Eti Wahyuni Susiati

Lahir di Purbalingga, 25 Desember 1970.Menjadi guru di TK Negeri Pembina Padamara . Bahagia bergabung di Media Guru Indonesia. Mwnulis adalah karya nyata. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

KUNCI CINTA

KUNCI CINTA

Dina meletakkan buku yang telah dibacanya itu diatas meja. Hujan di luar sana menambah dinginnya malam. Dalam keheningan , hanya gemericik air di halaman rumah yang tiada lelah mengguyur halaman rumahnya. Rindu air hujan , seperti rindunya Dina pada Ardi. Ardi sudah tiga bulan ini tak pulang, sedang tugas di luar kota. Beberapa hari yang lalu, Ardi memberitahu jika Hari Sabtu ini, tinggal acara penutupan. Hati Dina berbunga bunga. Malam ini Ardi akan pulang.

Dina mengenang masa masa indah bersama Ardi, delapan tahun silam.

Mereka saling mencintai, tak memandang perbedaan usia yang cukup jauh. Yang ada mereka merasa bagai pasangan sejoli yang serasi. Cinta yang berawal dari pertolongan. Saat pulang kerja, motor Dina mogok. Sudah di stater beberapa kali, sampai di slagh, tetap mesinnya mati. Saat itu datanglah Ardi, pegawai kantor sebelah. Ardi mencoba membantu menghidupkan motor Dina. Berkat pertolongannya, motor itu dapat hidup dan bisa di bawa pulang. Dini mengucapkan trima kasih sebelum meninggalkan Ardi.

Sejak itu Ardi diam diam memperhatikan Dina. Hampir setiap hari, Ardi menyambut dina di pintu gerbang sebelah kantor Dina. Dina tak berpikir apa apa, hatinyapun tenang tenang saja. Dianggapnya keramah tamahan Ardi hanyalah basa basi sebagai teman sebelah , yang saling menghormati saja.

Hari itu saat tutup kantor, seperti biasanya Dina segera menghampiri sepeda motornya. Biasanya Ardi menyapa di balik jendela. Sapaanya yang hangat membuat hati Dina bagai kuncup yang sedang mekar. Ah mengapa tiba tiba juga Dina merasa kesepian. Ada tanda tanya di hatinya. Tiba tiba ada teman ardi yang keluar

" Halo Dina, baru pulang ya? Tanya Eko. Eko badannya tambun. Untuk mengenalinya mudah sekali.

" Halo juga pak Eko. Apa kabar? " Dina membalas Eko dengan basa basi. Dina mengenal Eko lebih dulu dari pada sama Ardi. Mereka sudah agak akrab, sehingga lebih rilek bicaranya.

" Dina, ada yang kurang ya?Itu tuh yang biasanya menyapa tiap hari?" Kata kata Eko memancing perasaan Dina yang selama ini terpendam.

" Oh Pak Ardi? iya tak kelihatan, lagi kemana pak ? " Tanya Dina penuh ke hati hatian, agar Eko tidak membaca perasaan sesungguhnya. Tapi Eko diam diam menatap wajah Dina yang merah merona . Ekopun menjelaskan bahwa hari ini Ardi libur, nanti Tugas malam.

"Oh ya Din, aku minta no ponselnya dong". pinta Eko. Dini memberikannya tanpa curiga sedikitpun, karena ia kenal cukup lama. Meski demikian, mereka hanya komunikasi terbatas saja. Setelah menstarter motornya, Dina pamitan pulang pada Eko.

Esok hari, matahari begitu cerah, pagi suasana begitu indah. Pukul setengah tujuh, Dina berangkat kerja, lebih awal dari biasanya. Entah mengapa ia ingin segera sampai di kantor. Dina menelusuri jalan yang cukup ramai dengan kendaraan. Di pertigaan Kantor pos, Dina belok kiri. Tak sengaja dilihatnya Ardi ada di situ, ia kaget saat mata mereka saling bertatapan, meski selintas saja. Ardi sepertinya sedang menunggu kendaraan . Dina terkejut , namun dia tetap saja melaju. Sepanjanng jalan ada tanda tanya , mengapa sepagi ini dia disini? dari manakah dia? Tapi bukankah Dia teman sebelah kantornya, tak ada salahnya iapun timbul perasaan ingin tahu. Tiba tiba ponsel Dina berbunyi. Biasanya Dina tak segera membuka , tapi saat ini hasratnya tak bisa di kendalikan. Dina meminggirkan motornya, lalu segera membuka ponselnya. " Muter balik sayang" . Tiba tiba hatinya berdegup kencang, dan entah mengapa iapun membalikkan motornya , kembali ke arah semula menuju Ardi. Iamenghampiri Ardi. Tak ada yang diungkapkan dengan kata kata. Semua ungkapan hanya lewat tatapan mata. Ardi mengambil posisi d depan, Dina dibelakang. Perjalanan Mereka bersama dalam diam. Udara pagi yang dingin mnggerakkan tangan kiri Ardi menarik tangan Dina Tangan yang sama sama tersiram es asmara, menyatu dalam diam. Membakar dilubuk hati yang paling dalam. Ungkapan cinta Ardi terbalas oleh Dina . Mereka diam dan menikmati kata cinta melalui jari jari asmara.

Perjalanan begitu terasa cepat. Mereka sampai di depan kantor lebih awal. Ardi menyerahkan kunci pada Dina.

" Terima kasih , sayang" kata Ardi dengan senyum yang lebih manis dari biasanya. Dina menerima kunci cinta itu, tanpa kata, namun penuh makna.

" Kemarilah sayang, peluk aku dan jangan ragu. Aku rindu padamu. Dinapun terjatuh di pelukan Ardi , erat tak ingin terpisah lagi.

" Anak anak sudah pada tidur semua kan mah? "

" Sudah pah" jawab Dina tanpa ragu ragu lagi pada suaminya.

Kharisma, 11 Maret 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kok alurnya agak ngganjel too hehehe,,,

16 Mar
Balas

Alurnya bagus Buu..

11 Mar
Balas

Woauw...luarrr biasa....

11 Mar
Balas

klo di bilang novel , terlalu pendek banget nggih bu tri

11 Mar
Balas

hehe, nyoba bikin cerpen, tp.benar apa tidak ya? bu puspa

11 Mar
Balas

Menulis ya menulis bund, takvusah mikir bnar atau salah, terus sj nulis lama2 jadi terbiasa dan....buuuum jd penulis aamiin

14 Mar

terima kasih bu anita. beri saya masukan , terima kasih....

11 Mar
Balas

maturnuwun Pak Pras, cerpene mantap pada endingnya nghih...hehe

11 Mar
Balas

piye bu ayo aku di ajari..

16 Mar
Balas

Novel nopo nggih Bu ...

11 Mar
Balas



search

New Post