Menembus Pintu Langit
Malam merangkak menutupi langit. Ayunan Mini Bus membuat penumpang tidur pulas dengan mimpi masing-masing. Lagu Si Togol-Togol yang diputar lembut jadikan mimpi semakin seru. Roda hitam mantap menggilas jalanan. Aku tetap terjaga seolah tak mau melewatkan malam di jalanan. Sesekali Ku sapa Pak Supir yang tengah konsentrasi dengan stang bulat.
“Masih jauh Pak?”
“Lumayan Dek, Sebentar lagi kita akan memasuki Pintu Langit.”
Tanpa ekspresi Pak Supir berkata datar. Mataku menatapnya dengan rasa penasaran. Tapi seolah tak peduli dengan rasa penasaranku. Lelaki berjanggut tipis ini malah memacu mobil dengan kecepatan tinggi.
“Siap-siap kita akan memasuki Pintu Langit, “ tegasnya.
Keningku berkerut, mata melotot menghadap jalanan yang gelap. Badan terasa kaku siap menghadapi peristiwa apapun yang akan terjadi dalam perjalanan ini. Mulutku semakin cepat berkomat-kamit membaca doa. Berkejaran dengan kecepatan Bus yang semakin tinggi.
Bus putih ini menanjak dan meluncur turun.
Husss, sontak penumpang terbangun dan berteriak.
“Ahhhhhhhh,” tanpa komando seluruh penumpang berteriak.
Kakiku menekan lantai mobil, seolah menginjak rem. Badanku menegang, Adrenalinku tertantang. Mata terpejam tak rapat, rasa penasaran dan tegang menjadi padu. Mobil seolah mulai masuk ke Dimensi lain.
Aku membuka sedikit kelopak mata, gelap. Tidak, ternyata ada pantulan cahaya menuntun jalan mobil kami. Mobil tetap melaju kencang naik-turun mengikuti gelombang jalan dan cahaya itu. Teriakan penumpang tak henti bercampur dengan teriakan, Allah Akbar!
Laju mobil yang semakin kencang, kami nikmati dengan mata tertutup. Kali ini Aku menutup penuh mata yang tak dihinggapi kantuk ini. Tiba-tiba mobil berhenti dengan hentakan yang mengejutkan. Seiring kami membuka mata yang sedari tadi terpejam, Pak Supir berkata,
“Kita sudah sampai di Pintu Langit, silahkan yang mau turun!”
Aku memandang sekeliling, masih gelap. Ku lihat ke langit. Bintang bertaburan rasa dekat. Ku lihat ke bawah, lampu dari pemukiman penduduk terlihat kerdil berkelip. Pandanganku menyapu sekeliling. Hingga sampai ke sebuah papan yang disinari cahaya redup. Pada Papan putih itu tertulis, Desa Pintu Langit,Kecamatan Angkola Timur Padangsidimpuan, ups.
Pengalaman perjalanan yang tak biasa. Cukuplah menghela kantuk dalam perjalanan. Setelah menyapa penumpang yang turun di Desa Pintu Langit. Bus kami melaju tenang menembus kelam malam menuju Kota Padangsidimpuan.
Pintu Langit, 14 Februari 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar