
Kasta Manusia?
Jika mendengar kata kasta maka kerat kaitannya dengan agama Hindu. Ada kasta Sudra untuk rakyat jelata. Kasta Waisya untuk para pedagang. Kasta Ksatria berisi golongan bangsawan. Dan kasta Brahmana berisi para resi atau mereka yang dekat dengan Tuhannya dan mengabdikan hidupnya dalam ketaatan. Kasta sangat memengaruhi kehidupan masyarakat di dalamnya. Beda kasta, beda perlakuan. Beda kasta, beda hak dan kewajibab. Saya pun teringat pada sebuah cerita Mahabarata dari India Seorang anak dari golongan Sudra tidak boleh menuntut ilmu bersama para Ksatria/anak raja. Betapa sengsaranya kaum Sudra yang selamanya tidak bisa masuk ke kasta yang lainnya. Kasta tersebut diperoleh dari garis keturunan. Tentu saja, islam hadir untuk menghapus sistem kasta tersebut. Karena sejatinya manusia di hadapan Tuhannya memiliki derajat sama, yang membedakan hanya amal ibadahnya. Lalu bagaimana kasta yang dimalsud Emha Ainun Najib atau lebih akrab disapa Cak Nun ini? Dalam buku yang berjudul Allah Tidak Cerewet seperti Kita, Cak Nun menjelaskan bahwa dalam konteks budaya, sebenarnya kasta itu sudah ada jauh sebelum Hindu. Kasta itu bukan soal level atau stratifikasi, melainkan soal fokus. • Sudra, berisi orang-orang yang fokusnya adalah harta benda dan keduniawian. Seseorang bisa saja rajin shalat, naik haji, menyumbang pembangunan masjid, tapi jika niatnya keduniawian, maka dia tergolonh Sudra. • Ksatria, merupakan golongan orang-orang yang fokus hidupnya pada perjuangan sosial fan mengabdi kepada orang banyak. Misal seorang guru yang mengajar karena kepeduliannya terhadap pendidikan Indonesia dan kondisi murid-muridnya, guru tersebut golongan Ksatria. • Brahmana adalah orang yang fokusnya taat kepada Allah. Karena taat kepada Allah, dia harus memiliki identitas kstaria juga. Dia harus melayani orang banyak, karena tidak mungkin dia melayani Allah saja tanpa melayano orang banyak. Seorang guru ingin taat kepada Allah, dia harus mengamalkan ilmunya agar bermanfaat kepada banyak orang. Demikianlah pembahasan ini saya tulis. Kesimpulan saya pribadi, kita memiliki banyak peluang untuk memilih kasta kita, yaitu dengan menentukan fokus hidup kita. Semoga kita diberikan hidayah Allah agar dapat memilih dan menjalani fokus kita dengan sebaik-baiknya. Aamiin
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar