Eva zulmalini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengajar Di Zona 3 M

Mengajar Di Zona 3 M

Mengajar Di Zona 3 M

Setiap subuh ketika fajar muncul diufuk timur, aku mulai aktifitasku dengan penuh kesadaran walaupun badan terasa penat dan letih, aku tidak akan merasakannya karena aku adalah seorang istri dari seorang suami dan seorang ibu dari anakku. Menyiapkan bekal untuk orang-orang tercinta adalah tugas rutin yang aku lakoni. setelah itu baru aku berkemas untuk diri sendiri. Semua orang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing tanpa ada obrolan karena memang tidak ada waktu untuk itu.

Aku berangkat mengajar dengan hati yang tenang karena tidak ada yang harus aku cemaskan, semua kebutuhan sudah aku sediakan. Anak-anakku pun berangkat sekolah dengan hati yang senang karena perutnya telah terisi dengan sedikit sarapan yang aku sediakan dan mereka juga membawa bekal supaya mereka tidak kelaparan selama beraktifitas belajar di sekolah.

Disekolah aku adalah guru bagi murid-muridku, sehingga setiba disekolah akupun sudah disambut oleh anak-anak muridku yang begitu lucu-lucunya. Mereka memamerkan senyum yang merekah sambil berucap: "Assalu'alaikum buk." ujar mereka dan mereka ulurkan tangan mereka yang mungil ketanganku dan mencium tanganku dengan penuh rasa kecintaan. Inilah yang selalu aku rindu, salam keselamatan dari murid-muridku.

Itu dulu, disaat semua masih bisa, disaat semua masih boleh, disaat semua belum dibatasi, disaat semua orang masih bisa berkumpul bersama tanpa ada rasa takut akan tertular suatu virus yang telah memporak porandakan rasa satu itu, yang telah menjauhkan satu diantara yang lainnya, menjauhkan teman dengan teman, menjauhkan guru dengan muridnya, bahkan menjauhkan orangtua dengan anaknya kalau salah satu diantara mereka terkena virus tersebut.

Kini setelah setahun berlalu, setelah kami dibolehkan bertemu dalam satu tatap muka. Mengajar didalam kelas dan bertemu murid-muridku yang selalu ceria. Namun, semua yang kulalui dahulu tidak kutemukan lagi. Bukannya murid-muridku yang tidak mau bersalaman, tapi semua telah dibatasi. Kami tidak boleh membiasakan bersalaman lagi karena takut tertular suatu virus yang wujudnya tidak tampak namun dia ada. Jangankan bersalaman, belajarpun kami harus memakai masker setelah semuanya dipastikan sudah cuci tangan dengan sabun. Kami tidak boleh berkerumun, sehingga jarakpun harus dijaga agar tidak berdekatan. Begitu peraturan dari pemerintah yang harus dipatuhi agar masyarakat dapat terhindar dari virus ini, agar wabah ini cepat berlalu.

Semua itu tidaklah menyurutkan tekatku untuk terus mengajar. Karena

" tidak satu jalan ke Sorga ". Walaupun harus memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, selagi ilmu yang kuberikan kepada muridku dapat aku sampaikan dan dapat dipahami oleh muridku. Kenapa tidak?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantabb bunda..keren banget,.aku sukaa,.Salam kenal dari magelang bunda..sukses selalu

15 Mar
Balas

Terima kasih, salam kenal juga

15 Mar

Keren Bunda ulasannya salam sehat

15 Mar
Balas

Terima kasih, salam sehat

15 Mar

Bersykur bun ... sudah bisa tatap muka, keren ulasannya. Salam literasi

15 Mar
Balas

Terima kasih, salam literasi

15 Mar

Terima kasih, salam literasi

15 Mar

Keren banget Bunda ulasannya salam literasi dan izin follow

15 Mar
Balas

Syukron, salam literasi

15 Mar

Syukron, salam literasi

15 Mar



search

New Post