nggu/
nge dibaca /ngge/
11. Menggunakan telunjuk dan menggerakkan kepala ketika membaca. Hal ini akan mengganggu keefektifan dalam membaca.
Masalahkah...? jika hal tersebut dihadapi oleh murid kelas permulaan sekolah dasar mungkin bisa beralasan. Tetapi jika yang mengalami hal tersebut adalah siswa yang sudah menduduki bangku sekolah menengah petama, maka ini sudah patut untuk kita perhatikan.
Sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di kelas VII SMP, disebutkan “memahami wacana wacana tulus melalui membaca intensif”, sedangkan kompetensi dasarnya yakni mampu menemukan gagasan utama dalam teks.
Kenyataannya jauh panggang dari api, tawaran jauh di bawah harga. Ada jarak yang terlalu jauh yang harus dilalui siswa yang berkesulitan dalam membaca untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh kurikulum. Sementara kemampuan yang dimiliki sangat terbatas, sehingga bantuan dari pihak luar sangat diharapkan. Klinik baca adalah salah satu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Good sharing, Bu. Lanjutkan!
Makasih bu Nining....
TIngkat SLTP dengan kemampuan baca rendah memang perlu dikaji lebih jauh ya bu Fatimah. Saya usul diobservasi untuk memetakan kemampuan siswa. Apakah siswa termasuk anak berkebutuhan khusus atau memang hanya perlu stimulasi saja.
Sedang dalam proses Pak Yudha, sekarang baru tahap identifikasi. Masih butuh waktu untuk menentukan apakah mereka hanya perlu stimulasi saja atau yang lainnya. Butuh tim ahli untuk itu. Semoga bisa dan ini pekerjaan rumah buat kami. Makasih