SAHUR NASI JAGUNG
PERJUANGAN KEHIDUPAN
Episode ke-3. “SAHUR NASI JAGUNG “
M. Fatkhis Suud, Guru MTsN 7 Jember.
IGMPL Jatim (Tantangan hari ke-4)
Kami adalah generasi yang lahir di era 80-an. Generasi yang masih mengenal permainan petak umpet, kelerang, masak-masakan dan lain sebagainya. Hal itu yang tak pernah didapatkan pada generasi setelahnya, yaitu generasi dengan era kecanggihan informasi dan teknologi.
Satu hal yang tak pernah terlupakan, yaitu dikala bulan suci ramadhan tiba. Hampir tidak pernah tidur dirumah, waktunya dihabiskan untuk tinggal dan tidur di mushalla. Jadi, berangkat ke mushalla setelah berbuka puasa dirumah. Lalu berangkat ke mushalla sekaligus membawa bekal untuk makan sahur (nangkil, dalam bahasa kami). Waktu malam di habiskan untuk kegiatan tarawih, tadarrus, mengkaji ilmu agama, bercengkrama bersama yang itu membuat kuat ikatan bathin di antara kita semua. Satu hal yang ditunggu yaitu ronda. Kita berkeliling kampung membangunkan warga untuk makan sahur.
Satu hal yang menarik saat makan sahur, kita saling berbagi bahkan saling barter lauk pauk yang kita bawa dari rumah. Masih terngiang dalam ingatan penulis, saat menjelang makan sahur pesan dari Ibu, “ Le … nanti saatnya sahur , makannya dirumah saja, tidak usah sahur di mushalla bersama teman-teman.” Penulis langsung jawab, “ enggeh Bu …
Karena mushalla yang kami tempati berada dalam asuhan Bapak.
Saat makan sahur tiba, penulis minta ijin pada teman-teman untuk makan sahur di rumah bersama Bapak/Ibu, sebagaimana pesan Ibu.
Kami pun makan sahur bersama, bersama bapak, ibu dan adik. Makan sahur disiapkan oleh ibu, cukup nasi dan lauk seadanya. Sambil memberikan kepada kita selaku anaknya ibu sambil berkata, “ Le … ini sebabnya ibu nyuruh kamu sahur di rumah, saat ini kita tidak punya nasi putih yang ada hanya ini nasi jangung. Kalau sahur di mushalla nanti kamu malu dengan teman-teman. Tanpa basi basi kami pun menjawab, ” Iya bu ….Dengan menundukkan kepala kami mendengar nasihat Bapak, “ Le … bener kata ibu, saat ini rejeki kita hanya ini. tetap disyukuri ini rejeki dari Allah, masih banyak diluar sana saudara kita yang hanya untuk makan saja susah. Mudah-mudahan besok dapat rejeki yang lebih baik dari ini aamiin …
Makan sahurpun selesai, kami kembali ke mushalla untuk bergabung dengan teman-teman untuk menunggu shalat subuh berjamaah.
Terima kasih Bapak, Ibu telah ajarkan kepada kami arti syukur dan qanaah.
Jember, 28 Januari 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pengalaman yang juga pernah saya alami saat masih belia. Penuh kenangan. Semoga tesisnya diberi kelancaran, pak Ustadz. Ijin follow, nggih. Salam literasi.
Bersyukur Atas Nikmat Nya...luar biasa
Selalu bersyukur apapaun dan kapanpun itu .. keren ulasnnya
Alhamdulillah rasa syukur kepada Allah.....jangan biarkan air mata ini mengalir lebih deras.....semangat pak bro.....jalan cerita .luar biasa
Semangatnya entah keamna???
Alhamdulillah, mengingatkan kita untuk selalu bersyukur.ulasan yang keren.
Alhamdulillah rasa syukur tunjuk ajar kedua orang tua membuat kita kuat menghadapi kehidupan ya pak.....
Aamiin
Barokallah ustadz
Aamiin