Fatmawati

Fatmawati, lahir pada 17 Februari 1980 di Samarinda, ibu kota Propinsi Kalimantan Timur. Berasal dari keluarga sederhana yang dari pernikahan campuran.&nb...

Selengkapnya
Navigasi Web
Lelaki Anugrah Kehidupan
Kakek dan Kakak Farras

Lelaki Anugrah Kehidupan

“Ayah tak selalu hadir setiap SAAT tapi selalu ada di waktu yang TEPAT”

Saya sangat suka dengan kalimat tersebut. Kalimat ini yang dijadikan sebagai tampilan cover buku Father Man karya Ustadz Bendri Jaisyurrahman. Sebagai seorang anak saya menyaksikan sendiri bagaimana ibu, kakak ipar dan tetangga yang sering kali ditinggal suami mencari nafkah di luar kota. Sebelum menikah, saya memohon kepadaNya agar semoga kelak pendampingi saya bukan seorang pelaut. Di benak saya saat itu seorang pelaut sudah pasti akan LDR. Setelah menikah, banyak saya menyaksikan pasangan yang terpaksa karena kondisi harus LDR-an. Istri yang sering ditinggal suami pergi (dinas luar) benar-benar harus kuat dan tanggung. Peran Ayah memang mencari nafkah sehingga kehadirannya tak selalu ada dalam keseharian membersamai anak-anak.

Namun setelah setengah halaman membaca, ternyata buku ini lebih banyak memberi motivasi bagi laki-laki yang berstatus sebagai suami agar bisa hadir dan ikut andil dalam dunia pengasuhan sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya. Betapa beruntungnya saya, Ayah dapat mendampingi saya tumbuh kembang sampai usia 15 tahun. Tepat menjelang kenaikan kelas XI SMK, Ayah saya meninggal. Kakak-kakak saya tidak seberuntung saya. Sebelum saya lahir, Ayah berprofesi sebagai Pelaut dan juga merantau ke luar pulau.

Zaman ini, negeri kita telah menjadi the fatherless country, negeri Tanpa ayah. Ayah ada namun perannya tiada terutama dalam menentukan visi dan misi keluarga. Sejatinya peradaban telah menanti sentuhan pendidikan dari seorang ayah demi kembalinya Sang Khairu Ummah. Karena ummah selalu saja membutuhkan Sang Imam. Ayahnya kakak ipar, mertuanya kakak adalah sosok yang menjadi idola saya setelah ayah meninggal dunia. Padahal perjumpaan dengan beliau dapat dihitung dengan jari, namun nasihat-nasihat beliau terasa kami tak berjarak. Saya terpesona dengan suara beliau. Tenang dan bijak. Terasa memiliki ayah kembali. Alhamdulillah, saat menikah saya mendapat mertua yang baik. Ayah mertua pun menjadi idola. Suami seorang perantau, jadi kami tinggal jauh dari mertua. Pertemuan hanya saat lebaran atau jika saya melahirkan. Saat mudik atau saat mertua berkunjung membantu mendampingi proses persalinan dan merawat bayi. Syukurnya, sarana komunikasi saat ini sudah demikian maju menjadi mengobat jika rindu mendera.

Para ayah, pulanglah ke rumah. Mari bersama didik iman dan aqidah anak-anak di rumah. Ada waktu di mana ayah mutlak harus hadir menemani anak-anak, yakni saat anak sedang sedih dan saat anak sakit. Saat anak sedih. Inilah waktu-waktu yang kritis. Sebab saat anak sedih, ia butuh sandaran jiwa. Siapapun yang hadir di sisinya saat itu, ia anggap superhero baginya. Saya berusaha mengingatkan suami, pulang bekerja langsung membersamai keluarga. Bukan tidak boleh mengembangkan hobi dan berkumpul dengan teman sejawat, tetapi anak-anak memerlukan kita. Libatkan mereka dalam aktivitas kita. Sabtu dan ahad merupakan hari bersama keluarga, jika ada aktivitas keluar mari bersama. Menyatukan hati dan aktivitas mungkin bukan hal mudah tapi itulah tantangannya.

Bayangkan jika yang hadir pada anak-anak kita saat itu justru predator seksual yang menyamar sebagai sosok pahlawan padahal sejatinya adalah monster jahat yang siap menerkam. Maka seorang ayah tidak boleh terlambat, hadirlah pada situasi tersebut, sesegera mungkin. Pun, saat anak sakit. Sakit fisik mempengaruhi kondisi psikis. Di saat inilah anak butuh diperhatikan. Bukan sekedar obat ataupun makanan. Lebih dari itu, ia butuh perhatian dan kasih sayang. Hadir disisinya, memeluknya, mengusap kepalanya, menyuapinya makan atau mendoakannya amatlah menyentuh batinnya. Obat akan menyembuhkan dan menguatkan fisiknya, sedangkan perhatian akan menyembuhkan luka batinnya dan menguatkan cinta kepada ayahnya.

Perhatian kita pada anak akan membekas dan berkesan. Kesan yang baik akan dikenang. Seperti kenangan saya atas para lelaki hebat di keluarganya. Rasanya nyeri ketika mendengar kabar Ayahnya kakak ipar meninggal dan saya tidak bisa hadir karena sedang tugas di luar kota. Pun saat ini saya rasanya menyesak ketika mendengar kabar ayah mertua sakit. Semoga beliau segera pulih dan sehat kembali.

Untuk para Ayah, berjuanglah untuk menjadi ayah pembelajar. Mendampingi pasangan untuk menjadi orangtua yang membesamai anak-anak dan membangkitkan kesan yang indah untuk dikenang. Semoga dimudahkan untuk kita bekerjasama dalam membangun peradaban.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

iya bu. ayah orang yg menjadi panutan kita.

14 Aug
Balas



search

New Post