Eva zulmalini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tamu Tak Terduga

Hari itu aku kedatangan tamu, dia adalah adik suamiku, istri, anak-anak, mertuanya dan orangtuanya. Kedatangan mereka tidak terduga karena mereka datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu sehingga aku merasa risau. Bagaimana cara aku menjamu tamu yang begitu banyak sedangkan persiapanku tidak ada.

Melihat kerisauanku suamiku membisikkan kepadaku," Kita jamu saja mereka dengan apa yang ada di rumah," ujar suamiku. Akupun merasa lega karena aku takut seandainya mereka tidak ku jamu dengan baik suamiku akan merasa malu. Karena mendapat kekuatan dari suamiku bahwa aku tidak perlu susah-susah menjamu adiknya, maka aku pun meletakkan jamuan apa adanya, minuman dan kue-kue kering. Rupanya benar juga mereka hanya sebentar singgah di rumahku. Setelah itu mereka pamit untuk pergi ke kampung istri adik suamiku dan mereka berjanji kembali datang lagi setelah dari urusan mereka di kampung. Mendengar mereka akan datang lagi setelah urusan mereka selesai aku pun mengajak suamiku untuk membeli perlengkapan yang diperlukan untuk menjamu mereka seandainya mereka datang lagi karena aku tidak ingin mereka beranggapan bahwa aku tidak menjamu mereka dengan baik.

Kubeli perlengkapan dapur dan keperluan untuk beberapa hari. Aku tidak tahu berapa hari mereka akan berada di sini. Benar saja dua hari sesudah itu mereka datang lagi. Kedatangan mereka sudah sore sehingga aku pun mempersiapkan keperluan untuk makan malam. Dengan senyum yang merekah kami menyambut mereka di depan pintu tapi keadaan tidak sesuai dengan apa yang kami harapkan mereka turun dari mobil dengan menghentakkan pintu mobil sehingga kaca jendela ruang tamuku terhempas oleh kerasnya istri adik suamiku membuka pintu mobil sehingga kaca jendela ruang tamu langsung retak. Aku dan suamiku sangat terkejut dan kami tidak menyangka situasi yang kami kira begitu gembira mendadak menjadi tempat dua orang suami dan istri bersitegang mempertahankan prinsip mereka masing-masing kami yang tidak tahu situasi langsung tercengang dan tak dapat berkata apa-apa. Karena situasi tidak memungkinkan tetangga kamipun melihat suasana rumah kami, aku dan suamikupun menyuruh mereka untuk menyelesaikannya didalam rumah. Kami sendiri tidak tahu apa persoalan mereka sebenarnya. Aku lihat mertua adik suamiku menahan malu kepada kami karena anak-anak mereka bertengkar di rumah orang lain. Walaupun dirumah kakaknya sendiri, aku bagi mereka adalah orang lain. Aku berusaha tersenyum walaupun dalam hatiku mengucap," astaghfirullahaladzim, Kenapa dua orang ini bertingkah di rumahku? padahal aku dan suamiku berusaha selalu menciptakan perdamaian di rumah. Aku dan suamiku bertekad untuk mendidik anak-anak kami agar mereka memiliki karakter damai dan alhamdulillah selama ini kami telah memperlihatkan kepada anak-anak kami bahwa damai itu indah. tapi pada hari ini anak-anakku ikut menyaksikan bagaimana dua orang suami dan istri bertengkar di hadapan mereka. Aku pun dengan segera menyuruh anak-anakku untuk masuk kamar dan tidak mendengarkan pertengkaran suami istri itu. Sementara itu adik suamiku dan istrinya terus bersitegang dan menganggap diri mereka lah yang benar. Kami hanya menatap mereka dan terus mendengarkan kata-kata mereka yang satu sama yang lain tidak ada yang mau mengalah, mereka tetap mempertahankan prinsip mereka masing-masing dan tak ada satupun dari mereka yang mengakui kebenaran argumen dari pasangan mereka. Karena sudah hampir 1 jam mereka masih bersitegang akhirnya suamiku angkat bicara dan mendudukkan apa yang mereka permasalahkan. Aku pun dan suamiku dengarkan masing-masing argumen dari mereka sedangkan mertua adik suamiku dan mamanya diam saja karena mereka sudah sejak dari perjalanan mendengarkan pertengkaran keduanya sehingga mereka pun diam dan bosan mendengarnya.

Setelah mendengar apa yang menjadi persoalan mereka aku dan suamiku pun tersenyum. Rupanya persoalan mereka sangat simple. Mereka hanya mempersoalkan ketidak sepakatan mereka berdua tentang siapa yang bisa dibawa pulang kampung kali ini. Istri adik suamiku ingin membawa orangtuanya dan telah menjanjikan untuk dapat pulang kampung bersama mereka, adik suamiku menyetujui keinginan istrinya. Tapi tanpa ada kesepakatan, rupanya orangtua adik suamiku ingin pulang kampung juga tanpa disepakati dengan istrinya. Rupanya kesepakatan mereka tidaklah sejalan dengan apa yang mereka kehendaki maka kesepakatan yang tidak sepakat itu berujung pertengkaran mereka sejak dari mulai berjalan sampai di rumahku ini.

Akhirnya dengan perdebatan yang alot kami pun mendamaikan mereka walaupun untuk sementara karena akibat dari pertengkaran mereka yang memakan waktu yang begitu lama kami pun tidak jadi makan malam dan persiapan yang sudah aku persiapkan sebelumnya tidak jadi aku hidangkan karena kami semua sudah tidak ingin makan lagi. Orang tua istri adik suamiku meminta maaf karena mereka malu kepada kami anaknya bertengkar di rumah kami aku dan suamiku tersenyum dan mengatakan," Tidak apa-apa ayah, itu hanya karena mereka miskomunikasi dan karena mereka satu sama lain tidak mau mengalah," ujarku. Akhirnya kami pun bercerita panjang lebar malam itu sambil terus menasehati adik suamiku dan istrinya sehingga waktu tidur pun tiba.

Besoknya persiapanku untuk makan malam aku hidangkan untuk sarapan pagi. Walaupun ada hidangan tidak dapat dimakan lagi karena makanan itu hanya boleh bertahan selama 6 jam. Kamipun sarapan dengan santai seakan-akan tak ada kejadian. Mungkin karena sudah capek bertengkar, aku lihat adik suamiku dan istrinya, mereka saling diam dan seakan-akan tidak ada terjadi satu apapun. Kami pun Tidak seorangpun membahas masalah mereka karena kami takut mereka terpicu kembali dengan persoalan mereka.

Suasana pagi itu kembali kondusif dan adem-adem saja kami pun bercerita tentang keadaan dirantau dan kadaan dikampung. Menjelang siang merekapun pamit kepada kami untuk segera kembali ketempat mereka kembali. Sambil mengantar mereka didepan rumah, aku melihat kepada suamiku dan suamiku pun melihat kepadaku. Kamipun tersenyum. Pembaca tahu ngak apa makna senyum kami?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post