fataty maulidiyah

Nama lengkap fataty maulidiyah. Guru di MAN 2 mojokerto. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bagian 6  ( Kemukjizatan Al-Qur'an)

Bagian 6 ( Kemukjizatan Al-Qur'an)

*Bagian 6 ( Kemukjizatan Al-Qur’an)*

Oleh: Fatatik Maulidiyah

Setiap Nabi dan Rasul dianugerahi Mukjizat oleh Allah Swt. Hal ini memiliki fungsi untuk melancarkan misi dakwah mereka pada umat masing-masing. Kemukjizatan ini juga sebagai bukti bahwa mereka, benar-benar utusan Allah. Di dalam Al-Qur’an kisah-kisah kemukjizatan para Nabi dan Rasul diceritakan dalam beberapa ayat. Kisah kemukjizatan tersebut juga sangat populer sebagai Qashasul Qur’an sebagai perunpamaan dan ibrah bagi umat islam. Seperti Bahtera Nabi Nuh as, Nabi Musa mampu mebelah lautan, juga kehebatan tongkatnya, kehebatan Nabi Ibrahim yang tak terbakar oleh bara api, Nabi isa yang mampu menyembuhkan orang buta dan penyakit kusta, dan lain-lain sebagainya. Kehebatan tersebut juga untuk menghadapi lawan.

Pengertian Mukjizat

Secara etimologi kata Mu’jizat berbentuk isim fa’il yang berasal dari kata ;

Awalnya, kata ini berarti melemahkan atau mengalahkan lawan. Namun dalam perkembangannya, kata mu’jizat juga digunakan untuk memberikan arti pada sesuatu yang hebat atau luar biasa. Manna’ Qathan mendefinisikan mukjizat sebagai berikut:

“Hal yang bertolak belakang dengan kebiasaan, tidak seperti biasanya dan melawan tantangan dengan selamat”

Dalam penggunaannya kata Mu’jizat hanya diperuntukkan kepada hal-hal luar biasa yang dikaruniakan oleh Allah Swt. kepada para nabi dan rasul. Tujuan dari diturunkannya mu’jizat adalah untuk membuktikan kebenaran pengakuan dan ajaran-ajaran para rasul. Tujuan ini khususnya berkenaan dengan tantangan yang harus dihadapi oleh para nabi dan rasul saat berdakwah. Mu’jizat berfungsi sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan mereka, bahwa mereka adalah benar-benar para nabi dan rasul (utusan) Allah yang membawa risalah kebenaran dari Allah Swt. Dengan datangnya mu’jizat, para nabi dan rasul mampu melemahkan dan mengalahkan orang-orang kafir yang menentang dan tidak mengakui atas kebenaran kenabian dan kerasulan mereka.

Biasanya mu’jizat para nabi dan rasul itu berkaitan dengan masalah yang dianggap mempunyai nilai tinggi dan diakui sebagai suatu keunggulan oleh masing-masing umatnya pada masa itu, yang cenderung bersifat lahiriyah (Hissi). Sedangkan Muhammad oleh Allah dianugerahi mukjizat yang akan tetap berlaku sepanjang zaman, karena beliau merupakan Rasul terakhir. Meskipun dalam sejarah perjalanan hidup beliau banyak riwayat yang menceritakan berbagai kehebatan dan mukjizat beliau secara fisik, akan tetapi, mukjizat terbesar yang sampai sekarang masih terbukti nyata adalah adanya Al-Qur’an, kitab suci umat islam.

Yang menjadi perbedaan antara mukjizat Nabi-nabi terdahulu dengan Nabi Muhammad Saw terletak pada relevansi dan keberlangsungannya. Jika mukzit Nabi-nabi terdahulu berlaku dan hanya berlangsung untuk umat dan masa saat itu saja, sedangkan kemukjizatan Al-Qur’an berlaku dan berlangsung sepanjang masa.

Adapun tidak semua kejadian yang tidak lazim,terkesan ajaib, bisa disebut dengan mukjizat. Karena itu ada hal-hal tertentu sebagai syarat sebuah keadaan bisa disebut sebagai mukjizat, antara lain : Pertama, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh siapapun selain Allah Swt.Kedua, mukjizat merupakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kebiasaan dan berlawanan dengan hukum alam (sunnatullah). Ketiga, mu’jizat merupakan hal yang dijadikan sebagai saksi oleh seorang yang mengaku membawa risalah Ilahi sebagai bukti atas kebenaran pengakuannya. Keempat, mu’jizat terjadi bertepatan dengan pengakuan nabi dan penolakan suatu kaum n dan kelima, tidak ada seorang manusia pun bahkan jin sekalipun mereka bersekutu untuk dapat mengalahkan mu’jizat yang diberikan Allah kepada para Nabi.

Macam-macam Mu’jizat

Mu’jizat hissi (kasat mata), yakni mu’jizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dan atau dirasa oleh lidah, tegasnya dapat dicapai dan ditangkap oleh pancaindera.Mu’jizat ini sengaja ditunjukkan atau diperlihatkan manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan akal fikirannya, yang tidak cakap padangan mata hatinya dan yang rendah budi dan perasaanya. Karena bisa dicapai dengan panca indera, maka mu’jizat ini bisa juga disebut mu’jizat inderawi. Mu’jizat hissi ini dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya hanya diperlihatkan kepada umat tertentu dan di masa tertentu.

AL-QUR’AN HADIS KELAS X 37 Mu’jizat ma’nawi (tidak kasat mata), yakni mu’jizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca indera, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “aqli” atau dengan kecerdasan pikiran intelektual atau mata batin. Karena orang tidak akan mungkin mengenal mu’jizat ma’nawi ini melainkan orang yang berpikir sehat, cerdas, bermata hati, berbudi luhur dan yang suka mempergunakan kecerdasan fikirannya dengan jernih serta jujur. Karena harus menggunakan akal fikiran untuk mencapainya, maka bisa disebut juga mu’jizat ‘aqli atau mu’jizat rasional. Mu’jizat hissi bersifat sementara hanya pada saat suatu mu’jizat terjadi, sedangkan mu’jizat ma’nawi bersifat universal dan eternal (abadi), yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir zaman.

Kota Mojokerto, 5 Januari 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya Bu Fataty, salam sukses selalu

05 Jan
Balas



search

New Post