fatkhis suud

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
HIKMAH TELADAN SILATURRAHMI SANG AYAH
Foto hanya ilustrasi

HIKMAH TELADAN SILATURRAHMI SANG AYAH

Artikel ini sengaja dibuat penulis untuk mengenang sosok sang ayah serta pengobat rindu yang mendera jiwa. Semoga beliau mendapatkan tempat yang membahagiakan di sana. Aamiin ….

Kala melihat foto-foto seperti di atas, maka rindu penulis terhadap sang Ayah semakin menjadi. Tak kuasa mata ini untuk mengenang betapa besar jasa-jasa beliau yang ditanamkan pada diri kami. Ratusan, jutaan bahkan sampai kering mata ini tak kuasa tuk mengobati rindu hati. Semakin air mata ini menetes, maka semakin tak kuasa rindu terbendung. Hanya doa terbaik untuk beliau yang penulis panjatkan ke hadirat-Nya.

Masih jelas terngiang dalam ingatkan. Betapa beliau sangat peduli akan pentingnya menjalin tali silaturrahmi. Itu langsung beliau contohkan bukan hanya sekedar perintah atau teguran saja.

Suatu ketika saat lebaran Idul Fitri tiba, kebiasaan keluarga dan masyarakat lingkungan kami saling berkunjung di antara rumah satu dengan rumah yang lainnya. Tibalah saatnya tuk berkunjung pada rumah saudara yang jauh sekitar 30 Km dari rumah kami. Bukan mobil atau sepeda motor yang kami miliki tapi hanyalah sepeda onthel tua yang jauh dari kata baik. Kami sekuarga berjumlah empat orang Ayah, Ibu, Adik dan penulis sendiri. Melihat kenyataan tersebut yang saat itu penulis masih kelas empat Madrasah Ibtidaiyah dan adik kelas TK nol besar. Mencoba berontak tuk tidak ikut acara silaturrahmi karena membayangkan betapa sengsaranya bagi Ayah perjalanan tersebut. Namun Ayah dan Ibu terus mencoba merayu. Akhirnya pun tak kuasa diri ini tuk menolaknya.

Ayunan demi ayunan, perlahan namun pasti tuk menempuh perjalanan mulai ini. Penulis selaku yang sulung berada di depan, sedang si bungsu ada pada pangkuan Ibu di belakang. Letih, terik menyengat tak beliau hiraukan. Sekedar tuk mengusir lelah, menghibur diri dengan bersenda gurau. Tak pernah ketinggalan beliau sambil memberi nasehat-nasehat, yang itu sangat melekat dalam ingat dan benak kami sehinggu membentuk karakter kami selaku sang putra.

Hingga sampailah di tujuan, betapa bahagia raut wajah saudara yang kami datangi. Kata pepetah jawa “ gupuh, lungguh, suguh.” Gupuh (panik) akan kedatangan kami, lalu dipersilahkan lungguh (duduk) dan akhirnya suguh (menghidangkan) apa yang ada. Sekitar dua jam lebih kami istirahat tuk mengusir lelah, akhirnya kami berpamitan untuk pulang. Masih teringat jelas ketika kami berpamitan pulang. Sang tuan rumah bergegas masuk kamar, penulis dan adik saling memandang dan penuh tanda tanya. Ada apa gerangan? Eh… ternyata mengambil uang saku dan matur nuwon timbal kami. Saat di perjalanan sempat-sempatnya kami menanyakan uang saku yang di terima. Aneh nya uang saku yang penulis terima lebih besar, itu membuat adik sedikit gerutu seolah tak adil. Akhirnya Ayah menasehati kami, “ itulah rejeki harus diterima dengan ikhlas dan adil itu tidak harus sama tapi sesuai kebutuhan.”

Setalah Ayah dipanggil oleh Allah SWT untuk menghadap keharibaannya pada Jum’at, 10 Oktober 2005. Baru kami rasakan betapa kehilangan sosok beliau lebih-lebih saat nuansa Idul Fitri kami jalani. Seandainya dulu kami tidak pernah ikut silaturrahmi pada saudara, mungkin saat ini kami tidak akan pernah tahu siapa dan di mana saudara kami berada.

Ayah … tugas kami sekarang sebagai seorang anak tuk menjaga dan melestarikan budaya yang engkau ajarkan agar terhindar dari pepatah jawa, “ Kepaten Obor.” Semoga ….

Jember, 25 Januari 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul sekali, Pak. Insyaalloh dengan silaturahmi ada berkah. Salam literasi

26 Jan
Balas

Sub, mantul, Pak tulisannya. Salam literasi!

26 Jan
Balas

Mntap pak Guru..ayo semangat untuk menulis

26 Jan
Balas

ikut hanyuuuuut terharu. film di ingatanku terputar kembali. semoga Allah menempatkannya di surga. Aamiin.

26 Jan
Balas

Terima kasih pencerahannya.....mantab

26 Jan
Balas

semoga selalu husnul khotimah

26 Jan
Balas

Ayah adalah sosok yang hebat, mantap pak , terharu

25 Jan
Balas

Terima kasih semua ...Mohon masukan terkait dg hal apapun demi lebih baik kedepannya.Tunggu episod 2 berikutnya ...

26 Jan
Balas

Terima kasih semua ...Mohon masukan terkait dg hal apapun demi lebih baik kedepannya.Tunggu episod 2 berikutnya ...

26 Jan
Balas



search

New Post