Eva zulmalini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
RESI

RESI

Aku pulang ketika kudapati Resi menangis sambil terisak-isak. "Ada apa? tanyaku," Tak ada apa-apa mbak," jawabnya dengan suara yang serak dan terus menyeka air matanya karena memang dia habis menangis, tapi dia berusaha untuk menyembunyikan dariku dan mengatakan tak apa-apa. Kupeluk Resi dengan pelukan kasih sayang karena memang Resi adikku satu-satunya yang aku miliki. " Rado mana? tanyaku lagi," Keluar mbak jawabnya dengan wajah yang ditekuk kebawah seakan menyembunyikan sesuatu. Tapi aku tak ingin bertanya lagi karena hal ini sudah sering terjadi.

Mereka adalah pasangan muda. Baru menikah satu tahun tapi mereka belum dikaruniai anak. Belakangan ini aku lihat mereka sering bertengkar. Entah apa yang mereka selisihkan aku tak ingin bertanya karena itu adalah persoalan keluarga mereka. Walaupun kami tinggal di rumah yang sama, Resi tidak pernah menceritakan persoalan dengan suaminya kepadaku.

Kami adalah dua orang kakak beradik ketika kedua orangtua kami berpisah. Ayahku menikah lagi selagi aku dan adikku masih kecil. Aku tak tahu apa permasalahan kedua orangtua kami, kenapa mereka berpisah, apa alasannya dari ayahku untuk menikah lagi padahal beliau sudah memiliki kami dua orang anak gadisnya. Namun sampai kami dewasa sekarang ini jawaban itu tidak pernah kami temukan, walaupun kami terus bertanya pada ibu selalu jawaban yang sama aku dengar," Sudahlah nak, biarkan ayahmu, kalau kalian rindu pada ayah temui saja dia." jawab ibuku seakan menjawab dengan kata yang datar nyaris tanpa ekspresi. Karena pertanyaanku tidak terjawab akhirnya aku bungkam seribu bahasa ketika adikku juga bertanya yang sama kepadaku karena adikku takut bertanya pada ibu sehingga pertanyaan yang sama juga tergantung dipemikirannya. Ibuku adalah seorang buruh masak disatu rumah makan sehingga penghasilannya hanya mampu untuk membiayai sekolahku sampai tamat SMA ( Sekolah Menengah Atas ).

Kini setelah ibu tiada, kami hanya berdua didunia ini karena ibu memang tidak pernah membawa kami pulang kekampung halaman. Tidak pernah memperkenalkan kami kepada siapapun kecuali tetangga kami dekat rumah yang kami tepati sekarang. Ibuku tidak mampu membiayai kuliahku sehingga aku harus mencari pekerjaan dengan hanya mengandalkan ijazah SMA saja. Karena aku lebih tua, akulah yang berkewajiban untuk membiayai kuliah Resi. Belum sampai tahun ketiga kuliah, Resi sudah memperkenalkan aku kepada pria idaman hatinya. Mulanya aku keberatan ketika Resi menyampaikan proposal pernikahannya kepadaku. Karena aku perhatikan lelaki yang dicintainya ini bukanlah lelaki baik, wajahnya tampan tapi cara bicaranya agak kasar. Namun aku tak dapat menolak lagi ketika laki-laki itu sudah sering dibawanya kerumah. Aku jadi malu dengan tetangga apalagi aku pergi kerja dari pagi pulangnya sudah hampir senja. Gunjingan tetangga disampaikan buk wati tetangga sebelah rumah ketika dia belanja ke swalayan tempat aku bekerja. Merah juga telingaku mendengar gunjingan tetangga itu, sehingga ketika proposal pernikahan diajukan oleh Resi kepadaku aku setujui saja dengan terlebih dahulu aku wanti-wanti seandainya terjadi sesuatu dia harus bisa menanggungnya sendiri dan ketika aku tanya," Kuliahmu gimana? Dia jawab dengan yakin," Lanjut mbak, biayanya biar Rado yang tanggung," ujarnya lagi. Ooo.... jawabku dengan ragu. Akupun tidak bertanya lagi karena mamang dia nampaknya sudah mantap untuk menikah walaupun aku sendiri belum menemukan tambatan hati untuk menikah. Resi mengiyakan syaratku karena memang tampaknya cinta mereka tak bisa dipisahkan. Empat bulan pertama pernikahan mereka semua terlihat manis. Bulan kelima dan seterusnya mereka sudah mulai memperlihatkan siapa diri mereka masing-masing. Resi tak mau cerita padaku apa yang terjadi, tetapi dari wajahnya yang selalu muram aku melihat sudah ada konflik diantara mereka. Sampai aku lihat bagaimana dia menangis tersedu-sedu akupun tetap bungkam karena mungkin dia tidak mau terus terang padaku atau ia teringat syaratku padanya.

