Aku Dan Teman Baruku

Oleh: Fatima Zahro

“Bawa timba yang banyak, bertong-tong sekalian.” Kata salah satu temanku di Wa grup. Aih, sulit nalar bagiku. aku kira bawa timba buat mandi atau mencuci baju. E.. ternyata mau menimba ilmu. Dahsyat, filosofi yang sangat menggairahkan. Jika berpikir sejenak, tentang menimba ilmu. Ilmu didapat dari mana pun dan dari siapa pun, sah-sah saja. Tidak ada aturan yang membatasi menimba ilmu.

Yang perlu diperhatikan tentang menimba ilmu adalah setelah menimba ilmunya, kita dapat memilih dan memilah ilmu yang didapat. Karena sejatinya ilmu yang didapat, tidak semua baik untuk kita. Maka sebagai penuntut ilmu harus pintar dan bijak dalam memutuskan ilmu yang didapat.

Aku dan teman baruku, lagi semangat-semangatnya menimba ilmu. Kolaborasi kita bangun, saling mengkritisi yang baik di antara kita. Juga saling sharing pengalaman, membuat aku dan teman baruku nyaman. Meski pun hanya bersua di dumay (dunia maya) saja. Riyuh di virtual meeting sudah biasa. Saling saur manuk, membuat kita rindu ingin bersua di dunyat (dunai nyata).

Banyak ilmu yang kutimba, namun aku rasa timba untuk menimba ilmu belum penuh-penuh. Hal itu, membuatku tidak puas untuk menimba ilmu. Semakin ilmu didapat, rasanya aku semakin tidak ada apa-apanya. Kecil dibandingkan mereka yang berilmu dan menularkannya.

Aku dan teman baruku, membawa visi yang sama. menuntut ilmu tiada batas. Abaikan umur lansia. Abaikan jarak yang jauh. Karena kecanggihan teknologi yang ada, semua akan ada solusinya. Mudah, kan? Meski pun, terkadang lemah dengan informasi teknologi, terbawa baper (bawa perasaan). Tetapi, jika kita semangat mencari ilmunya, insyaallah akan ada jalan menuju takdirnya. Salam literasi.