Melatih Mental dalam Simulasi Lomba

#Tagur 23

Untuk lebih syiar Al Qur'an di kalangan masyarakat, lomba MTQ dilaksanakan dari level paling bawah yakni tingkat kelurahan. Pesertanya berasal dari perwakilan RW. Cabang yang dilombakan yakni tartil anak, tilawah anak, tilawah remaja, tahfizh 1 juz dan tilawah, tahfizh 5 juz dan tilawah, tahfizh 10 juz, 20 juz serta 30 juz. Untuk mencari peserta tahfizh di tingkat RW, panitia kesulitan mencari peserta. Rata-rata anak mengikuti lomba tartil dan tilawah.

Memanfaatkan hari libur di hari Ahad, anak-anak mengikuti simulasi atau ujicoba. Dimulai dari tartil, tilawah hingga tahfizh. Dari simulasi bisa diketahui bagaimana kemampuan calon peserta lomba. Selain untuk menjajaki kemampuan materi lomba juga untuk melatih mental di depan publik. Dimulai peserta pertama, mencoba tartil dengan maqra acak. Sambil membetulkan posisi mic, saya pegang tangan qari' agar menyangga mic dengan benar. Bagi orang dewasa, terlihat sepele duduk di depan pegang mic. Ternyata bagi anak, pengalaman yang luar biasa. Begitu dingin tangannya seperti es. Inilah yang dialami anak-anak ketika di panggung. Bisa jadi ini awal mula demam panggung.

Saya berpura-pura tidak melihatnya agar tidak grogi. Ya, ini adalah simulasi. Melatih mental. Lomba bukan soal menang atau kalah. Lomba adalah media untuk mengukur kemampuan bahan yang dikuasi seligus melatih mental. Ada orang yang terlihat mahir dalam satu bidang, namun ketika sudah di depan forum bisa jadi grogi akhirnya buyar konsentrasinya.

Dari simulasi tartil, lanjut ke tilawah dan terakhir tahfizh dengan cara sambung ayat. Ayat-ayat yang biasanya familiar dihafal, ketika di depan forum jika grogi hafalan buyar. Inilah perlunya latihan dan simulasi sebelum memasuki arena lomba yang sesungguhnya.

(FZ/23/1/2022)