Hari ini aku tak tahu kenapa tubuhku lemas sekali, rasanya tidak ada tenaga sama sekali, setiap apa yang aku kerjakan selalu salah, bahkan aku salah menghitung kembalian orang, sehingga aku dapat omelan dari majikanku. Rasanya aku ingin pulang kerumah karena hatiku gelisah teringat adikku Resi. Dia dan suaminya tidak pulang malam tadi. Entah kemana aku tak tahu. Resi mengatakan kepadaku pergi kerja. Tapi sampai pagi tadi ketika aku akan pergi kerja dia dan suaminya belum pulang juga. Tiap sebentar handphoneku terus kulihat siapa tahu ada kabar dari adikku. Rasanya aku ingin pulang tapi karena swalayan sedang ramai tidak mungkin aku izin pulang, majikanku tak akan izinkan, maka aku tahan saja rasa gelisahku.

Benar saja...tak lama datanglah telpon dari seseorang," Kami dari kepolisian," deg...jantungku berdegup kencang,"ada apa ini, kok polisi menelpon aku? tanyaku didalam hati. Belum habis keheranan dihatku tiba-tiba pak polisi itu bertanya lagi. " Anda yang bernama Resa? ujar suara diujung telepon."Ya saya sendiri pak, jawabku."Adik anda Resi sekarang sedang dirawat dirumah sakit....duk! semua temanku terkejut ketika melihat handphoneku jatuh dan akupun tak tahu lagi langsung berlari tanpa kuhiraukan lagi pelangganku yang juga tercengang melihatku langsung lari dari swalayan sambil menangis. Aku langsung menyetop taksi yang lewat," Rumah sakit pak," ujarku yang langsung diiyakan sopir taksi.

Sesampai dirumah sakit kutanya perawat," Mbak saya dapat telpon adik saya sedang dirawat disini namanya Resi, diruang mana ya? tanyaku kepada perawat yang kutemui." Oo....ya sini mbak, jawab perawat itu sambil membawa aku keruangan tempat adikku Resi dirawat. Deg....Aku terkejut melihat adikku tidur terlentang tak berdaya, wajahnya lebam dan terdapat luka sana sini. Dia menatap padaku dengan berurai air mata sambil memanggilku," Mbak.....Diapun aku peluk sambil berkata," Ada apa dik, apa yang terjadi? Tapi dia tidak mampu berkata lebih banyak lagi selain ucapan,"Maafkan Resi mbak.....ujarnya. Resi.......Resi....... adikku berusaha bicara, tapi..... tidaaaaaak...Resiii.....Aku tatap mata adikku yang sudah terpejam, tangannya sudah lemas jatuh disamping ranjangnya, dia tidak bernafas lagi. Kupeluk adikku untuk terakhir kali," Kenapa kau tinggalkan mbak Resi? Kenapa...? Pada saat yang bersamaan datanglah dokter dan mengatakan," Adik anda sudah meninggal." Barulah aku bertanya kepada polisi. Bapak polisi yang ada disisi ranjang adikku berkata," Harap anda ke kantor nanti setelah pemakaman adik anda ya bu, disana akan kami ceritakan kejadian yang terjadi," ujar Bapak polisi kepadaku yang aku anggukkan dengan lemas.

Setelah pemakaman adikku, akupun mendatangi kantor polisi dan dari sanalah aku dapatkan informasi bahwa adikku Resi telah terjerumus kedalam kelompok perampok yang akhir-akhir ini meresahkan daerah kami. Dari cerita yang aku dengar, hari itu mereka beraksi, apes bagi mereka rupanya gerak gerik mereka telah diperhatikan oleh warga. Ketika aksi mereka berlangsung warga sudah mengepung dari segala arah, akhirnya mereka terkepung. Malang bagi Resi karena dia terkepung warga dan dikeroyok oleh massa yang banyak jumlahnya. Dalam kelompok itu terdapat suaminya, Rado yang telah membawa Resi untuk bergabung dengan mereka. Dikantor polisi itupun aku temui Rado dan mengabarkan kepadanya tentang kematian Resi. Rado pun menangis dan menyatakan kepadaku penyesalannya. Tapi apa gunanya, adikku pun tak akan pernah kembali.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

20 Mar
Balas

Terima kasih pak Dede, salam

20 Mar



search

New Post