Menulis, Menulis, Menulis

Oleh: Fatima Zahro

“Kok nulis tok sih?” kata salah satu teman padaku. Menulis itu bukan hanya menjadi kebiasaan. Namun, menulis bagiku mengasah berpikiran maju dan meluas tentunya.

“Pelatihan lagi, menulis lagi, dapat apa?” sewotnya padaku. Pelatihan atau pun yang lain yang bertema pengetahuan, bagiku tidak ada masanya. Karena bagiku, menuntut ilmu itu sampai ke liang lahat. “Dapat apa aku?” Tentu aku dapat, yang tidak kau dapat.

Aku tidak akan beradu mulut tentang kegiatanku. Yang pasti kegiatan yang aku ikuti, harapannya bermanfaat bagiku, tentunya bermanfaat bagi orang lain. penasaran dengan isi dari kegiatanku? ayo, ikuti jejakku!

Sebelum aku menulis, pastinya ada ide yang akan aku tulis. Dari mana ide itu kudapat?

1. Aku mendengar

2. Aku melihat

Kedua sumber itulah, yang mendasari ideku.

Bagaimana aku menulis dan mengembangkan ide tersebut? Aku mencari dasar untuk tulisanku dengan membaca.

Apa saja yang aku baca?

1. Tulisan teman di sosial media (wa, face book, buku, e-book, majalah, dll)

2. Aku membaca situasi atau keadaan lingkungan sekitar

Tidak hanya itu, semua yang dapat aku dengar dan aku lihat, bisa menjadi refrensi tulisanku. Mudahkan, menulis? Nunggu apalagi “AYO, MENULIS!”

Menulis itu tidak harus keilmiahan. Sejujurnya banyak hal yang akan ditulis. Seperti yang berkaitan dengan hobi, hobi masak, tulislas resep masakan yang pernah dilakukan. Kemudian kumpulkan dari resep-resep tersebut, menjadi buku kumpulan resep masakan. Dari buku resep masakan tersebut , dapat ditularkan kepada orang lain. selain ilmu didapat, pahala pun mengalir.Hal senada pada hobi-hobi yang lain.

Nah, yang tak kalah pentingnya menulislah dan menulislah. Kita tau badak mati meninggal cula. Penulis tiada karya tetap dibaca.

Salam literasi.